Rabu, 26 Maret 2014

16. MENGENAL ALIRAN WAHHABI




Kajian Ilmiyyah tentang Salafi Wahhabi

Berdirinya Salafi Wahhabi penuh dengan Noda Hitam

LAHIRNYA ALIRAN WAHHABI
Ø  Wahhabi adalah aliran yang dinisbatkan terhadap Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najed (1143-1206 H)
Ø  Ayahnya, Syaikh Abdul Wahhab bin Sulaiman, seorang ulama bermadzhab Hanbali yang kharismatik dan menjadi hakim di distrik Uyainah, Najed.
Ø  Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mulai menyebarkan dakwahnya (ajaran barunya) setelah ayahnya wafat tahun  1153 H.
SEJARAH MUNCULNYA WAHHABI
ü  Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Ayahnya sangat murka kepada Muhammad bin Abdul Wahhab karena ia malas belajar fiqih seperti para pendahulunya. Ayahnya sering berkata kepada orang-orang sekitarnya : “Hati-hati, kalian akan melihat keburukan dari Muhammad”. (al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabilah, hal. 275-276).
ü  Setelah ayahnya meninggal, Syaikh Muhammad mulai menyebarkan ajarannya dengan membangun manhaj (paradigma) ajaran yang mengambil secara langsung dari Al-Qur’an dan Sunnah serta meninggalkan taklid terhadap siapapun.
ü  Oleh karena piranti keilmuan yang dimilikinya tidak memadai, maka hasil ijtihadnya, baik dalam bidang fiqih, maupun dalam bidang akidah, banyak yang menyimpang dari al-Qur’an, Sunnah dan ijma’ kaum Muslimin.
ü  Akibatnya, ia seringkali melakukan protes terhadap umat Islam sekitarnya, yang jelas berbeda dengan dirinya.
ü  Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama’ besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul “As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah “dan menyebut bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab itu :
·        Suka mengklaim mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah  namun berijtihad sendiri
·        Tidak peduli dengan pihak lain yang berbeda
·        Tidak mau  membandingkan pendapatnya dengan orang lain.
·        Mewajibkan orang lain mengikutinya
·        Orang yang menentangnya adalah kafir.
·        Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat: “Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, TAHANLAH LISANMU DARI MENGKAFIRKAN KAUM MUSLIMIN, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawashshuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar dan orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.“
ADAPUN BEBERAPA AJARAN YANG DIYAKINI oleh Muhammad bin Abdul Wahab sebagaimana yang disebutkan dalam kitab mereka yang bernama kitab Fath al-Majid, adalah :
1.    MEMBATALKAN MADZHAB EMPAT (Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Maliki dan Imam Hanafi), bahkan dia menyebut
·        Ilmu fiqih adalah kesyirikan
·        Orang yang mengikuti para mujtahid berarti mempertuhankan mereka
·        Kitab-kitab fiqih harus ditinggalkan
Dan para ulama yang mengarang kitab-kitab fiqih itu adalah syetan-syetan yang berbentuk manusia yang menjadi musuh para nabi.
2.    MENGKAFIRKAN KAUM SHUFI
·        Kaum shufi adalah kelompokn yang paling sesat.
·        Beberapa ulama shufi seperti Ibn ‘Arabi dan Ibnul Faridh lebih kafir daripada orang Yahudi dan Nashrani.
·        Orang yang tidak mengikuti dirinya dan tidak melepaskan diri dari tashawuf berarti kafir.
3.    MENGKUFURKAN KAUM MUSLIM YANG MENGAMALKAN TAWASSUL, ZIARAH KUBUR MAULID NABI, DAN LAIN-LAIN dengan menyebut Abu Jahal dan Abu Lahab lebih bertauhid daripada umat Islam yang bertawassul, PADAHAL Al-Hafizh Ibn Hajar menyebutkan dalam kitab Fath al-Bari juz 2, hal. 575, riwayat shahih tentang seorang sahabat yang bertawasul dengan cara beristighatsah dimakam Nabi  setelah beliau wafat. Dan dalam kitab Fath al-Majid, karangan cucu pendiri Wahhabi, ditahqiq Abdul Aziz bin Baz, hal. 173, mengkafirkan seluruh umat Islam karena melakukan maulid dan haul para auliya’ selain penduduk Najd dan Hijaz yang telah ikut Wahhabi serta mengkafirkan penduduk Syam, Mesir, Iraq, Amman dan lain-lain, karena telah menyembah Syaikh Abdul Qadir Jailani, Ibnu ‘Arabi, al-Badawi dan lain-lain. Walaupun  berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jama’ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin termasuk guru-gurunya sendiri.
PADAHAL RASULULLAH TELAH MENYEBUTKAN BAHWA MAYORITAS UMAT ISLAM TIDAK KAFIR
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku memohon kepada Allah agar umatku tidak kafir secara massal, lalu Allah mengabulkannya”. Lihat, Fathul Bari, Juz 10 hal. 122
4.    WAHHABI SYIRIKKAN AZIMAT WALAUPUN DARI AL-QUR’AN
Dalam kitab Fath al-Majid, kitab Wahhabi paling mu’tabar, hal. 148 dijelaskan bahwa semua macam azimat dilarang dan termasuk syirik.
PADAHAL IMAM AHMAD MEMBUATKAN AZIMAT UNTUK PUTRANYA
Dalam kitab al-Furu’, fiqih Hanbali, karya al-Imam Ibn Muflih al-Hanbali, juz 3, hal. 249, disebutkan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal membuatkan azimat untuk putranya, begitu pula Al-Imam Ibnu Taimiyyah al-Harrani menjelaskan dalam kitabnya al-Kalim al-Thayyib, hal. 52-53, bahwa Sayyidina ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash membuat azimat untuk putra-putra beliau. Dan Al-Imam al-Hafizh Abu Nu’aim al-Ashfihani meriwayatkan dalam kitabnya Hilyah al-Auliya’ juz 9, hal. 316-317, bahwa Al-Imam Abu Abdillah al-Saji, salah seorang ulama salaf berdoa dengan mengumpulkan antara mantra dengan ayat Al-Qur’an.
5.    WAHHABI MEMUSNAHKAN BANGUNAN SITUS SEJARAH UMAT ISLAM
Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa Dar’iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H /1765M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik DIJAMIN SURGA.
Bahkan tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.
Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas.
Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya.
Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi
mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi’i yang sudah mapan. Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat- sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. Rumah istri Nabi Muhammad, Siti Khadijah diratakan dengan tanah untuk toilet umum dan rumah sahabat Nabi Muhammad, Abu Bakar juga dibongkar untuk dijadikan lokasi Hotel Hilton. Selain itu, rumah cucu laki-laki Nabi pun dihancurkan untuk pelebaran istana raja. Semula AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dimakamkan juga akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman International maka orang-orang Wahabi itu menjadi takut dan mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang menentangnya maka diurungkan.
Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah akhir- akhir ini tidak mempedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terancam akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir. Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah Rasulullah berulang- ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga putra- putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal. Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru.
Sami Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan bahwa setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, “Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala.“ Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi. ANEHNYA MEREKA MALAH MENDATANGKAN PARA ARKEOLOG (AHLI PURBAKALA) DARI SELURUH DUNIA DENGAN BIAYA RATUSAN JUTA DOLLAR UNTUK MENGGALI PENINGGALAN-PENINGGALAN SEBELUM ISLAM baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa SEPERTI WAHHABI MELESTARIKAN BENTENG DAN SUMUR PENINGGALAN YAHUDI yang merupakan peninggalan Ka’ab bin al-Asyraf, tokoh Yahudi yang memprovokasi orang-orang kafir untuk memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Benteng dan sumur tersebut dilindungi pemerintahan Wahhabi, dan dilarang  untuk dirusak karena termasuk peninggalan budaya yang dilindungi di Saudi Arabia.
Tidak diragukan lagi ini merupakan PELENYAPAN BUKTI SEJARAH ISLAM YANG AKAN MENIMBULKAN SUATU KERAGUAN DI KEMUDIAN HARI BAGI GENERASI ISLAM DI MASA MENDATANG
Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang RADIKAL DAN EKSTRIM, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka GEMAR MENUDUH GOLONGAN ISLAM YANG TAK SEJALAN DENGAN MEREKA DENGAN TUDUHAN KAFIR, SYIRIK DAN AHLI BID’AH. Itulah ucapan yang selalu didengungkan disetiap kesempatan, mereka TAK PERNAH MENGAKUI JASA PARA ULAMA ISLAM MANAPUN KECUALI KELOMPOK MEREKA SENDIRI. DI NEGERI KITA INI mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini. Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah10 % sisanya. Justru mereka dengan mudahnya mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah subhanahu wa ta’ala . Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyem­bah berhala atau masih kafir. (Naudzu Billah min Dzalik)
6.    WAHHABI MENDISTORSI (MENGUBAH) KITAB-KITAB PARA ULAMA DAN MEMBUAT BUKU-BUKU YANG SUNGGUH AMAT BERBAHAYA BAGI KITA YANG MASIH BELUM FAHAM BETUL TENTANG ISLAM YANG “ROHMATAL LIL ‘ALAMIIN”
Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai FAHAM YANG HANYA BERPEGANG TEGUH PADA AL-QUR’AN DAN AS -SUNNAH. MEREKA BERDALIH MENGIKUTI KETELADANAN KAUM SALAF APALAGI MENGAKU
SEBAGAI GOLONGAN YANG SELAMAT DAN SEBAGAINYA, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid’ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid’ah? Karena nama negeri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi yaitu As-Sa’ud.
Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab SHAHIH BUKHARI & MUSLIM dan lainnya. Diantaranya :
v “Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana,” sambil menunjuk ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)
v “Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (gundul).” (HR Bukhori no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdo’a :
v “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,” Para  sahabat berkata: “Dan dari Najed, wahai Rasulullah”, beliau berdo’a: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam Negara Syam dan Yaman”, dan pada yang ketiga kalinya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan.”, Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan.
Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang jelas ditujukan kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena dia telah memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya hingga mereka yang mengikuti tidak diperbolehkan berpaling dari majlisnya sebelum bercukur gundul. Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya. Seperti yang telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal :
v “Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wahab, karena sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian.
Al-Allamah Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan dalam kitabnya Jala’udz Dzolam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
v “Akan keluar di abad kedua belas nanti di lembah BANY HANIFAH seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin”. Al-Hadits.
BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid Alwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab. Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama’ mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: “Ba daa halaakul khobiits” (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji)
Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi sobat semua serta membuat kita lebih bijak dan berhati-hati dalam menyikapi semakin maraknya aliran-aliran yang berkembang di negeri kita tercinta ini, aamiin,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar