Lagi Salafy menohok
Salafy: Apakah nama anda ada disini dan termasuk kategori “menyimpang”, “sesat”
atau “ahli bid‘ah” ?
Lagi! Jama’ah takfiri
“Salafy/Wahabi” menohok sesama wahabi, jika anda seorang da’i atau aktivis
salafy/wahabi anda perlu menengok tulisan Abu
Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji dibawah
ini, karena isinya memuat daftar panjang para salafy-wahabi yang tergolong
“sesat” atau “ahli bid’ah”, mungkin daftar nama anda ada disini, karena
tidak tanggug-tanggung yang disesatkan atau dibid’ahkan, mulai da’i atau
aktivis salafy lokalsampai national bahkan anggota PKS-pun ada yang kena juga.
Bukan kami lho yang mencap “sesat” atau “ahli bid’ah” tapi saudara anda sesama
salafy/wahabi sendiri.
Sepertinya
firqoh-firqoh salafy-wahabi tambah lama tambah banyak sempalannya, ada
hizbiyyun, Turotsiyyun, Sururiyyun, Quthubiyyun dll.
Jika anda penasaran
apakah nama anda termasuk kategori “sesat” atau “ahli bid’ah” silahkan saja
membaca tulisan ikhwan salafy ini, yang ditujukan kepada Ustad
Abdurrahman At-Tamimy (yang
disebut “al-Kadzab“ alias sipendusta), Perhatikan bahasa mereka! itu terhadap
ikhwan sesama salafy/wahaby, lalu bagaimana bahasa yang digunakan kepada muslim
diluar salafy/wahabi? tulisan ini tidak hanya menghujat atau mensesatkan ustad
Abdurrahman saja akan tetapi di dalamnya banyak juga tokoh-tokoh atau
aktivis/da’i salafy yang kena “semprot”. diantara nama-nama yang kena “semprot”
atau terkategori “ahli bid’ah” menurut wahabi ini antara lain adalah: Yusuf
Ustman Baisa, Lc, Syarif Fuad Hazza’, Abu Nida’ Khomsaha Sofwan, Lc. (Mudir
Yayasan Majelis At-Turats, Yogyakarta), Farid Achmad Okbah, Mubarak Bamuallim,
Muhammad Arifin, Lc, MA, Abdullah Hadrami As-Sururi Anas Burhanuddin bin -Musta’in
Ahmad, Lc, Abdullah Taslim, Lc, Abu Abdil Muhsin Firanda, Khalid Syamhudi, Lc
dan banyak lagi. Alhasil silahkan membaca tulisan dibawah ini.
__________________________________
(Ditulis oleh: Al Akh Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur
Al-Malanji, Malang, dikirim
via email dengan koreksi dan tambahan dari redaksi) tulisan ini pernah dimuat
di situs http://salafy.or.id/ ( http://www.salafy.or.id/ ) juga dimuat ulang di
blog: turotsi.wordpress.com
Dari Abu Dzulqarnain
Abdul Ghafur Al-Malanji Untuk Ustad Abdurrahman At-Tamimy.
Inilah paparan dari
kami, kenapa kami menulis dengan bahasa yang lugas, tajam, dan tegas, tidak
lain karena mereka layak untuk mendapatkan celaan dan peringatan yang setimpal
dengan kejelekan akhlaq dan kerusakan manhaj Abdurrahman At Tamimi dkk, sebagaimana
diajarkan oleh para Salaful ummah untuk bersikap :
Menjauhkan diri dari
bid’ah, membenci dan membersihkan ilmu dan amal darinya (kotoran bid’ah), juga
membenci ahlul bid’ah merupakan pagar/perisai untuk melindungi sunnah dan
pengamalannya.
Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Salam bersabda :“Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada
Allah dan mendengar serta taat (kepada pemerintah Islam) walaupun yang memimpin
kalian adalah seorang hamba sahaya dari negeri Habasyah. Sesungguhnya
barangsiapa hidup sesudahku niscaya dia akan melihat banyak perselisihan, maka
wajib atas kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang
mendapat petunjuk sesudahku. Berpeganglah kalian dengannya dan gigitlah ia
dengan gigi gerahammu, serta jauhilah oleh kalian perkara agama yang
diada-adakan, karena semua yang baru dalam agama adalah bid’ah dan semua bid’ah
adalah sesat” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Dzahabi dan Hakim dishahihkan
oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ nomor 2549)
Kebencian terhadap
ahlul bid’ah adalah merupakan ciri khas bagi Ahlus Sunnah, sebagaimana yang
dikatakan oleh Abu Bakar bin Ayyasy ketika Beliau ditanya : “Siapakah seorang
sunni (Ahlus Sunnah)?” Beliau menjawab : “Seorang yang jika disebut Al Ahwa’
(aliran-aliran bid’ah), dia tidak marah (sebagaimana marahnya) karena hal itu.”
(Al I’tisham 1/118 oleh Imam Asy Syathibi).
“Mereka (Salafus
shalih, red) bersepakat dengan itu semua atas ucapan untuk (bersikap) keras
terhadap ahlul bid’ah, merendahkan, menghinakan, menjauhkan, memutuskan
hubungan dengan mereka, menjauhi mereka, tidak berteman dan bergaul dengan
mereka dan mendekatkan diri kepada Allah dengan menghindar dan memboikot
mereka.” (Aqidatus Salaf Ash Haabil Hadits halaman 123)
Imam Ibnul Jauzi Abul
Faraj Al Baghdadi meriwayatkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam
dari Aisyah Radhiallahu ‘anha : “Barangsiapa menghormati ahlul bid’ah, maka
sungguh ia telah membantu untuk meruntuhkan Islam.” (Talbis Iblis halaman 14.
Berkata Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid dalam Al Muntaqa An Nafis halaman 37 :
“Hadits ini hasan, Insya Allah .”)
Imam Al Barbahari
meriwayatkan ucapan Sufyan Ats Tsauri rahimahullah : “Barangsiapa yang
cenderung mendengar dengan telinganya kepada ahli bid’ah, berarti dia keluar
dari jaminan perlindungan Allah . Dan Allah serahkan dia kepadanya (bid’ah).
(Syarh Sunnah Al Barbahari halaman 137 dengan tahqiq Abu Yasir Khalid bin
Qashim Ar Radadi).
Adapun semua ini kami
lakukan, mudah-mudahan dapat menolong agama yang suci ini, membersihkan dari
para pengikut hawa nafsu, untuk menuju derajat keimanan yang disabdakan oleh
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam dan difirmankan Allah sebagai berikut :
“Tidak seorang Nabi pun
yang Allah Ta’ala utus pada satu umat sebelumku, kecuali memiliki dari umatnya
para penolong shahabat-shahabat yang mengambil sunnahnya dan mengikuti
perintahnya. Kemudian sesungguhnya akan datang setelah mereka generasi yang
mengucapkan apa-apa yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan apa-apa yang
tidak diperintahkan. Barangsiapa memerangi (jihad) mereka dengan tangannya maka
dia mukmin, barangsiapa memerangi mereka dengan lisannya maka dia mukmin, dan
barangsiapa memerangi mereka dengan hatinya maka dia mukmin.” (HR. Muslim dalam
Kitab Al Iman hadits nomor 80 juz I halaman 69-70)
Dan firman Allah Ta’ala
:
“Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah …” (Ali Imran : 110)
Imam Abu Hatim Ar Razi
(Beliau adalah tokoh ulama Ahli Hadits yang wafat pada tahun 327 H) : “Dan
tanda ahli bid’ah itu ialah membicarakan kejelekan Ahlul Hadits.” (Lihat kitab
Ahlus Sunnah Wa I’tiqadud Dien. Oleh Al Imam Al Hafidh Abu Hatim Ar Razi
halaman 24 point ke-36)
Imam Al Hafidz Al Hakim
Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah An Naisaburi menyatakan : ((Setelah menyebut
sanadnya)) Ahmad bin Sinan Al Qaththan menyatakan : “Tidak ada di dunia ini
seorang ahlul bid’ah, kecuali dia pasti membenci Ahli Hadits dan bila seorang
menjadi ahli bid’ah, maka akan dicabut dari hatinya rasa manis mempelajari
hadits Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Salam.” (Lihat Kitab Ma’rifatu Ulumil Hadits
oleh Al Hafidz Al Hakim An Naisaburi halaman 4). Imam Al Hakim adalah Imam
Ahlul Hadits di jamannya, Beliau wafat pada tahun 405 Hijriyah.
Imam Abu Utsman Ismail
bin Abdurrahman As Shabuni (meninggal pada tahun 449 H) mengatakan :
“Tanda-tanda pada ahlul bid’ah itu terlihat nyata dan tanda-tanda yang paling
nyata ialah kerasnya permusuhan mereka terhadap orang yang menekuni/membawa
ilmu hadits, menghinakan mereka dan meremehkan mereka, menggelari mereka
sebagai orang yang sempit pandangan, bodoh, hanya terpaku pada dhahir hadits
dan juga dianggap sebagai kaum yang menyerupakan Allah dengan makhluknya.”
(Lihat Aqidatus Salaf Ashabil Hadits oleh Imam Abi Utsman Ismail bin
Abdurrahman As Shabuni rahimahullah halaman 116 point yang ke-162)
Jalan kebenaran itu
hanya ada satu. Barangsiapa yang menyimpang dari jalan ini, berarti ia berada
di atas kebatilan dan berjalan di atas kesesatan. Jalan tersebut adalah Al
Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman Salafus Shalih. Ibnu Mas’ud Radhiallahu
‘anhu Radhiallahu ‘anhui Radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Salam membuat satu garis kemudian Beliau bersabda : “Ini
adalah jalan Allah .” Kemudian Beliau menggaris beberapa garis ke kanan dan ke
kiri kemudian bersabda : “Ini adalah subul (jalan-jalan) dan di atas setiap
jalan-jalan itu ada setan yang menyeru kepadanya.” Kemudian Beliau membaca ayat
(yang artinya) : “Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah ia dan jangan kalian ikuti jalan-jalan lain, niscaya ia akan
memisahkan kalian dari jalan Allah .” (HR. Ahmad, An Nasa’i, Ad Darimi, Al
Hakim, dihasankan oleh Al Arnauth di dalam Syarhus Sunnah Al Baghawi 1/197)
Imam Al Lalika’i meriwayatkan
dalam kitabnya Syarh Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah wal Jamaah jilid I halaman 87
riwayat ke-108, pernyataan Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘anhu:“Wajib atas kalian
untuk menuntut ilmu (ilmu Syariah) sebelum ilmu tersebut dicabut. Dan ilmu itu
dicabut dengan meninggalnya Ahli Ilmu (para ulama) atau Beliau menyatakan :
“Orang yang mempunyai ilmu.” Beliau berkata pula : “Wajib atas kalian untuk
berilmu, karena setiap kalian tidak mengetahui kapan dia membutuhkan ilmu
tersebut atau butuh kepada apa yang dikandung olehnya. Sesungguhnya kalian akan
menjumpai beberapa kaum yang mengaku mengajak kalian kepada Kitab Allah padahal
mereka betul-betul telah melemparkan kitab itu ke belakang punggung mereka.
Maka wajib atas kalian untuk berilmu dan jauhilah oleh kalian perbuatan bid’ah,
memberat-beratkan diri (dalam beragama ini, pent.), dan jauhilah oleh kalian
berdalam-dalam di dalam urusan agama, serta wajib atas kalian berpegang dengan
yang terdahulu (yaitu Salafus Shalih).”
Penyimpangan dari
pemahaman shahabat Nabi Radhiallahu ‘anhum ajmain terhadap Al Qur’an dan As
Sunnah berarti penyimpangan dari Ash Shirath Al Mustaqim. Semakin jauh
penyimpangan itu berarti semakin jauh pula pelakunya dari jalan yang lurus
tersebut. Orang yang menyimpang seperti ini dinamakan ahlul ahwa’ (pengekor
hawa nafsu) atau dengan istilah lain ahlul bid’ah.
Berikut bantahan kami
atas Abdurrahman At-Tamimi cs :
Bismillahirrahmanirrahim
17.5 Bukti Atas
Kedustaan Abdurrahman At Tamimi Al-Kadzab Di Markaz Al-Albani Jordania
Di bulan suci yang
berbarakah ini…
Ramadhan 1425 tahun
Hijri
Ku ingin beramal ‘tuk
seseorang di hati
Abdurrahman At Tamimi
al-Indunisi
Dan orang-orang yang
menemani
Hari Raya tiada lama
lagi
Terimalah bingkisan ini
Sepatah dua patah
ungkapan hati
Dari anak ingusan yang
bodoh ini
Tuk bekal ber-Idul
Fithri
Jangan marah jangan
emosi
Gunakan nurani ‘tuk
bercermin diri
Siapa pula diriku ini
Yang tlah berani
mencemari…
Markaz Al-Albani
Ya Allahu Ya Rabbi
Beri kemudahan hambaMu
ini
‘Tuk membungkam…
Mulut keji si Lidah Api
Sejenak, berita hangat
(yang penuh semangat disebarkan oleh sururiyyun ke berbagai pelosok tanah air
dengan media cetak maupun elektronik/internet dan email) menjadi kabar yang
mengharu-biru. Bahkan mengundang decak kagum serta kebanggaan bagi hizbiyyin
(sururiyyin, turatsiyyin), sekaligus menjadi senjata terbaru (baca:talbis)
untuk menghancurkan dakwah Salafiyyah. Betapa tidak, “Pada tanggal 13-15
Jumadil Akhir 1425 H bertepatan dengan 1-3 Juli 2004 M, direktur Ma’had Ali
Al-Irsyad Surabaya, Al-Ust. Abdurrahman bin Abdul Karim At-Tamimi
hafidhahullah memenuhi undangan Markaz Al-Imam Al-Albani di Jordania, untuk
menyampaikan ceramah pada muktamar yang dihadiri kurang lebih seribu penuntut
ilmu dan sejumlah ulama dari negeri-negeri Islam “ (Adz-Dzakhiirah hal 12/10/th
2004).
Kabar ini sungguh
menjadi pelipur duka dan lara dari kesempitan dada serta sesaknya jiwa, seakan
merobek luka lama dan tiadanya obat bagi luka yang menganga dan bernanah di
sekujur tubuhnya, tersebab derasnya luncuran hujjah dan dalil tajam yang
bertubi-tubi menghantam dan menyingkap kedok hizbiyyahnya.
Simaklah firman Allah
berikut ini :
“Padahal sesungguhnya
bagi anda ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di
sisi Allah ) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa
yang anda kerjakan.” (QS Al Infithar 82,
ayat 10-12)
Tentu saja mereka tidak
tahu bahwa hujjah hanyalah milik Ahlussunah, adapun mereka ? Cukuplah talbis (penyesatan)
dan syubhat (pengaburan) dengan beragam kedustaan yang menjadi ruh dan raganya.
Betapa sebuah senjata akan menjadi alat yang sangat berbahaya bagi pemiliknya
sendiri jika dia tidak pandai dan cerdas menggunakannya. Senjata itu justru
menjadi alat yang mematikan bagi pemiliknya dan sebagai bukti memberatkan atas
segala kejahatan yang telah dia lakukan. Ya, Abdurrahman At Tamimi telah
melakukan tipu daya, tetapi bukankah Allah Ta’ala adalah Maha Pembuat Tipu
Daya?!
Simaklah firman Allah
berikut ini :
“Mereka memikirkan tipu
daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu
daya.” (QS Al Anfaal 30)
“Tidakkah kamu
perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai
teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan
mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka
mengetahui.” (QS Al Mujadilah 14)
Seribu orang penuntut
ilmu dan sejumlah ulama dari berbagai negara di Jordania telah menjadi saksi
atas kedustaannya. Dan ketika mereka pulang ke negerinya akan membawa oleh-oleh
pula bagi ribuan lagi penuntut ilmu dan ulama lainnya, demikian seterusnya.
Tetapi, hanya dua pundak yang menanggung hisab dosanya, yakni Abdurrahman At
Tamimi dan kawan-kawan setianya. Tentu engkau akan bertanya : “ Mana bukti
kedustaanku ? “ Dengan mengharap wajah-Nya serta kemudahan-Nya saja kami tulis
bukti ini agar menjadi ibrah bagi semuanya. Maka hendaklah engkau, wahai
Abdurrahman – Allahu yahdikum, semoga Allah memberi hidayah kepadamu – maka
dengarkanlah dengan baik-baik….
Abdurrahman At Tamimi
berkata :
“Penghalang terbesar
(dakwah salafyyah-pen) yang muncul adalah dari kaum hizbiyyin (mereka yang
fanatik pada kelompoknya) baik dari kalangan “Quthbiyyin” (Quthbiyyin adalah
mereka yang mengikuti pemahaman Sayyid Qutb, *identik dengan ucapan Ahmad
Syurkati pendiri Al Irsyad Al Islamiyyah – Insya Allah akan ditulis tersendiri)
atau “Sururiyyin” (mereka yang mengikuti pemahaman Muhamad Surur) maupun
“Takfiriyyin” (mereka yang dengan mudah mengkafirkan tanpa petunjuk ulama),
demikian juga dari kalangan orang-orang sekuler, thariqat sufiyyah dan
aliran-aliran bid’ah lainnya.” (hal 15).
Siapakah wahai
Abdurrahman, kalangan Quthbiyyin dan Sururiyyin itu? Mereka adalah kawan-kawan
engkau sendiri. Kami bantu engkau menjelaskannya:
Bukti Pertama
Tentu engkau mengenal Yusuf
Ustman Baisa, Lc (dulu di Ma’had Ali Al Irsyad Tengaran dan da’i resmi
Al-Lajnah Al-Khairiyah Al-Musytarakah Ihya’ut Turats), Syarif Fuad Hazza’ (da’i
Ihya’ut Turats dari Mesir) dan Abu Nida’ Khomsaha Sofwan, Lc. (Mudir Yayasan
Majelis At-Turats, Yogyakarta, yang bekerjasama dengan yayasan sempalan Islam –
hizbi- Ihya’ut Turats Kuwait dan Al Haramain Foundation). Ketiganya adalah anak
buah Jum’iyyah Ihya’ut Turats Al-Kuwaity yang memiliki andil besar dalam
memecah belah dakwah salaf di seluruh dunia.
Tertera dalam website
lama Al Irsyad Al Islamiyyah
http://www.alirsyad-alislamy.or.id/majelis-dakwah/pelatihan-da’i.htm tertera
pada tahun 2001 PP Al-Irsyad Al-Islamiyah mengadakan pelatihan da’i
menghadirkan Farid Achmad Okbah (NII, Jakarta), Yusuf Utsman Baisa (Salatiga,
Jawa Tengah), Mubarak Bamuallim (Surabaya) dan Abdur Rahman At-Tamimi
(Surabaya). Jelas Abdurrahman At Tamimi mengenal dan bekerjasama dalam dakwah
dengan Yusuf Utsman Baisa, dengan adanya bukti ini, kemana lagi beliau akan
berkelit?!
Adapun Syarif Hazza’
adalah kaki tangan Jum’iyyah Ihya’ut Turats Kuwait yang dipindahtugaskan ke
Indonesia (Ma’had Al Irsyad, Tengaran, Salatiga) dari Mesir. Padahal dia pernah
berkata tentang buku Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha karya Abu Ibrahim bin
Sulthan Al-Adhani (buku ini berisi data-data penyimpangan tokoh-tokoh sururi
dan bantahan terhadap penyimpangan tersebut). Apa katanya : “Itu buku tidak
jelas penulis dan penerbitnya”. Bahkan kita masih ingat dia bersama
teman-temannya mengubah judulnya menjadi “Al-Quthbiyyah HUWAL Fitnah
Fa’rifuha”, untuk memberikan gambaran yang sesat kepada umat bahwa buku itu
tidak lebih dari buku penyebar fitnah. (Meruntuhkan Syubhat Hizbiyyin, Syawwal
1419 H).
Ketika Syaikh Rabi’ bin
Hadi Hafidhahullah membagi-bagikan buku ini untuk para thalabul ilmi di Madinah
dan tempat lain, justru Syarif Hazza’ membuat forum di pondok pesantren
Al-Irsyad Tengaran, Salatiga (yang waktu itu dipimpin oleh Yusuf Utsman Baisa,
Lc) untuk membantah buku ini (Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha).
Wahai Abdurrahman At
Tamimi, Allahu yahdikum.
Perhatikan lagi nukilan
transkrip dialog antara Syaikh Rabi’ bin Hadi bin Umair al Madkhali
hafidhahullah – Mantan Ketua Jurusan Sunnah di Universitas Islam di Madinah,
Saudi Arabia – dengan Ustadz Usamah Ibn Faishal al Mahri, Lc (tgl 31-8-1996)
agar engkau merasa “lega” betapa kedok hizbiyyahmu dapat diketahui dengan
“mudah” oleh kaum muslimin.
Ustadz Usamah : Dia
(Syarif Hazza’-pen) berkata bahwasanya perkataan antum ketika membantah Sayyid
Quthb dan bahwasanya dia mengkafirkan masyarakat, dia (Syarif) membelanya
dengan berkata : “Bahwasanya perkataan ini tidak benar karena Sayyid Quthb
tidak mengatakan demikian”.
Syaikh Rabi’ : “Dia
pendusta!” (Lajnah Khidmatus Sunnah, Ahad, 1 Sept 1996, hal.02).
Ucapan Sayyid Quthb
yang dimaksud (tentang pengkafirannya kepada seluruh kaum muslimin di masa dia
hidup, tanpa kecuali) adalah:
a. Bahwasanya di muka
bumi saat ini tidak ada satu negara muslimpun dan tidak pula masyarakat muslim
yang menjalankan syari’at Allah dan fiqih Islam (Fi Dzilalil Qur’an, 4/2122).
Bukankah dia juga termasuk mengkafirkan dirinya sendiri? Allahul musta’an.
b. Apa yang ia
tetapkan, yakni anggapannya terhadap masjid-masjid yang terdapat di
negeri-negeri Islam sebagai ma’abid jahiliyyah (tempat ibadah jahiliyyah). (Fi
Dzilalil Qur’an, 3/1816). Ini ia ucapkan tatkala membahas kewajiban
meninggalkan (uzlah) masyarakat jahiliyah, kemudian meninggalkan masjid-masjid
yang terjadi di dalamnya (pada hakekatnya) meninggalkan ma’abid (tempat ibadah jahiliyyah)
dengan menjadikan rumah-rumah sekelompok orang Islam (muslim) sebagai masjid
(yang tidak ada) kesialan di dalamnya dengan meninggalkan masyarakat jahiliyah.
Pembaca dapat
memperhatikan secara jelas dan gamblang bagaimana teroris pemikiran ini berupaya
menjauhkan kaum muslimin dari baitullah di negeri-negeri Islam yang di dalamnya
ditegakkan dzikir dan shalat berjama’ah dengan menamakannya sebagai ma’abid
jahiliyah. Dan ia menekankan bahwa shalat di rumah merupakan kewajiban yang
sangat ditekankan –Demi Allah kita tidak tahu kemana arah dan tujuanya- padahal
syari’at Islam bertentangan dengan pemikiran teroris ini (Sayyid Quthb).
Firman Allah :
“Hanyalah yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut
kepada siapapun selain Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At-Taubah: 18)
Allah berfirman pula:
“Bertasbihlah kepada
Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dumuliakan dan disebut
namanya di dalamnya pada waktu pagi dan petang, laki-laki yang tidak dilalaikan
oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah dan dari
mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat, mereka takut pada suatu hari yang di
hari itu hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang
demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka dengan balasan yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah
karuniaNya kepada mereka. Dan Allah memberi rizki kepada siapa saja yang
dikehendakiNya tanpa batas” (QS. An-Nur : 36-38)
Demikianlah, Allah
Ta’ala memberi nama bagi masjid sebagai pusat ibadah kaum muslimin, lebih mulia
dan jauh lebih baik dari rumah-rumah mereka, sampai datang seorang teroris
–Sayyid Quthb- gembong Ikhwanul
Muslimin menamakannya sebagai ma’abid jahiliyyah dan berusaha menjauhkannya
dari hati-hati kaum muslimin dan digantikannya dengan rumah-rumah mereka.
Sungguh sangat
menyakitkan betapa pemrakarsa ajaran teroris seperti ini (Sayyid Quthb) dibela
(dengan kedustaannya) oleh kaki tangan Ihya’ut Turats, Syarif Hazza ’Al-Kadzab.
Lebih menyakitkan lagi, orang seperti ini di ‘Syaikh’kan – dimuliakan – oleh
Yusuf Ba’isa, Abu Nida’ dan kawan-kawannya. Dan betapa kenyataan tidak dapat
disembunyikan lagi, kedua orang ini ternyata bersekutu dengan Al-Sofwah dan
para pengikutnya. (Lihat situs
alsofwah.or.id_index.php_pilih_lihatkegiatan_id_45_id_layanan_24.html).
Bahkan Yusuf Ba’isa
–Quthbiyyun-Sururiyyun- dikatakan oleh Al-Sofwa sebagai :”seorang ustadz senior
yang tidak asing lagi di kalangan ahlussunnah wal jama’ah”!! (Lihat
alsofwah.or.id_index.php_pilih_lihatkegiatan_id_37_id_layanan_17.html)!! Betapa
perbuatan Al-Sofwa ini adalah pelecehan dan penistaan terhadap ahlussunnah!!
Selain Syarif Hazza’
terbukti sebagai pembela Sayyid Quthb, belakangan juga tokoh-tokoh quthbiyyun
yang juga politikus PK Al-Ikhwani-LP2SI Alharamain, Syariahonline seperti Dr.
Idris Abdus Shomad dan DR. Hidayat Nur Wahid, menerjemahkan kitab tafsir Al
Qur’an karya Sayyid Quthb -Fi Dhilalil Qur’an- dengan judul Di bawah Naungan Al
Qur’an.
Simak sabda Rasulullah
Shalallahu “Alaihi wa Salam bersabda : “Ruh-ruh itu adalah juga sepasukan
tentara yang akan saling mengenal akan bergabung dan yang tidak mengenal akan
berselisih.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari 3158 dan Muslim 2638).
Betapa Syarif Fuad
Hazza dan kedua tokoh di atas memiliki sikap yang sama, pembelaannya atas
Sayyid Quthb!! Insya Allah akan kita buktikan lagi siapa saja orang-orang yang
berteman dengan DR. Hidayat dalam menerjemahkan Tafsir Ibnu Katsir, tentu saja
karena seide dan sepemahamanlah maka mereka dapat bekerjasama. Simaklah kutipan
kitab Lamudduril Mantsur minal Qaulil Ma’tsur karya syaikh Abu Abdillah Jamal
bin Furaihan al Haritsi, di bab Salafus Shalih menilai seseorang dengan melihat
teman dekatnya, sebagai berikut :
Abu Hurairah berkata,
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda : “(Agama) seseorang (dikenal)
dari agama temannya maka perhatikanlah siapa temanmu.” (As Shahihah 927)
Ibnu Mas’ud Radhiallahu
‘anhu berkata : “Seseorang itu akan berjalan dan berteman dengan orang yang
dicintainya dan mempunyai sifat seperti dirinya.” (Al Ibanah 2/476 nomor 499)
Al A’masy mengatakan
:”Biasanya Salafus Shalih tidak menanyakan (keadaan) seseorang sesudah
(mengetahui) tiga hal yaitu jalannya, tempat masuknya, dan teman-temannya.” (Al
Ibanah 2/476 nomor 498)
Muhammad bin Abdullah
Al Ghalabiy mengatakan : “Ahli bid’ah itu akan menyembunyikan segala sesuatu
kecuali persatuan dan persahabatan (di antara mereka).” (Al Ibanah 1/205 nomor
44 dan 2/482 nomor 518)
Ibnu Taimiyyah
mengatakan : “Dan siapa yang selalu berprasangka baik terhadap mereka (ahli
bid’ah) –dan mengaku belum mengetahui keadaan mereka– kenalkanlah ahli bid’ah
itu padanya maka jika ia telah mengenalnya namun tidak menampakkan penolakan
terhadap mereka, gabungkanlah ia bersama mereka dan anggaplah ia dari kalangan
mereka juga.” (Al Majmu’ 2/133)
Wahai Abdurrahman At
Tamimi , Syarif Hazza’ Al-Kadzab-lah Turatsiyyin yang Quthbiyyin itu, dialah
pembela Sayyid Quthb! Tidak ada celah bagimu untuk berkelit dari fakta itu!
Tentu usiamu belum terlalu tua untuk mengingat kisah itu, mengingat bahwa dia
(Yusuf Ba’i sa dan Syarif Fu’ad Hazza) adalah kawan-kawanmu sendiri… Engkau
ingin penjelasan yang lebih gamblang lagi? Mari kita lanjutkan;
Syaikh Rabi’ : “Baik,
apakah Hazza’ memiliki hal lain selain ini?”
Ustadz Usamah :
“Wallahi, saya tidak tahu, dia berkata bahwasanya kitab Quthbiyyah tidak jelas
dan pengarangnya juga tidak jelas, maksudnya dia meragukan tentang penisbatan
kitab tersebut.”
Syaikh Rabi’ : “Karena
dia adalah quthbiy, karena dia adalah Quthbiyyin!”. (ibid, hal.02).
Wahai Abdurrahman At
Tamimi – Allahu yahdikum…
Bukankah kaum muslimin
dapat dengan “leluasa” menyaksikan bukti kedustaanmu di Markaz Al-Albani?!
Tidakkah engkau pantas berbangga jika di setiap kota yang engkau singgahi dan
di setiap tempat yang engkau kunjungi, dirimu dielu-elukan sebagai Abdurrahman
At Tamimi si Pendusta? Maka tegakkan wajahmu, luruskan pandanganmu ke depan dan
sambutlah mereka dengan ucapan:”Na’am, saya Abdurrahman At Tamimi si Pendusta
itu! Tapi anda tahu dari mana?” Tentu saja tahu, bukankah nama bapak sekarang
telah menjadi buah bibir dan buah mulut di dunia internet karena keberanian
dusta bapak yang luar biasa ketika berceramah di Jordania? Perawi dusta
“bermain-main” di Markaz Al-Albani!! Hanya kepada Allah tempat kita mengadu.
Kini engkau malah
menyatakan bahwa Quthbiyyah dan Sururiyyah menjadi penghalang terbesar ?!
Subhanallah ! Dulu saudara-saudaramu yang habis-habisan menolak adanya
Quthbiyyah dan Sururiyyah, bahkan menyerang salafiyyin karena salafiyyin
menyebarkan buku yang bermanfaat ini ! Namun sekarang engkau justru menyerang
kelompokmu sendiri di Markaz Al-Albani ?! Bukankah ini senjata makan tuan,
wahai Abdurrahman?!
Bukti Kedua
Tentu engkau mengenal
saudaramu Farid Okbah (NII-Al-Irsyad cross link)! Jangan berkelit wahai
Abdurrahman !
Tertera dalam website
lama Al Irsyad Al Islamiyyah
http://www.alirsyad-alislamy.or.id/majelis-dakwah/pelatihan-da’i.htm pada tahun
2001 PP Al-Irsyad Al-Islamiyah mengadakan pelatihan da’i menghadirkan Farid
Achmad Okbah (Jakarta), Yusuf Utsman Baisa (Salatiga, Jawa Tengah), Mubarak Bamuallim
(Surabaya) dan Abdur Rahman At-Tamimi (Surabaya). Jelas bahwa Abdurrahman At
Tamimi mengenal dan berkawan baik dengan Farid Achmad Okbah, maka harap anda
tidak berkelit lagi!!
Jawablah: Siapa yang
mengadakan dauroh para da’i yang menampilkan Farid Okbah yang menjelaskan bahwa
fitnah sururiyyah di Indonesia tidak ada ? “Itu hanyalah problem politik
pemerintah Saudi.” Engkau ‘pukul’ lagi saudaramu sendiri di Markaz Al-Albani !
Besar manfaatnya jika
nukilan dialog ini kita lanjutkan lagi sebagai hadiah buat saudara kita yang
telah kehilangan arah dari dakwah mulia yang penuh cobaan ini. Kurangnya
kesabaran membuat dia memilih jalan pintas –jalan dinar hizbiyyah (Islam
sempalan) yang berbinar- jalan yang dulu dia sangat membencinya bahkan
memeranginya! Siapa dia? Muhammad Arifin, Lc, MA. Jenjang S2 telah
diselesaikannya di Universitas Islam Madinah, KSA dan sekarang menempuh program
doktoralnya di Universitas yang sama.
Apa hubungan dia dengan
transkrip dialog dengan Syaikh Rabi’ ini? Muhammad Arifin-lah salah satu
penerjemahnya. Yakni penerjemah dialog yang membongkar kedok
Hizbiyyah-Quthbiyyahnya Syarif Hazza’, yang menyingkap kesesatan Abdurrahman
Abdul Khaliq, Abdullah Sabt dengan Ihya’ut Turats-nya! Bahkan kesesatan
Abdurrazzaq Asy-Syayiji, murid Abdurrahman Abdul Khaliq! Serta menjelaskan
dukungan para masyayikh salafiyyin terhadap Syaikh Rabi’ dalam menghadapi
hizbiyyin-Quthbiyyin-Turatsiyyin!!
Sayangnya dia ini tidak
merasa “cukup” dengan apa yang dia terjemahkan sendiri. Dia merasa lebih enak
“dicukupi” oleh mafioso dinar hizbiyyah yang dulu diperanginya! Tragis bukan?
Simaklah firman Allah
berikut ini :
“Dan tiadalah kehidupan
dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka [tidak kekal]. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah anda memahaminya?” (QS Al An’am 32)
Ya, Muhammad Arifin,
Lc, MA lebih memilih bergaul dengan Anas Burhanuddin bin Musta’i n Ahmad, Lc,
Abdullah Taslim, Lc, Abu Abdil Muhsin Firanda, yang akrab dengan acara-acara
Turatsi, Sururi dari majlis At Turats Al Islamy. Anda kini lebih diterima oleh
kalangan assunnah@yahoogroups, salafyoon@yahoogroups cs, karena sependapat
dengan madzab “dinar hizbiyyah” mereka.
Wahai ‘cal dok’ (calon
doktor) Lc, MA! Dengan gelarmu yang berderet rapi ini, engkau memiliki
kedudukan yang “cukup menyilaukan” di sisi komplotan
hizbiyyin-sururiyyin-turatsiyyin! Adapun di sisi salafiyyin, setinggi apapun
gelarmu, S2, S3 bahkan Es Teler sekalipun, ternyata tidak mampu mengangkat
kehinaan dakwah hizbiyyahmu menjadi dakwah salafiyyah!!
Telah banyak yang
menjadi pendahulumu yang memiliki seabreg gelar, namun semua pengetahuannya
ternyata tidak mampu membuat hidayah Allah datang padanya. Dr. Ibrahim
Ad-Duwaisy. Gembong sururi, seorang prototype Salman Al-Audah Al-Bannawy
pengikut Hasan Al Banna – pendiri Ikhwanul Muslimin, dia memiliki kedudukan di
sisi Yazid bin Abdul Qadir Jawwas dan rekannya. Apakah dia dihormati oleh para
thalabul ilmi salafiyyin? Tidak, bahkan dia sama sekali tidak memiliki “harga”
di kalangan salafiyyin yang paling awam sekalipun!! (Nama Dr Ibrahim Ad Duwaisy
dipropagandakan oleh website Al Sofwa karena kasetnya direkomendasikan oleh
yayasan Al Sofwa, Al Sofwa adalah jelmaan yayasan Muntada Al Islamy cabang
London pimpinan Muhammad Surur; sedangkan Dr Hidayat Nur Wahid, Lc, MA,
menyelesaikan doktoralnya dibimbing langsung oleh syaikh Abdul Muhsin al Abbad,
namun Hidayat menekuni sebagai tokoh Ikhwanul Muslimin, pendukung berat Yusuf
Qardlawi, Hasan al Banna, Sayyid Quthb, dkk, pendiri Alharamain Indonesia, poli
tikus ulung, juga mengasuh website syariahonline. Belakangan Hidayat Nur Wahid
menjadi editor terjemah Tafsir Fi Dhilalil Qur’an, Di bawah naungan Al Qur’an
karya Sayyid Quthb yang diterjemahkan oleh Dr Idrus Abdul Shomad, juga tokoh PKS/Alharamain
dan Mufti Labib – dai Taruna Al Quran produk L-Data pimpinan Muhammad Yusuf
Harun, MA (penerjemah TOP Al-Sofwa. Hidayat Nur Wahid juga menjadi editor
terjemah Ibnu Katsir bersama Yazid Ibn Abdul Qadir Jawwas, Abu Ihsan al
Maidani, Mubarak ba Mu’allim dkk).
Maka cukuplah bukti
transkrip ini jika hanya untuk menghinakan bahtera dakwah hizbiyyah yang sedang
engkau naiki! Betapa banyaknya “sponsor hizbiyyah” yang tertulis di bahtera itu
(yakni tulisan 11 lembar berjudul Bahtera Dakwah Salafiyyah yang diketik ulang
oleh penggemar Muhammad Arifin dari Solo, Abbas Adi, red) !
Bendera “FULUS”
berkibar dengan riangnya,
Mengarungi lautan dinar
dunia,
Sesekali riak-riak
dirham “membelai” bodi bahtera mewah yang berlayar dengan angkuhnya
Bertuliskan “Bahtera
Dakwah Sururiyyah”,
Menuju taman impian
para pecinta dunia.
Inilah bukti transkrip
yang pernah engkau hadiahkan,
Kepada kaum muslimin
Indonesia,
Dan hadiah ini kami
kembalikan lagi kepadamu,
Engkaulah sekarang yang
lebih membutuhkan hadiah hidayahNya.
Simaklah firman Allah
berikut ini :
“Barangsiapa yang
disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi
petunjuk) kepadanya..” (QS An Nisa 88)
“Barangsiapa yang
diberi petunjuk oleh Allah , maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa
yang disesatkan Allah , maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS Al A’raf 178)
“Barangsiapa yang
dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang
dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia
menjadikan-Nya berada
di atas jalan yang lurus.” (QS Al An’am 39)
Wahai Caldok (calon
doctor) Lc,MA! Sekian banyak kaum muslimin Indonesia mendapatkan manfaat dari
transkrip yang engkau terjemahkan ini! Mereka menjadi tahu siapa Syarif Hazza’!
Betapa berbahayanya Abdurrahman Abdul Khaliq, Abdullah Sabt dan jaringannya!
Mereka menjadi tahu bahwa muridnya Abdurrahman Abdul Khaliq, yaitu Abdurrazzaq
Asy-Syayiji ternyata telah dijarh (dicela) oleh Syaikh Al-Albani sebagai
pendusta! Namun, kenapa engkau tidak sabar dengan penderitaan dakwah ini?
Sementara Syaikh Rabi’ (dalam transkrip terjemahanmu!) telah menasehati: ”Dan
kalian hendaknya bersabar dalam setiap keadaan…”(hal.06)
Kenapa engkau membelot
dan bergabung dengan kelompoknya Syarif Hazza’ yang telah menyebarkan
selebarannya Syayiji yang mencaci-maki Syaikh Rabi’? Padahal Syaikh Rabi’
(dalam transkrip terjemahanmu!) telah memperingatkan dari mereka berdua: “Dia
pendusta dan Syarif Hazza’ mubtadi’ seperti dia, semoga Allah memberkati antum
semuanya dan ini adalah tuduhan dari mubtadi’udh dhalal (mubtadi’ yang sesat)…
Kalian tahu itu? Ini semua kedustaan dan rekayasa. Semoga laknat Allah atas
mereka”(hal.04)
Kenapa engkau
“melingkari” Abdurrahman Abdul Khaliq, Abdullah Sabt dan komplotannya?
Perhatikanlah bahwa dirimu lebih memilih berkomplot bersama barisan pendusta
yang telah dido’akan laknat oleh Syaikh Rabi’ hafidhahullah!!! Padahal Syaikh
Rabi’ justru memerintahkan : “Ingkarilah Abdurrahman dan madzabnya, barakAllah
u fiikum” (hal.06).
Engkau bahkan tahu
persis bahwa kelompokmu ini adalah sururiyyin dari nasabnya Muhammad Ibn
Ibrahim al Khalaf (pendiri yayasan Al Sofwa, Unaizah, KSA) dari Salman Al-Audah
Al-Bannawy (al Bannawy – pengikut Hasan Al Banna) ! Mereka adalah
Ikhwaniyyin-Quthbiyyin-Turatsiyyin dari nasabnya Syarif ibn Fu’ad al Hazza’
mubtadi’-pendusta, dari Abdurrahman Abdul Khaliq (Yayasan Ihya’ut Turats al
Kuwaiti) ! Mereka adalah hizbiyyin-ikhwaniyyin dari nasabnya Al-Haramain dan
perselingkuhannya dengan Ikhwanul Muflisin!
Maka sodorkanlah kepada
anak yang miskin ini, bukti yang menunjukkan bahwa komplotanmu memiliki
tazkiyah dari masyayikh salafiyyin terhadap kakekmu Salman Al-Audah. Tunjukkan
pula siapa masyayikh yang ridha dengan dakwahnya jaringan Abdurrahman Abdul
Khaliq! Dan sebutkan para ulama yang telah mentazkiyah (merekomendasi)
hizbiyyin, wahai komplotan hizbiyyun – Allahu yahdik – semoga Allah menunjuki
kalian ! Kalau engkau tidak mampu menunjukkannya, maka cukuplah itu menjadi
tambahan gelarmu sebagai salah seorang pendusta yang memperkuat barisan dusta
para pendusta!
Simaklah firman Allah
berikut ini :
“Sesungguhnya yang
mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada
ayat-ayat Allah , dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS An Nahl 105).
Menyedihkan sekali ternyata
engkau adalah lulusan S1 Universitas Islam Madinah, memalukan i karena engkau
juga mendapatkan S2 disana, bahkan memilukan bahwa seseorang yang menempuh
program doctoral di Madinah ternyata bertekuk lutut di bawah kaki dakwah dinar
hizbiyyah!! Wal ‘iyadzubillah.
Simaklah firman Allah
berikut ini :
“Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Ali Imran 185)
“Mereka bergembira
dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan)
kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS Ar Ra’d 26)
”Barangsiapa yang
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan.” (QS Huud 15)
“Itulah orang-orang
yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu
apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS Huud 16)
“Barangsiapa
menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia
itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan
baginya neraka jahannam; ia akan
memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (QS Al Israa 18)
Dulunya engkau hinakan,
sekarang tlah engkau muliakan,
Dulunya engkau
hizbi-kan, betapa sekarang tlah engkau ‘salafy’-kan,
Dulunya engkau ingkari,
ternyata balik engkau lingkari,
Dulunya engkau perangi,
sekarang tlah engkau temani,
Dulunya engkau jarh dan
sekarang tlah engkau ta’dil,
Bukankah jarh yang
lebih didahulukan daripada ta’dil wahai caldok?
Apa yang dijarh oleh
Caldok ini? Sururi dan Quthbi!
Apa pula yang di ta’dil
oleh Caldok ini? dinarnya hizbi!
Walhasil, dulunya
engkau bela manhaj salafy,
Dan sekarang engkau
tlah menjadi pembela dinarnya hizbi!!
Wallahul musta’an,
Na’udzubillah minal
hizbiyyah.
Engkau telah
membatalkan transkrip yang telah engkau terjemahkan sendiri tentang sesat dan
hizbiyyahnya komplotanmu sekarang ini! Maka apakah salafiyyin menjadi “silau”
ketika mereka melihat seonggok pasir hitam di pinggir jalan ? Walaupun para
“pemimpi dinar” di sekitarnya menyebut-nyebut(nama)nya sebagai kilauan mutiara
yang indah menawan? Sesungguhnya peperangan melawan hizbiyyun-ahlul batil belumlah
usai.
Kesabaran yang terkikis
habis menjadikannya lari tunggang-langgang meninggalkan medan perang ini,
“desersi” dan orang Jawa bilang “Tinggal glanggang colong playu”, diapun
melarikan diri tuk meraih dinar al-kuwaity! Hanya satu baris kalimat yang layak
terucap, Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un, telah lari terbirit-birit seorang
calon doctor meninggalkan medan dakwah yang penuh godaan ini!!
Jelas sudah, bukti ini
menunjukkan kesimpangsiuran manhajnya Abdurrahman At Tamimi.
Bukti Ketiga
Tentu engkau sangat
mengenal saudaramu Muhammad Ibn Ibrahim Khalaf (namanya sesuai manhajnya, orang
yang memiliki hubungan istimewa dengan Salman Al-Audah Al-Qardhawy Al-Quthbiy
Al-Bannawy), pendiri Al-Sofwa Al-Muntada! Bukankah engkau sangat akrab dengan
tentara bayarannya yayasan Al Sofwa ? Jangan ingkari fakta ini, bahwa jelas Al
Sofwa sangat akrab dengan nama-nama rekan engkau sendiri, Yusuf Utsman Baisa
Lc, Aunur Rafiq Ghufran, Ainul Haris Umar Thayyib, Lc., M.Ag. Simak buktinya di
http://www.salafy.or.id/download/alsofwah.zip
Ketahuilah, bahwa
Muhammad Khalaf -penulis buku “Daliluth Thalibah Al Mukminah,“ ini membawakan
fatwa-fatwa fiqih Syaikh Utsaimin, namun patokan-patokan dakwah diambil dari
pemikiran Salman Al Audah-seorang gembong besar Sururiyyin! Lagi-lagi engkau
hantam saudaramu sendiri dan nenek moyang sururiyyun di Markaz Al-Albani !
Sungguh kami kagum atas
“kerendahan diri“mu sehingga malu untuk menyebutkan nama-nama gembong
Quthbiyyin dan Sururiyyin Indonesia di Markaz Al-Albani. Kenapa demikian? Karena
mereka adalah rekan-rekanmu sendiri, adapun kami hanya membantumu
menyebutkannya.
Bukti Keempat
Jangan berkelit wahai
Abdurrahman At Tamimi. Bukankah rekan kalian hadir pada dauroh para da’i di
Bogor yang mendatangkan gembong sururi Dr. Ibrahim Ad-Duwaisy seorang prototype
Salman Al-Audah Al-Bannawy?
Bukankah engkau
mengenal dengan baik Yazid Abdul Qadir Jawwas dan kawan-kawannya? Mudir Yayasan
Minhajus Sunnah, Bogor; Abu Nida’ Khomsaha Sofwan, Lc. (Mudir Yayasan Majelis
At-Turats, Yogyakarta), Khalid Syamhudi, Lc (Ustadz di Ma’had Imam Bukhari),
Nizar Sa’ad Jabal, Lc. (Mudir Ma’had Al-Irsyad Tengaran-Salatiga); Abu Haidar
Al-Sundawy (Mudir Yayasan Ihya’u Al-Sunnah, Bandung), Asmuji Muhayyat, Lc.
(Mudir Ma’had Imam Syafi’i); Ali Nur Abu Ihsan Al-Medani, Lc., MA. (Ustadz di
Jazirah Sumatera Utara), Ust. Fariq Qashim Anuz (Ustadz di Jeddah Da’wah
Center-Jeddah-KSA), Ust. Abu Hamzah A. Hasan Bashari, Lc.,M.Ag. (Da’i di Jawa
Timur), Ust. Muhammad Dahri Qomaruddin, Lc (LIPIA Jakarta), Ust. Geis ibn Umar
Bawazir (Al-Irsyad-Pemalang), . Masruhin Sahal (Mudir Ma’had Al-Tha’ifah
Al-Manshurah, Kediri), Ust. Hasyim Rifa’i (Mudir Ma’had Baitus Shalihat,
Kediri), Ust. Ade Hermansyah ibn Bunyamin, Lc. (Mudir Ma’had Al-Ma’tuq,
Sukabumi), mereka semuanya hadir di acara tanggal 25 Rabi’ul Awwal – 01 Rabi’ul
Akhir 1421H) yang menghadirkan ‘Syaikh’ Muhammad ibn Ibrahim Al-Kholaf dari
Unaizah-KSA (pendiri Al Sofwa, jelmaan Al Muntada Al Islamy cabang London
pimpinan Muhammad Surur, seorang quthby tulen) dengan didampingi oleh Ust.
Musthafa Aini, Lc (Ketua Dept. Da’wah-ALSOFWA, seorang Quthbi tulen) dan Zainal
Abidin ibn Syamsuddin, Lc (Wakil Ketua Dept. Da’wah-ALSOFWA). Semuanya
terangkai dengan indah dan dilaporkan di website Al Sofwa,
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkegiatan&id=41&id_layanan=26.
Bukankah acara tersebut
bertempat di Ponpes Yatim Ibnu Taimiyyah, Cijeruk-Bogor, padahal kami tahu
bahwa pondok ini akrab dengan hizbiyyun Ihya’ut Turats dan Al Haramain
Foundation :
“Pondok ini (Ponpes
Yatim Ibnu Taimiyyah) secara operasional berada dibawah Lajnah Al-Khairiyyah
Jakarta. Pondok yang berareal 1,5 hektar ini, secara fisik berdiri pada tahun
1993 dibangun atas bantuan para muhsinin dari Kuwait melalui Jam’iyyah Ihya
Turats Islamy Lajnah Janub Syarq Asia dan dari para muhsinin Saudi Arabia
melalui Al-Haramain Al-Khairiyyah.” Demikian kutipan dari website
http://majalah.aldakwah.org, milik L-Data pusat Jakarta pimpinan Muhammad Yusuf
Harun, MA, penerjemah TOP Al Sofwa yang akrab dengan pemikiran Ikhwanul Muslimin.
Betapa “istiqomahnya“
dirimu membongkar aib rekan-rekan engkau sendiri di Markaz Al-Albani !
Firman Allah Ta’ala :
“Dan Allah sebaik-baik
pembalas makar (tipu daya). (QS Ali Imran 54)
Bukti Kelima
Ketika di Saudi Arabia
Syaikh Rabi’ bin Hadi membicarakan kesalahan-kesalahan Salman Al-Audah, Safar
Hawali, Aidl Al-Qarni, Abdurrahman Abdul Khaliq dll, namun justru Abu Nida’ cs
(Sururiyyin-Turatsiyyin) berkata “Kita menunggu Kibarul Ulama”. Ternyata lebih
dari dua puluh ulama yang telah mentahdzir (memperingatkan keras) Abdurrahman
Abdul Khaliq dan menjelaskan hizbiyyahnya Jum’iyyah Ihya’ut Turats Al-Kuwaity
dan Al-Haramain, termasuk Syaikh Ali Hasan sendiri (murid Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al Albani rahimahullah) bukan ? Sampai sekarang mana bukti ucapan itu?
Kibarul ulama manalagi yang kalian tunggu, apakah menunggu kibarul Ikhwani?!
Engkau tahdzir lagi dirmu sendiri dan rekan-rekan engkau di Markaz Al-Albani !
Bukti Keenam
Ketika salafiyyin
mendapatkan selebaran fatwa Ha’i ah Kibarul Ulama tentang rekomendasi perintah
penangkapan terhadap Salman Al-Audah cs, Abu Nida’ diam, tidak mau mengakui
bahkan membelanya, buktinya dia justru membacakan buku Salman “Akhlaqud Da’i
yah” di Solo! Salut atas “konsistensimu” dalam melawan rekan engkau sendiri,
yakni Abu Nida cs, di Markaz Al-Albani !
Bukti Ketujuh
Abdurrahman At Tamimi
melanjutkan : “Demikian juga dari kalangan sekuler…“ (hal 15). Apakah termasuk
didalamnya para penyeru demokrasi, menyanyi, ulang tahun ala barat wahai
Abdurrahman ?! Jika engkau menjawab benar, maka kami bantu lagi engkau
menjelaskannya :
Inilah isi situs kalian
sendiri yang berhasil “ditangkap basah” oleh Salafy.or.id (Situs di bawah ini
sudah dimatikan untuk menghilangkan bukti-bukti hizbiyyahnya, akan tetapi
–alhamdulillah- kami telah menyimpang hardcopy dan softcopynya sebagai bukti,
red)
Berikut kutipan dari
http://www.salafy.or.id/download/alirsyad.zip :
“(4) Nama file
www.alirsyad-alislamy.or.id_lensa 1. html, berisi praktek demokrasi ala yunani,
pemilihan ketua, foto-foto wanita, ikhtilat, muamalah hizbiyah muktamar dan
sidang paripurna.
(5) Nama file
www.alirsyad-alislamy.or.id_lensa 3. html, berisi foto-foto, ikhtilat
pengurusnya, acara bid’ah Haflatul Ied 23 Syawal.
(22) Nama file
www.infoalirsyad.com_edisi 59_index-5. html, berisi menghalalkan Extrakurikuler
musik di MI Al-Irsyad Madiun.”
(Lihat di Download
Center, www.salafy.or.id/download.php nama file alirsyad.zip)
Sekian banyak bukti dan
cukup tiga sebagai contohnya. Jangan terlalu “rendah diri“ – wahai Abdurrahman
– untuk jujur menyampaikan di Markaz Al-Albani bahwa : “Penghalang terbesar
dakwah salafiyyah ada di rumah tanggamu sendiri yakni Al-Irsyad!”
Bukti Kedelapan
Tentang LIPIA-Jakarta,
Abdurrahman berkata : “Namun sangat disayangkan lulusan dari Ma’had ini (LIPIA,
red) tidak mengetahui banyak tentang hakekat manhaj salaf, kebanyakan mereka
berakidah salafiyyah sesuai dengan pelajaran yang diajarkan di negeri mereka
hanya saja manhaj mereka Ikhwani (berpemahaman ikhwanul muslimin) yang
menyimpang, bahkan banyak diantara mereka sesudah itu bergabung dengan
kelompok-kelompok (hizbiyah) Islam di negeri ini, dan yang berada pada barisan
terdepannya adalah partai keadilan “Al-Ikhwani” dan mereka menjadi pemimpin
pada partai ini.” (Pidato Sambutan Mudir Ma’had Ali Al Irsyad Surabaya,
Abdurrahman At Tamimi, tanggal 1-3 Juli 2004, di Markaz Al Imam Al Albani
Jordania – dipublikasi oleh salafi.or.id – hal 14. Website ini lebih tepat
disebut salafy irsyadi, karena lebih sarat muatan ke-Al -Irsyadan-nya.)
Masih ingat bukan
dengan saudaramu Abdul Hakim Abdat (da’i Al Sofwa-Al Haramain) yang diakui oleh
pengikutnya sebagai ahli hadits dari Jakarta itu? Dia juga hadir dalam acara
bersama Al Haramain Foundation, akrab dengan tokoh ikhwani Indonesia, tokoh
PKS, yakni Dr. Mushlih Abdul Karim (S-3 Konsentrasi Tafsir Al-Qur’an, Univ.
Islam Madinah-KSA dan Dosen LIPIA) dan Muhammad Yusuf Harun, MA (Magister
Konsentrasi Aqidah, Univ. Islam Madinah-KSA, Dosen LIPIA, dan Direktur L-DATA),
pengampu website aldakwah.org yang kental nuansa ikhwanul musliminnya.
Kami menyimpan bukti
kaset suara Abdul Hakim Abdat ketika ceramah di Riau yang memuji dan membela
LIPIA dan lulusannya : “ LIPIA bagus “ ( walau guru dan muridnya banyak sekali
yang ikhwani?!-pen). “…..Dan dari lembaga ini keluar anak-anak murid yang
ngerti bahasa Arab dan manhajnya bagus ……”.
Sementara engkau
sendiri (Abdurrahman At Tamimi) menyatakan : “Namun sangat disayangkan lulusan
dari Ma’had ini tidak mengetahui banyak tentang hakekat manhaj salaf.. “
(Pidato Sambutan Mudir Ma’had Ali Al Irsyad Surabaya, Abdurrahman At Tamimi,
tanggal 1-3 Juli 2004, di Markaz Al Imam Al Albani Jordania – dipublikasi oleh
salafi.or.id – Hal 14).
Semakin banyak saja
saudaramu sendiri yang engkau “habisi” di Markaz Al-Albani, Abu Nida’ cs, para
dai Ihya’ut Turats, para dai Al Sofwa, Kholid Syamhudi, Yusuf Utsman Ba’isa,
Yazid Abdul Qadir Jawwas, Abdul Hakim Abdat dan lainnya.
Ya Abu Auf Abdurrahman,
janganlah “terlalu dipikirkan” sambutan dari anak ingusan lagi bodoh ini –
sebagaimana ucapanmu di Markaz Al-Albani : “Akan tetapi yang paling
menyayat-nyayat jiwa kami adalah sebagian orang yang menisbatkan diri mereka
kepada dakwah salafiyyah, akan tetapi hakikatnya mereka adalah orang yang
berbuat “ghuluw” (menyimpang dan berlebih-lebihan dalam agama) dan ekstrim,
yang mana mereka memusuhi kami lantaran hasad dan dengki yang telah memakan
hati mereka. Padahal mereka itu masih anak-anak yang masih ingusan lagi bodoh “
(Pidato Sambutan Mudir Ma’had Ali Al Irsyad Surabaya, Abdurrahman At Tamimi,
tanggal 1-3 Juli 2004, di Markaz Al Imam Al Albani Jordania – dipublikasi oleh
salafi.or.id – hal.15).
Tidakkah engkau
menyadari! Adalah hal yang biasa jika anak kecil masih ingusan, tentu juga
karena umurnya yang masih sangat muda sehingga banyak hal yang belum dia
ketahui (masih lugu, bodoh). Barulah menjadi hal yang luar biasa jika engkau
adalah orang yang sudah dewasa tetapi masih tetap jahil, bodoh dan tidak mau
mengakui kejahilannya !
Satu hal penting
rupanya yang luput dari jangkauanmu, bahwa mayoritas (anak-anak yang masih
ingusan, lugu) hati-hati mereka masih bersih, fithrahnya masih lurus, belum
mengenal tipu daya dan dusta, serta tidak terlintas sama sekali untuk “tergoda”
merasakan dinarnya muassasah (yayasan) hizbiyyah, “minuman” yang dapat membikin
mabuk kepayang dan lupa daratan para dai yang berjubah salafy di yayasan Al
Sofwa, Al Irsyad dan At Turats itu.
Seteguk dia rasakan
dinarnya,
Kok Serasa nyaman di
badan,
Akhirnya ….
Bergelas-gelas
dihabiskan
Perut membuncit…
Hati nurani pun
menyempit,
Mata menjadi sipit,
Selebar koin dinar
Kuwait.
Sungguh suatu kenyataan
yang tidak hanya menyayat-nyayat jiwa kami, tetapi keadaan itu sangat dan sangat
memilukan serta memalukan, karena hal itu justru dilakukan oleh para dai yang
telah berumur dewasa, bahkan bergelar dan berijazah, memiliki madrasah, bergaul
dengan para ulama Ahlusunnah, mampu menerbitkan buku dan majalah. Demikianlah,
fitnah dinar hizbiyyah telah menjadikan semua itu tiada memiliki arti dan makna
di sisi Allah.
Engkau adalah orang
tua, yang seharusnya memberikan teladan untuk mengajarkan kebenaran dan
mendidik anak-anak (seperti kami ini), menjauhkan mereka dari dusta dan
kepalsuan ! Walhasil, mabuk kepayang akibat “minum” dinar hizbiyyah, diri
sendiri dan saudara-pun ditahdzir di Markaz Al-Albani! Sungguh mengenaskan
nasib rekan-rekan engkau.
Perhatikanlah!
Katakan kepada mereka
ucapan seorang penasehat. Dan haknya nasehat untuk diperhatikan!
Kapan manusia tahu
dalam agama Islam
Bahwa dusta adalah
sunnah yang diajarkan?
Dan bolehnya makan
“dinar” dengan cara “hizbiyyah”?
Pundak memanggul,
Tubuhpun jatuh
tersungkur
Wahai akal dan pikiran
Tidakkah ada diantara
kalian yang mengingkari hizbiyyah?
Ketahuilah,
Masjid-masjid kita
dihinakan dengan suara-suara dinar,
Sementara mereka…
memuliakannya dengan
jualan tersebut!
Kalaulah bukan arak di
badan,
Sesungguhnya dia…
Arak akal yang membuat
mabuk kepayang
Lihatlah kepada para
“pemakan” dinar!
Setelah mereka
“memakan” hati nuraninya
Hukumkan!
Mana diantara dua arak
yang paling benar?
Dinar hizbiyyah ataukah
dusta di sisi Allah ?
Wahai Abdurrahman at
Tamimi –Allahu yahdikum.
. Benarkah ucapanmu
bahwa : “Mereka berakidah salafiyyah hanya saja manhaj mereka Ikhwanul Muslimin
yang menyimpang? ”. (Pidato Sambutan Mudir Ma’had Ali Al Irsyad Surabaya,
Abdurrahman At Tamimi, tanggal 1-3 Juli 2004, di Markaz Al Imam Al Albani
Jordania, hal.3).
Kalau benar, tentu
tidak akan ada di muka bumi ini orang-orang Ikhwani yang marah dan murka,
ketika para Masyayikh menjelaskan dan membongkar kedok kesesatan Aqidah Hasan
Al-Banna, Sayyid Qutb dan Kibarul Ikhwan lainnya ! Padahal, kenyataannya mereka
(Ikhwani) marah dan murka. Apakah engkau akan mengatakan : “ Wahai orang-orang
IM, jangan marah kepada masyayikh, yang dibongkar khan cuma kesesatan aqidahnya
(bukan manhajnya!) Sedangkan aqidah kita kan sama-sama salafiyyah?! Tidak benar
marah kalian itu ! ”. Demikiankah pak tua ?!
Tidaklah heran jika
anak didik kalian sampai-sampai berkata : ”Yang penting kan aqidahnya!”
Walaupun Ikhwani tapi aqidahnya kan salafy! Benar dia adalah anggota firqah
Tabligh (Jama’ah sumbu wal kompor) tetapi beraqidah salaf!” Ya Subhanallah!
Selanjutnya, bagaimana
mungkin Abdurrahman ini mengumpulkan dua perkara yang saling bertentangan
(Salafy dan Ikhwani) ?! Alangkah miripnya ucapan Abdurrahman At Tamimi dengan
ucapan yang pernah dilontarkan oleh gembong dari segala gembong Ikhwani yaitu
Hasan Al-Banna!! Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi hafidhahullah (dalam Raddul
Jawab ‘ala man Thalaba minni ‘adama Thab’il Kitab) ketika membantah fatwa
Syaikh bin Jibrin yang membela Hasan Al-Banna menyatakan : ”Kedelapan,
terangkan kepadaku mengenai tindakannya mengumpulkan beberapa hal yang saling
berlawanan dalam menerangkan sifat dakwahnya (dengan pernyataan) bahwa
dakwahnya adalah dakwah salafiyyah, thariqahnya sunniyyah dan hakikatnya adalah
sufiyyah. Apakah mungkin ia dapat mengumpulkan antara perkara-perkara yang
saling berlawanan itu (salafiyyah, sunniyyah dan sufiyyah)? Apakah mungkin
berkumpul antara sufiyyah dan salafiyyah, juga antara sunnah dan sufi?
Sesungguhnya mengumpulkan keduanya (salafiyyah dan sufiyyah) bagaikan
menyatukan antara air dengan api”.
Wahai Abdurrahman At
Tamimi ! Apa bantahanmu terhadap jawaban Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi ini?!
Dapatkah disatukan antara salafy dengan ikhwani?! Apakah engkau akan berkata
:”Buktinya kami dengan ikhwaniyyin dapat bersatu dalam daurah-daurah yang kami
hadiri!” Maka orang Sunda-pun menjawab:”Kalau itu mah bukan salafi’, tetapi
sururi’ atuh! Hanya huruf akhirnya (i) saja’ yang sama’.
Selanjutnya, bagaimana
mungkin engkau (dengan kecerdasanmu) menisbahkan kepada mereka berakidah
salafiyyah HANYA KARENA sesuai dengan pelajaran yang diajarkan di negeri
mereka. Kebatilan syubhatmu ini dapat disingkap dari 2 sisi :
a. “Tidak setiap orang
yang belajar buku-buku salaf berarti dia salafy!”. Engkau yang lulusan
Universitas Cairo-Mesir (negeri IM dilahirkan) dapat membuktikan kebatilan
ucapanmu itu, dengan menanyakan kepada tentara bayaran hizbiyyin yang kebetulan
lulusan Universitas Madinah! Bahkan jawablah dengan jujur – wahai Abdurrahman-
, penggede PK Al-Ikhwanimu itu, apakah lulusan S3 dari Madinah?! Apakah dia
beraqidah salaf?! Allahu yahdik!
b. “Tidak setiap
pengajar buku-buku salaf berarti dia salafy!”. Talbis (penyesatan, red) yang
biasa kalian lontarkan yaitu:”Buku-buku pelajaran yang kami ajarkan menjadi
saksi bahwa kami bukanlah hizbiyyin, sebagaimana yang kalian tuduhkan!”
Jawabannya cukuplah kita nukilkan dari buku “Meruntuhkan Syubhat Hizbiyyin”
hal. 57-58, perhatikan :”Tuduhan kami kepada kalian bahwa kalian sururi, bukan
karena buku-buku yang kalian ajarkan, tetapi karena pemikiran dan sikap kalian yang
sama dengan mereka (juga karena nasab “dinar hizbiyyah” kalian dengan Salman
Al-Audah-pen). Tokoh-tokoh sururi yang diserang para ulama juga menggunakan
buku-buku Salaf. Mereka menggunakan Syarah Aqidah Thahawiyah dan buku-buku yang
lain. Bukankah ini kitab salaf? Tapi apa yang dilakukan ketika mensyarah?
Mereka masukkan pemikiran-pemikiran sesatnya seperti yang dilakukan Safar
Al-Hawali. Buku-buku itu dijadikan tameng untuk menutupi diri. Walaupun bukunya
buku salaf, kalau pensyarahnya orang memiliki pemikiran salah, maka syarahnya
juga salah”.
“Demikian juga
contohnya orang-orang NII. Mereka mengajarkan kitab Fathul Majid, Utsuluts
Tsalatsah, Syarah Aqidah Thahawiyah dan lain-lain. Tapi syarahnya mereka
simpangkan… Jadi tidak mesti orang yang mengajarkan kitab-kitab salaf berarti
salafy”.
Tentu saja dengan
kaidahmu ini, maka tidak salah jika dikatakan bahwa: “Engkau masih termasuk
saudaranya Abu Bakar Ba’asyir, wahai Abdurrahman…” Bukankah “buku aqidah”
kalian sama?
(Menurut tesis S2
Sosiolog UGM, yang kini menjadi dosen IAIN, Drs. Sabarudin MSi, menyatakan
bahwa Abu Nida’ sempat mengajar di Ponpes Ngruki binaan Abu Bakar Ba’asyir, dan
menikahi santriwati disana sebelum mendirikan Yayasan At Turats Al Islamy.
Sementara kesesatan Abu Nida, Kholid Syamhudi yang mengambil manhaj dan dana
dari Ihya’ut Turats Al Kuwait oleh Abdurrahman At Tamimi justru dibela dan
dicarikan kilahnya yang dimuat di website Abdurrahman at Tamimi
(http://salafi.or.id/viewjawaban.php?pid=24 ) dengan judul “Bantuan Ihya
At-Turots Kuwait” sbb : “Adapun pondok Imam Bukhari (pimpinan Kholid Syamhudi,
rekan Abu Nida), benar yang engkau katakan (mengambil dana Ihya at Turats
Kuwait), tapi perlu engkau ketahui bantuan itu tanpa ada tekanan atau persyaratan
apapun.)”.
Demikianlah upaya
diantara mereka untuk saling bantu membantu dalam menetralisir keadaan ketika
ada tekanan maupun pertanyaan yang merujuk pada keterangan para Masyayikh
tentang hizbiyyah sesatnya Ihya’ut Turats. Tidak diragukan lagi, ini adalah
bentuk pembelaan At-Tamimi tentang bolehnya menerima dinar hizbiyyah Ihya’ut
Turats!!
Simaklah firman Allah
berikut ini :
“Tidakkah mereka
mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala
yang mereka nyatakan?” (QS Al Baqarah 77)
Ini merupakan bukti dan
sumbangsih nyata Abdurrahman At Tamimi atas keberadaan dakwah Sururiyyah di
Indonesia, yang telah menerima kucuran dinar hizbiyyah dari Ihya’ut Turats Al
Irsyad , Al Sofwa, Majelis At Turats, Ma’had Bukhari, Islamic Center Bin Bazz
dan elemen-elemen hizbiyyah yang masuk jaringannya. Semoga engkau dapat
mengambil manfaat dari kenyataan ini.
Bukti Kesembilan
Siapakah “yang
bergabung dengan kelompok hizbiyyah dan yang terdepan adalah Partai Keadilan
Al-Ikhwani” – wahai Abdurrahman At Tamimi – ?! Untuk kesekian kalinya anak yang
masih ingusan itu “memapah” mu untuk berjalan…
Sekarang kita mengenal
lebih dekat lagi dengan saudara engkau Muhammad Ibn Ibrahim al Khalaf dengan
Al-Sofwa Al-Muntada miliknya. Bahkan dananya sudah sangat akrab dengan engkau
dan rekan engkau, tetapi jangan takut dulu karena bukan itu yang sedang kami
bahas pada poin ini. Lihat perselingkuhannya dengan partai keadilan al- ikhwani
seperti ceramah engkau di Jordania. Berikut Ustadz, Muhammad As-Sewed yang akan
membantumu menjelaskannya (Persaksian dan Kesaksian), berikut kutipan dari
website salafy.or.id :
(4). Membantu
program-program ahli bid’ah baik dari kalangan pengikut tarekat shufiyah,
Ikhwanul Muflisin ataupun NII (gerakan Khawarij di Indonesia-negara bawah
tanah, satu komunitas dengan cacing, rayap dan orong-orong. Pemimpin NII adalah
Khalifah angan-angan dengan menteri khayalan di negara impian!!-pen).
(5). Mempekerjakan
orang-orang yang tidak jelas manhajnya di dalam yayasan Al-Sofwa (Yayasan tong
sampah !-pen).
(6). Yang lebih jelas
dari itu adalah hubungannya dengan Anis Matta (Sekjen PK Al-Ikhwani -kata
Abdurrahman At Tamimi ) yang jelas-jelas tokoh Ikhwanul Muflisin di Indonesia.
Saya pribadi pernah memergokinya bersama Anis Matta di Hotel Karya II, Jakarta.
Maka saya menegurnya, kemudian dia beralasan hanya membantu program khusus
bahasa Arabnya.
(7). Hubungan eratnya
dengan Ikhwanul Muflisin bertambah jelas ketika ia menitipkan istrinya bersama
akhowat Ikhwanul Muflisin di Madrasah Ikhwanul Muflisin yaitu Al-Hikmah yang
pernah melarang murid-murid wanitanya memakai cadar !
(Dinukil dari
Persaksian Ustadz Muhammad Umar As Sewed yang berjudul Persaksian Tentang
Yayasan Al Sofwah,
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=557)
Diantara tokoh
hizbiyyun, berpaham Ikhwanul Muslimin yang ada di yayasan Al Sofwa – selain
Muhammad Kholaf – sebagai berikut :
1. Dr. Ahzami Sami’un
Jazuli, dia tokoh PKS/Alharamain/syariahonline, kasetnya direkomendasikan untuk
diperdengarkan ummat di website al Sofwa, (simak
http://www.salafy.or.id/download/alsofwah.zip). Padahal Ahzami Sami’un di syariahonline
terang-terangan mengambil pendapat Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, Yusuf
Qaradlawi, membela Ikhwanul Muslimin, melecehkan Salafy.
2. Musthafa Aini, Lc
(Alumni Fak. Da’wah dan Ushuluddin-Univ. Islam Madinah dan Ketua Dept. Da’wah,
ALSOFWA), tokoh Al Sofwa yang kerap hadir dalam acara Al Sofwa sendiri, DDII,
L-Data, seorang berpemikiran Quthby, simak di
http://www.salafy.or.id/download/sururi.zip
3. Dr. Mushlih Abdul
Karim, MA (S-3 Konsentrasi Tafsir Al-Qur’an, Univ. Islam Madinah-KSA dan Dosen
LIPIA), da’i Al Sofwa sekaligus pendiri PKS, tokoh Al Haramain dan
Syariahonline. Simak di http://www.salafy.or.id/download/alsofwah.zip
4. Muhammad Yusuf
Harun, MA (Magister Konsentrasi Aqidah, Univ. Islam Madinah-KSA, Dosen LIPIA,
dan Direktur L-DATA), da’i Al Sofwa sekaligus pengampu website aldakwah dan
majalah Al Dakwah produk L-Data, yang banyak mengadopsi pikiran tokoh Ikhwanul
Muslimin, simak di http://www.salafy.or.id/download/sururi.zip.
Berarti sudah dua kali
engkau hantam saudaramu sendiri – wahai Abdurrahman – karena perselingkuhannya
dengan Partai Keadilan Al-Ikhwani, baik yang bersemayam di Al Sofwa dan LIPIA,
dalam ceramahmu di Markaz Al-Albani!
Kita lanjutkan lagi –
wahai Abdurrahman – Allahu yahdikum…
Bukti Kesepuluh
Engkau tentu kenal
dengan saudaramu yang lain yakni Abdullah Hadrami As-Sururi Al-Pramuki (Nisbat
kepada pramuka/pramuki, da’i senyum sana-senyum sini, da’i disini senang-disana
senang). Al-Pramuki ini satu komplotan dengan Agus Hasan Bashari M.Ag (Alumni
LIPIA, Magister Unmuh Malang) dari Al-Sofwah- Al-Haramain cross link (simak di
http://www.salafy.or.id/download/alsofwah.zip).
Abdullah Hadrami kini
menjadi corong-corongnya dakwah hizbiyyah di Malang. Dia juga diundang untuk
mengajar orang-orang PK Al-Ikhwani (seperti ucapanmu) di kantor Pelayanan Pajak
Batu Malang (biasanya diisi oleh ketua PK Al-Ikhwani) ! Selain itu, dia juga
punya kajian ummahat pada hari Senin ba’da Ashar di gedung Fathimah –di sebelah
rumahnya-, Apa keistimewaannya? “Da’i gaul” ini bisa “liat abis”, maksudnya
seluruh hadirat, muslimah yang hadir tanpa hijab! Kajian yang 99,9% dihadiri
wanita dan hanya 0,1% prianya yakni dirinya sendiri -satu-satunya pria- yang
hadir, qadarullah penulis mengetahui sendiri kejadian ini! Walaupun rajul ini
hanya da’i lokal, namun sepak terjangnya berskala nasional (jangan bangga
dulu). Betapa tidak, ketika ramainya musim kampanye kemarin, di Malang dia ikut
hadir dalam pertemuan dengan tokoh nomor satu dari PK Al-Ikhwani – seperti
ucapanmu wahai Abdurrahman – yaitu DR.Hidayat Nurwahid MA dan bahkan dia pula
yang membacakan do’anya pada pertemuan itu!!
Inikah manhaj salaf?
Inikah teladan a’i mmah? Siapa engkau siapa masyayikh?! Dimana pula engkau lemparkan
prinsip-prinsip Al-Wala’ dan Al-Bara’ itu? Jangan coba-coba lagi engkau menipu
ummat dengan mengaku sebagai murid Syaikh Utsaimin!! Dan kalaupun betul engkau
adalah murid Beliau, apakah ini dapat menjadi hujjah atas benarnya “pergaulan
bebas”mu?! Washil bin Atha’-pun dulunya adalah murid dari Imam Hasan Al-Bashri
rahimahullah!
Demikianlah bencana
dari hasil muammalah hizbiyyah, sehingga tanpa disadari, satu persatu (maaf)
penutup auratnya ditanggalkan dan tanpa rasa malu –sedikitpun- mereka berlarian
kesana kemari mempertontonkan “aurat hizbiyyahnya”! Na’udzubillah minal
hizbiyyah.
Akhirnya bendera SALAF
mereka kibarkan terbalik sehingga tertulis FALAS (baca:VALAS). “Siapa yang
berani membeli dakwah kami dengan harga yang tinggi?” Itukah teriakan para
pialang dakwah di gedung ‘Bursa Efek Dakwah Dinar (BEDD)’ yang berlangsung
dengan ramainya? Maka betapa terpukulnya si Abdullah Hadrami Al-Pramuki ini –
wahai Abdurrahman – ketika dia menerima teks tahdzir ceramahmu, mengingat
perselingkuhannya dengan dedengkot PK Al-Ikhwani (serta kemesraan hubungannya
dengan orang-orang PK Al-Ikhwani Malang) yang engkau hantamkan di Markaz
Al-Albani. Perbuatanmu itu telah “membahayakan karirnya” di kalangan
ikhwaniyyin, wahai Abdurrahman…! Tega nian dirimu ini!
Bukti Kesebelas
Abdurrahman At Tamimi
berkata :“ …….. dengan diadakannya “Dauroh Syar’iyyah tentang Aqidah dan Manhaj
“ oleh Ma’had kami, Ma’had Ali Al-Irsyad Al Islami yang bekerja sama dengan
Markaz yang mulia ini, mempunyai dampak positif yang nyata/produktif dalam menyebarkan
dakwah Salafiyyah dan memahamkan aqidah yang benar Turats dan Al-Haramain
sebagai yayasan hizbiyah yang berbahaya. Dan bolehnya bermuammalah hizbiyyah
dengan mereka oleh Syaikh Ali diberi syarat-syarat yang tidak akan mungkin
dapat kalian penuhi.
Sebagaimana dituturkan
oleh Ibnu Yunus – seorang mantan da’i al Sofwa dari Makassar yang melawan
kebijakan At Turats sendiri – di Jember pada tanggal 2 Januari 2004 “Ketika
ditanyakan kepada Syaikh Ali, maka Beliau memberikan tahqiq komentar apa yang
disebut Syaikh (Salim Al-Hilaly) tadi bahwa mereka tidak punya syarat maka
perlu dilihat; kata Syaikh : ”Ini hampir mustahil bahwa mereka sekarang tidak
memberikan syarat, tapi mereka melihat ke depan dan menjadikan kalian tidak
bisa lepas dari mereka!” Setelah itu Syaikh memberikan syarat-syarat untuk
bermuammalah (hizbiyyah-pen) dengan mereka, yaitu bahwa kehadiran kita- sikap
kita tetap tegas terhadap hizbi. Kedua, kehadiran kalian ke sana bukan
merupakan tazkiyah terhadap hizbiyyin. Maka ini jelas sesuatu yang tidak
mungkin terpenuhi syarat (dari-pen) Syaikh Ali”.
Ibnu Yunus melanjutkan
: “Maka inipun tidak mereka angkat dan mengatakan:”Itu khan Syaikh Ali yang
berfatwa, kita tidak taqlid kepada Syaikh Ali!” Menurut para sanad itu yang
saya dengar dari Aunur Rafiq! Para sanad perawi dari Abdullah Amin. Jadi mereka
masih membela “mentatbiq” mauqif mereka pada yayasan hizbiyyin ini. Jadi
ikutnya daurah mereka setelah ini tidak berguna, kenapa? Karena mereka tetap
mengatakan ini fatwa, bisa diambil bisa tidak. Kalau begini, ini bahaya. Kapan
kita ber… pada para ulama? Seorang ‘alim diikuti karena dalilnya. Ini rupanya
yang masih ada pada mereka. Saya mengatakan bahwa yang paling parah adalah Abu
Nida’, kemudian Aunur Rafiq (Al-Furqan Gresik) dengan pembelaannya yang
terakhir. “
Ibnu Yunus melanjutkan
: “Kemudian Abdurrahman At Tamimi –Abdullah Amin yang lebih tahu- karena adanya
mauqif tentang masalah Kediri, dimana Kediri sudah siap untuk lepas dari
Ihya’ut Turats…. dan teman-teman sudah berusaha, kemudian Masrukin masuk
(baca:Majruhin – kaki tangan Aunur Rafiq, dia pernah mencoba masuk Universitas
Islam Madinah dengan memalsukan umurnya – biar awet muda?- Lolos di Indonesia
dan sungguh tragis, kedoknya terbongkar di Madinah sehingga dipulangkan tanpa
sempat duduk “merasakan” bangkunya Jami’ah. Tapi lumayan bisa naik pesawat
gratis PP Indonesia-Saudi-pen) dan mengeluarkan Masrukin sebagai ketua. Tetapi
kemudian mendatangkan Aunur Rafiq, bahkan setelah itu datang beberapa ustadz
dari Surabaya. Maka di situ dia berbicara dan saya tidak tahu apa yang
dibicarakan, tetapi intinya mereka masih membela (Ihya’ut Turats) dan
mengaburkan perkataan Syaikh Ali di daurah….”.
Wahai hizbiyyun yang
suka berubah-ubah warna kulit, seperti bunglon, kenapa tidak kalian sebarkan
kepada ummat fatwa penting ini di majalah dan internet kalian yang banyak itu
agar ummat mendapatkan manfaatnya dan sekian banyak permasalahan akan selesai
dengan sendirinya, biidznillah?
Janganlah anak-anak
ingusan ini diajari akhlak buruk khianat ilmiah dan dusta !
Perhatikanlah firman
Allah Ta’ala berikut ini :
“Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa…” (QS An Nisa 107)
Sementara engkau
berceramah lagi : “ Mereka (para da’i ) salafiyyah ini tidak mencari kenikmatan
dunia yang fana, tidak menginginkan kursi-kursi kekuasaan dan tidak pula
bermain dalam hidangan politik, akan tetapi keinginan mereka adalah mendidik
generasi dengan pendidikan Islam yang benar diatas dasar “tasfiyyah”
(Pemurnian) dan “tarbiyyah” (Pendidikan) yang memurnikan pemikiran-pemikiran
yang mencemari agama yang lurus ini “. (Pidato Sambutan Mudir Ma’had Ali Al
Irsyad Surabaya, Abdurrahman At Tamimi, tanggal 1-3 Juli 2004, di Markaz Al
Imam Al Albani Jordania – dipublikasi oleh salafi.or.id – Hal 15)
Mana bukti ucapanmu ini
di hadapan kurang lebih 1000 orang penuntut ilmu dari berbagai negara, wahai
Abdurrahman ?
Inikah “Tasfiyyah”
(pemurnian) dari fatwa-fatwa masyayikh yang dapat membongkar kedok hizbiyyah
kalian ?
Inikah “Tarbiyyah”
(pendidikan) “dustaiyyah” ya Al-Kadzab ?
Perhatikanlah firman
Allah Ta’ala berikut ini :
“Mereka hendak menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri
sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS Al Baqarah 9 – 10)
“Kecelakaan besarlah
bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa…” (QS Al Jatsiyah 7)
“Terkutuklah
orang-orang yang banyak berdusta,…” (QS Adz Dzariyat 10)
Wahai Abdurrahman At
Tamimi ,
Apakah engkau tidak
dapat mengambil faedah ilmunya Syaikh Ali Hasan ketika Beliau mensifati
berbagai manhaj kelompok yang menyimpang? Kata Beliau: “Diantara mereka ada
yang mudzabdzab (tidak jelas warnanya)… yang berbasa-basi dan tidak memiliki
ketegasan dalam bersikap…”(Tashfiyah wat Tarbiyyah hal.8, dalam Al-Azhar
Al-Mantsurah, Syaikh Abu Abdurrahman Fauzi Al-Atsari hal 53)
Apakah engkau tertidur
ketika membaca halaman ini ? Ataukah engkau justru dapat mengambil pelajaran
“berharga” betapa “berharganya” menjadi da’i pramuka, “disini senang, disana
senang”? Satu kaki berpijak di atas dinarnya Al-Kuwaity dan kaki lainnya
beralaskan dirhamnya Sururi?
Tetapi Syaikh Muqbil
telah menasehatkan kepada salafiyyin agar waspada dan menghindari dari jenis
dakwah komplotan mudzabdzab ini: “…Dakwah bagi kami lebih mahal daripada dirham
dan dinar, saya nasehatkan kalian jangan suka mencoba-coba, terkadang bersama
Ihya’ut Turats dan terkadang pindah ke Sururiyyun. Berdirilah di atas kaki
sendiri dan beramalah dengan mengharap wajah Allah semata. Allah tidak akan
menyia-nyiakan amalanmu”(Tanya jawab dengan Syaikh Muqbil, hal.85).
Engkau menghendaki
keselamatan
Tetapi tidak engkau
tempuh cara-caranya
Sesungguhnya …..
Perahu layar tidak akan
berjalan di atas daratan
Dari berita terakhir
yang mereka sebarkan di situs hizbinya yang paling “gress” yaitu salafi.or.id
tertanggal 02/09/2004 (Lihat! Betapa hizbiyyin-sururiyyin-turatsiyyin seperti
kebakaran jenggot karena tipu muslihat dan kedok “dinar hizbiyyahnya” serta
kehinaan dakwahnya terus diterangkan kepada ummat oleh salafy.or.id, sehingga
mengharuskan mereka untuk membuat situs terbaru yang sama persis kecuali 1
huruf pembeda yaitu (i) hizbi pada kalimat “salafy”! Ingat bukan dengan kisah
bani Israil dimana Allah firmankan “Hiththah” dan bani Israil mengubahnya
menjadi “Hinthah”, ada tambahan 1 huruf (nun) yahudi!
Berita (Internet
http://www.salafi.or.id/viewjawaban.php?pid=24) itu isinya adalah jawaban
tentang bantuan Ihya’ut Turats Kuwait: ”Ma’had ‘Ali Al-Irsyad Surabaya dan PP
Al-Furqon Gresik, sama sekali tidak mendapatkan bantuan dari Ihya’ut Turats dan
ini adalah fitnahan dari orang-orang yang dengki dan iri. Adapun Pondok Imam
Bukhari, benar yang engkau katakan, tapi perlu engkau ketahui bantuan itu tanpa
ada tekanan atau persyaratan apapun…” Ini adalah talbis! Adapun kedustaannya
dapat diketahui dari beberapa sisi:
a. Kalian telah
berdusta atas nama Syaikh Ali dimana Beliau memberikan persyaratan yang tidak
mungkin dapat kalian penuhi dan syarat itu tidak kalian sebutkan pada jawaban
ini!
b. Ucapan kalian:”Ini
adalah fitnahan dari orang-orang yang dengki dan iri”. Inipun alasan dusta!
Sebab bisa jadi (dulu) diantara salafiyyin pernah mendapatkan jasa baik kalian
dalam masalah duniawi. Diantara kita dulunya bahkan banyak yang berkawan dan
bersahabat. Perpecahan mulai terjadi setelah datangnya dinar hizbiyyah itu,
setelah adanya fatwa Ulama Ahlusunnah, setelah adanya nasihat pewaris
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam. Dalam masalah ini, apalah artinya
tuduhan dengki? Dan justru hal ini sebagai hujjah terhadap kalian bahwa
permusuhan dan peperangan ini tidak ada sangkut pautnya dengan masalah pribadi
selain manhaj hizbi kalian!
Adapun “iri”, tentu
saja “jauh panggang dari api”, karena engkau tentu paham sekali bahwa
ustadz-ustadz kami (sebagiannya) adalah mantan tentara-tentara bayaran Ihya’ut
Turats dengan “jaminan ini dan itu”! Dan hanya semata karena hidayah dan
pertolongan dari Allah sajalah mereka dapat meninggalkannya dan berlepas diri
dari organisasi hizbiyyah sesat yang “sangat menjanjikan itu”! Alhamdulillah.
Adapun kalian? Berapa
banyak lagi diantara ustadz kami ditawari untuk menjadi da’i muassasah
hizbiyyah lainnya (seperti Al-Haramain Foundation) dengan jaminan fasilitas
hidup (yang dapat membikin hati tersentuh, air liur menitik deras keluar, dari
manusia yang berjiwa kerdil) dan dengan tegas mereka menolaknya! Apakah kalian
tidak bisa mengajukan alasan lain yang talbisnya “rada-rada ilmiah” selain
kedua alasan ‘picisan’ ini –
wahai Abdurrahman- ?
c. Tulisan
kalian:”Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya dan PP Al Furqon Gresik sama sekali tidak
mendapatkan bantuan dari Ihya’ut Turats” Inipun dusta! Buktinya?
Kalian telah melakukan
(kata orang sono) “Money Laundry Crime”, kejahatan pencucian uang yang disebut
pula “penjahat berkrah putih”. Padahal jelas adanya upaya memutihkan/melegalkan
“dinar hizbiyyah” dari kejahatan persekongkolan “mafioso hizbiyyah” yang kalian
lakukan! Kalaulah penjahatnya lihai, tentu uang tersebut dimasukkannya
(baca:dicucinya) di bank-bank resmi sehingga kejahatannya tampak lebih halus
dan lebih tersamar.
Hanya saja karena
kalian cara kalian masih amatiran, maka kalian mencuci “dinar hizbiyyah” itu di
yayasan Al Sofwah, yang notabene juga hizbiyyah! Maka tidak mungkin “dinar
hizbiyyah” itu berubah menjadi legal walaupun al Sofwa bermoto dan ber AD-ART
seakan yayasan “salafiyyah” ?! Jelas, At Turats sebagai ‘god father’-nya,
sementara Al Sofwa sebagai ‘big boss’ kalian ! Mayoritas bantuan Al Sofwa
diperoleh dari Ihya’ut Turats, sebagian lainnya dikumpulkan dengan rekomendasi
Salman Al-Audah Al-Quthbiy Al-Bannawy Al-Qaradhawy! Lebih jelas lihat
Persaksian Ustadz Muhammad Sewed. Maka jawaban tersebut tidak lebih dari “tipu
daya” kalian saja!
d. Al-Irsyad
jelas-jelas bekerjasama dan menerima dana dari Ihya’ut Turats. Ini bukanlah
fitnah karena iri dan dengki. Lihat situs kalian sendiri yang “ditangkap basah”
oleh salafy.or.id sebagai berikut :
9.Nama file www.alirsyad.8m.net_mitra.HTM,
berisi kerjasama PP Al Irsyad di dusun Butuh Tengaran Salatiga yang dikelola
Yusuf Baisa dengan At Turats!
14.Nama file
alirsyad2.bmp, screen shot situs PP Al-Irsyad kerjasama dengan Al-Sofwa,
sengaja disimpan agar tidak dianggap fitnah karena info ini nyata dan bersumber
dari PP Al Irsyad sendiri!
15.Nama file
alirsyad3.bmp, screen shot situs PP Al Irsyad kerjasama dengan Ihya’ut Turats
Kuwait, sengaja disimpan agar tidak dianggap fitnah karena info ini nyata dan
bersumber dari PP Al Irsyad sendiri!
18. Nama file
alirsyad3.bmp, screen shot situs PP Al Irsyad,mendoktrin dengan fikroh Yusuf
Qardhawy Al-Bannawy, sengaja disimpan agar tidak dianggap fitnah karena info
ini nyata dan bersumber dari Al Irsyad sendiri!
19.Nama file www.infoalirsyad.com_edisi53_index-8.html
berisi kerjasama dengan Muhammad Al-Qahtani dedengkot At Turats Kuwait, kaki
tangan At Turats hendak membantu membikin Islamic Centre, stasiun TV, pemberian
VCD!
20.Nama file
alirsyad.8m.net_Alumni_Alumni3.htm, berisikan alumni didikan PP Al-Irsyad
Tengaran, nyata direstui untuk mendukung kepada lembaga pendananya, At Turats!
21.Nama file
www.infoalirsyad.com_edisi58_index-16.html, berisikan dukungan resmi Al-Irsyad
kepada PARTAI POLITIK Islam!!
(Simak Download Center,
www.salafy.or.id/download.php, file alirsyad.zip)
Maka, sekarang anak
ingusan ini memohon kejujuran pembaca sekalian, untuk menyimak kembali suara
merdu yang mendayu-dayu dari lisan tuan Abdurrahman ini di Jordania : “Mereka
(para da’i ) salafiyyah ini tidak mencari kenikmatan dunia yang fana, tidak
menginginkan kursi-kursi kekuasaan dan tidak pula bermain dalam hidangan
politik”! (Pidato Sambutan Mudir Ma’had Ali Al Irsyad Surabaya, Abdurrahman At
Tamimi, tanggal 1-3 Juli 2004, di Markaz Al Imam Al Albani Jordania –
dipublikasi oleh salafi.or.id – Hal 15)
Bukankah dana hizbiyyah
dan fikrah hizbiyyin adalah kenikmatan dunia yang hina dan fana? Dan bukankah
dukung-mendukung partai adalah hidangan trik dan intrik permainan politik?
Perhatikanlah firman
Allah Ta’ala berikut ini :
“Yaitu orang-orang yang
telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka
menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS Al Kahfi 104).
Tentu pembaca akan
sepakat dengan kami – anak ingusan yang bodoh ini – bahwa dengan kedua
kenyataan di atas cukuplah bagi kita semuanya untuk mengantarkan “Beliau” ke
singgasana juara “Berkicau Tingkat Internasional (BTI)”.
Setelah terjepit
seperti ini, apakah engkau akan berkilah:”Itu kan Al-Irsyad, bukan Ma’had Ali
Al-Irsyad, kami berbeda dan tidak ada hubungannya!”
Kami – anak ingusan
lagi bodoh inipun – menjawab:”Berbeda nama, na’am. Tetapi tidak ada
hubungannya? Tentu bukan engkau yang berwenang menjawabnya! Cholid Aboud
Bawazer sebagai Pimpinan Wilayah Al-Irsyad Jawa Timur yang berhak menjawabnya.
Hanya saja nama dia juga tercantum di majalah Adz-Dzakhiirah Ma’had Ali milik
kalian sebagai penasehat. Jadi bukankah bukti di atas sudah merupakan jawaban
sebelum Cholid ini menjawab?!
Apakah semata kebetulan
bahwa nama Al-Irsyad ini sama dengan nama di belakang tulisan Ma’had Ali?
Apakah suatu kebetulan juga jika Al-Irsyad didirikan oleh Ahmad Syurkati
Al-Mu’tazili? Ingatlah kembali dengan pengakuan dan pujianmu terhadap Surkati
dan Al-Irsyadnya : ”Dakwah Beliau meliputi seluruh negeri dan Beliau telah
mencetak kader yang menolong dan membantu dakwah Beliau di seluruh jazirah
Indonesia. Syaikh Ahmad As-Surkati terpengaruh dengan dakwahnya Syaikhul Islam
Muhammad bin Abdul Wahhab dan juga Syaikh Muhammad Rasyid Ridha –rahimahullah- beserta
majalahnya ‘Al-Manar’. Beliau mengarang, mengajar dan membangun “MADRASAH
AL-IRSYAD” pada tahun 1914 M” (Simak Pidato Sambutan Mudir Ma’had Ali Al Irsyad
Surabaya, Abdurrahman At Tamimi, tanggal 1-3 Juli 2004, di Markaz Al Imam Al
Albani Jordania – dipublikasi oleh salafi.or.id – hal. 13-14). Engkaupun
berceramah di Markaz Al-Albani bahwa Syurkati ini seorang lelaki shalih,
reformis, menyeru kepada tauhid, mempersiapkan jalan untuk kepada dakwah
salafiyyah yang murni. Apakah “Pondasi Jalan Dakwah Salafiyyah Yang Murni” itu
dengan cara mendustakan berita Rasulullah shalallahu ‘Alaihi wa Salam tentang
datangnya Al Mahdi dan mendustakan turunnya Isa ‘Alaihissalam.? (Simak Pidato
Sambutan Mudir Ma’had Ali Al Irsyad Surabaya, Abdurrahman At Tamimi, tanggal 1-3
Juli 2004, di Markaz Al Imam Al Albani Jordania – dipublikasi oleh salafi.or.id
– hal.14)
Engkau berdusta, wahai
Abdurrahman…
Syaikhul Islam Muhammad
bin Abdul Wahhab tidaklah pernah “mempengaruhi” Syurkati untuk mendustakan
berita Rasulullah shalallahu ‘Alaihi wa Salam tentang datangnya Al Mahdi dan
mendustakan turunnya Isa ‘alaihissalam dan tidak pula mengajarkan demikian
kepada siapapun!! Kalau engkau orang yang benar maka tunjukkan di kitab apa
Ahmad As-Syurkati terpengaruh dengan dakwahnya Syaikhul Islam Muhammad bin
Abdul Wahhab yang mendustakan berita Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam?!
Bukankah ini talbisul haq bil batil? Ataukah engkau salah ketik sehingga
semestinya tertulis mempersiapkan jalan untuk kepada dakwah Salafiyyah yang
dicemari aqidah sesat ! Atau mempersiapkan jalan untuk kepada dakwah
mu’tazilah? Wallahul musta’an…
Bahkan yang lebih
memperkuat hal ini adalah ucapanmu sendiri tentang Ahmad Syurkati : ”Hal-hal
yang menyelisihi dan menyimpang dari aqidah Salafiyyah (Pidato Sambutan Mudir
Ma’had Ali Al Irsyad Surabaya, Abdurrahman At Tamimi, tanggal 1-3 Juli 2004, di
Markaz Al Imam Al Albani Jordania – dipublikasi oleh salafi.or.id – hal. 14)”.
Ucapanmu ini sebagai bukti bahwa “engkau telah membatilkan” ucapanmu yang
sebelumnya (lelaki shalih dan seterusnya..)!! Inilah fakta yang menunjukkan
jubah salafy gadungan yang engkau kenakan ternyata selemah sarang laba-laba.
Walhamdulillah.
Perhatikanlah firman
Allah Ta’ala berikut ini :
“Dan sesungguhnya rumah
yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS Al Ankabut 41)
Bangunan tidak akan
berdiri melainkan di atas tiang-tiang
Bukanlah tiang bila
tidak tegak di atas dasar yang kokoh!
Adakah kemurnian dan
kesucian aqidah Salafiyyah dilandaskan kepada aqidah sesat?! Tentu saja ada
perkecualiannya yaitu kaidah aqidah “made in” Abdurrahman At Tamimi Al-Kadzab!!
Dengan rekor kedustaanmu yang bertumpuk-tumpuk ini, sungguh kami percaya dan yakin
bahwa masih banyak lagi kesesatan-kesesatan orang ini yang sengaja engkau
sembunyikan dari ummat!! Tetapi sampai kapan engkau dapat menutupinya
rapat-rapat – wahai Abdurrahman – ? Rasa-rasanya (dengan ijin Allah ) upaya
jahatmu ini tidak akan bertahan lebih lama lagi! Insya Allah !!
e. Adapun ucapanmu
“bantuan itu tanpa ada tekanan” jelas ini adalah omong kosong, hisapan jempol
belaka dan dusta 100%! Kalian perlu bukti ? Tentu ada …
Abu Mas’ud – seorang
da’I yang dulunya bersama At Turats dan Al Sofwa – telah mengkritik
hizbiyyahnya Ihya’ut Turats dan Al Sofwa Al-Muntada dan betapa berbahayanya
muassasah hizbiyyah itu, imbalan apa yang dia dapatkan? Dikeluarkan dari Al
Sofwa dan didepak oleh Aunur Rafiq dari Al Furqan Gresik! Inikah yang kalian
katakan kepada penanyamu (yang bernama Nida di salafi.or.id, semoga dia bukan
anak dari Abu Nida’ atau kalaupun benar semoga Allah melindungi dia dari
kesesatan bapaknya! Amin) bahwa “bantuan itu tanpa ada tekanan”?!
Bahkan rekanmu sendiri,
Sholeh Su’aidi, Rizky Abu Yahya, dkk berusaha melepaskan pondoknya di Kediri
dari cengkeraman Ihya’ut Turats, hasil apa yang dia dapat? Sama pula nasibnya,
angkat kaki dan kopor dari pondok itu akibat “unjuk giginya” Aunur Rafiq dan
Abdurrahman At Tamimi Al-Kadzab!! Masih kurang buktinya? Tambah lagi.. Ibnu
Yunus dituduh pula oleh komplotan “The Gangster of Dinar Hizbiyyah” mu sebagai
pembuat fitnah dan pemecah-belah!! Apa pembelaan dia?. Ibnu Yunus menyatakan :
“Sebelum saya datang, salafiyyin sudah pecah! Kenapa? Karena muammalah kalian
(dengan hizbiyyin). Jadi bukan saya yang membuat fitnah, tapi Abu Nida’ yang
membuat fitnah. Kenapa dia tidak mau lepas dari Ihya’ut Turats? Kalau Abu Nida’
lepaskan, selesai permasalahan!” (Tentunya dengan ijin Allah -pen).
Semoga Allah menerima taubat
orang yang kembali dan semoga Allah mengembalikan orang-orang yang mau kembali
kepada Al-Haq. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Perhatikanlah firman
Allah Ta’ala berikut ini :
“…kecuali mereka yang
telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka
terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima
taubat lagi Maha Penyayang..”(QS Al Baqarah 160)
“Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri.” (QS Al Baqarah 222)
Benarlah apa yang telah
dijelaskan oleh Syaikh Ayyid Asy-Syamari (dalam Turkah Hasan Al-Banna wa
Ahammul Waritsin, telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Hasan
Al-Banna Seorang Teroris, hal.60 pada Bab Yayasan Ihya’ut Turats) : “Hasan Al-Banna
adalah penanggung jawab dakwah dan organisasinya (Ihya’ut Turats-pen). Para
da’i nya terikat oleh pemimpin dalam satu yayasan. Padahal dakwah yang benar
itu diikat dengan ahli ilmu dan bukannya diikat oleh pemimpin yang ada dalam
yayasan-yayasan. Yayasan itu memberi manfaat yang besar bila bertujuan menopang
dakwah Islamiyyah-Salafiyyah atau membantu fakir miskin dan anak-anak yatim.
Sayangnya mereka menjadikan yayasan sebagai hakim (pengatur) bagi para da’i .
Bagi yang tidak sependapat dengan aturan yayasan, maka ia harus disingkirkan”.
Allahu Akbar, Allah
Maha Besar !! Betapa tepatnya penjelasan Syaikh Ayyid Asy-Syamari dengan
kenyataan yang terjadi pada kalian!! Dimana lagi akan kalian sembunyikan topeng
wajah hizbiyyahmu ya Abu Nida’, Aunur Rafiq, Yazid Jawaz, Abdurrahman At Tamimi
, dan semua bala tentara bayaran hizbiyyin?!
f. Situsnya Ma’had
Al-Irsyad berkata: “Adapun pondok Imam Bukhari, benar yang anda katakan
(menadah dinar hizbiyyahnya Ihya’ut Turats-pen)
Anak ingusan itupun
berkata: “Ini adalah bukti yang sangat jelas bahwa kalian dalam keadaan sadar
sepenuhnya ketika berinteraksi dan berkoalisi dakwah dengan elemen-elemen
hizbiyyah sesatnya Ihya’ut Turats!!”
g. Kalian berkata:”…
tapi perlu engkau ketahui bantuan itu tanpa ada tekanan atau persyaratan
apapun”
Maka anak ingusan lagi
bodoh itupun menjawab : ”Harus (dan bukan hanya perlu!) engkau ketahui pula,
wahai makhluk yang berubah-ubah warna, bungloniyyun, bahwa ucapanmu itu perlu
dilihat dan dicermati. Disana ada makna-makna tersembunyi (baca:disembunyikan).
Jawaban yang kalian bold ini merupakan isyarat-isyarat ketakutan yang berusaha
disembunyikan. Engkau menghendaki satu hal yakni dinar hizbiyyah, dan
kenyataannya tidaklah berhenti sampai diterimanya “dinar hizbiyyah” itu oleh
kedua tangan kalian saja! Namun kerusakan dan bencana yang terus meluas, datang
silih berganti, kebinasaan itu tiada henti kecuali kalian campakkan lagi “dinar
hizbiyyah” tersebut dari tangan kalian dengan hidayah dari Allah !”
Maka dengan “dinar
hizbiyyah” itu di tangan kalian, berarti kalian lebih memilih bersaudara dengan
Muhammad Ibn Ibrahim al Khalaf As-Sururi yang jelas-jelas punya hubungan
istimewa dengan Salman Al-Audah As-Sururi Al Qardhawy Al-Quthbiy Al-Bannawy
daripada bersaudara dengan salafiyyin! Berarti, genderang perang telah kalian
tabuh melawan barisan dakwah Salafiyyah!!
Bahkan dengan “dinar
hizbiyyah” itu di pundak-pundak kalian, berarti kalian lebih memilih berkasih
sayang dengan dedengkot ikhwaniyyin-turatsiyyin Abdurrahman Abdul Khaliq –
penebar dinar Ihya’ut Turats al Kuwaiti – yang telah menghina Al Imam Muhammad
Amin As Syinqithy rahimahullah sebagai “cetakan lama”, “salafy taqlidi”, “mummi
yang hidup dengan jasad-jasad mereka di jaman ini, tapi hidup dengan akal-akal
dan fatwa-fatwa dimasa lampau”! Berarti pula kalian telah meniupkan ‘terompet
peperangan’ melawan barisan dakwah yang dipimpin oleh Syaikh Bin Bazz
rahimahullah yang sangat marah dengan hinaan ‘God Father’ kalian itu!!
Apakah kalian akan
berkilah kepada Masyayikh: ”… Bukannya kami menentang fatwa para masyayikh,
hanya saja kami menerima dinarnya dan menolak pemikirannya”. Tentu saja ini
adalah upaya untuk menghancurkan kaidah-kaidah al Wala’ dan al Bara’ fil Islam!
Bagaimana bisa berloyalitas kepada sesuatu karena Allah diterapkan secara
bersamaan dengan berlepas diri dari sesuatu itu pula karena Allah ? Ketika ada
penetapan terhadap sesuatu, maka di situ pula ada penafian dari lawan sesuatu
itu! Ketika engkau menetapkan tauhid, maka engkau harus mengingkari syirik!
Apakah kecerdasan hizbiyyahmu tidak mampu memahami kenyataan ini?
Perhatikanlah firman
Allah Ta’ala berikut ini :
“Maka sesungguhnya kamu
tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan
menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu
berpaling membelakang.” (QS Ar Ruum 52).
Ataukah kalian akan
lebih “jujur” dengan mengatakan:” Bahwa kami hanya berwala’ kepada dinarnya
saja!” Maka betapa sempurnanya kehinaan ini.
Apakah kalian akan
berkilah lagi dengan mengatakan: ”Abdurrahman Abdul Khaliq telah membuat
pernyataan taubatnya dari kesalahannya!”
Maka jawaban atas hal
ini kita serahkan kepada Syaikh Rabi’ bin Hadi, Syaikh Shalih Fauzan dan Syaikh
Muqbil rahimahullah untuk menjawabnya:
“Dinukil dari Syaikh
Rabi’, bahwa ketika sampai kepada Dr. Shalih Al-Fauzan surat dari Abdurrahman
Abdul Khaliq tentang pembersihan dirinya dan dari perkataan tentangnya, (maka)
Beliau (Syaikh Shalih Fauzan-pen) mengirim surat kepadanya (Abdurrahman Abdul
Khaliq-pen) dengan puluhan kesalahan yang berhubungan dengan haq para ulama
yang muncul dari buku-buku dan kaset-kasetnya. Beliau juga meminta kepadanya
untuk menjawab hal itu, namun dia tidak menjawabnya, sekalipun menjawab salam
dari surat tersebut! Hal itu menunjukkan atas israrnya pada sebagian besar
kesalahannya. Syaikh Rabi’ berkata:”Syaikh Shalih Al-Fauzan menyampaikan hal
ini kepadaku secara langsung”(Jama’ah Wahidah, hal.30). Dengan kejadian ini,
kita mengetahui apakah kesalahan dia hanya dalam 6 perkara saja ataukah lebih?
Dan kapan dia bersedia ruju’ dari kesalahan-kesalahan sisanya?!
Adapun jawaban Syaikh
Muqbil:”Buku Abdurrahman Abdul Khaliq banyak mengandung kerancuan, maka saya
nasehatkan kepada semua kaum muslimin untuk membaca buku saudara kita Rabi’ bih
Hadi Al-Madkhali yang membantah semua pemikiran Abdurrahman Abdul Khaliq, agar
tidak disangka dia telah bertaubat melalui Syaikh bin Bazz. Ya, ia telah taubat
dalam satu masalah, tetapi dalam masalah-masalah yang lain ia belum menunjukkan
taubatnya. Apakah ia telah bertaubat dari memecah-belah ahlussunnah dan fanatik
golongan? Apakah ia telah kembali kepada jalan yang baik seperti sewaktu dia
masih kuliah di Universitas Madinah? Maka mereka –baik Jama’ah Abdurrahman
Abdul Khaliq, Ikhwanul Muslimin ataupun Sururiyyun- adalah seperti orang-orang
yang buta sebelah matanya, seperti yang dikatakan penyair,
Orang buta menuntun
orang yang melihat adalah “sangat baik”
Sungguh menyesatkan
jika orang buta yang engkau mintai petunjuk!” (Tanya Jawab dengan Syaikh Muqbil rahimahullah,
hal.88).
Dan harus kalian pahami
pula, wahai manusia yang pengkaui merubah warna. Bahwa gembong-gembong
organisasi semacam Ihya’ut Turats, Al Sofwah , Al Haramain yang telah sekian
lama malang melintang di lembah hitam ‘perhizbiyyahan’ tentu tidak akan
bertindak gegabah (amatiran) seperti kalian. Tentu mereka lebih licik, lihai
dalam menancapkan sengatnya, jangan sampai ada bukti-bukti syarat hitam di atas
putih yang justru dapat
digunakan untuk menghancurkan sel-sel dakwah hizbiyyahnya. Sebagai contoh : Al
Sofwa Al-Muntada juga pernah membantu mendanai pondok ahlul bid’ah NII – ponpes
Ngruki miliknya Abu Bakar Ba’asyir. Kalau ada bukti syarat (apalagi hitam di
atas putih), tentu sudah sejak lama Al Sofwa “dikarantina” oleh pemerintah. Dan
dengan syarat (tertulis) itu pula kalianpun bisa jadi ikut menerima kado
hadiahnya, disekolahkan lagi dengan makan dan minum secara gratis di hotel
prodeo! Betapa sekolah itu akan penuh sesak sebab hampir engkau semuanya (para
da’i nya) menjadi anggota jaringan Al Sofwa Al-Muntada ini! Ataukah kalian
menunggu syarat itu pula dari Al-Haramain ?
Tentu sekarang ini pun
kalian telah masuk dalam daftar anggotanya jaringan Usamah bin Ladin Al-Khariji
(yang telah masuk dalam daftar teroris yang berhubungan dengan Osama bin Laden
yakni yayasan Ihya’ut Turats Al Kuwaiti, Al Haramain Foundation, Hai’ah
Ighotsah/IIRO, Imam Samudra (murid Abu Bakar Ba’asyir), Fathurrahman Al Ghozi
(idem), Aris Munandar (Ketua Kompak DDII), dll, simak di blacklist
www.bankofengland.co.uk) . Wal ‘iyadzubillah.
Betapa sangat
berbahayanya selembar syarat bagi muassasah hizbiyyah itu! Masihkah sekarang
ini kalian membohongi nuranimu dengan mengharapkan syarat-syarat “khayalan”
itu? Ataukah ini salah satu jurus tipu muslihai kalian untuk menjawab
pertanyaan anak didik kalian yang mempersoalkan ketidakberesan “koalisi dinar
hizbiyyah’” ini?
Justru di sana ada
“syarat-syarat yang lebih nyata” daripada “syarat khayalan” kalian itu! Yaitu
“syarat konsekuensi”, baik kalian setuju ataupun tidak! Benar bahwa Muhammad
Khalaf dan Abdurrahman Abdul Khaliq tidak memberikan “syarat apapun” pada
kalian, tetapi begitu kalian terima “dinar hizbiyyahnya” maka sesungguhnya saat
itu pula kalian telah menerima dan menengkautangani “syarat konsekuensinya”
dari kedua penjahat itu baik kalian setuju ataupun tidak dan syarat ini tidak
bisa dipisahkan dengan cara apapun ! Syarat itu telah menyatu pada “dinar
hizbiyyahnya” sebagaimana dua sisi mata uang!
Engkau minum air gula
Tetapi engkau tidak mau
rasa manisnya,
Ya minum saja air tawar
Apakah sama antara air
gula dengan air tawar,
walaupun keduanya
sama-sama air?
Engkau makan “dinar
hizbiyyah”
Tetapi engkau tidak mau
konsekuensinya,
Ya nikmati saja “dinar
biasa”!!
Apakah sama antara
“dinar hizbiyyah” dengan “dinar biasa”,
Walaupun keduanya sama-sama
dinar?!
Yang kalian terima itu
Bukan semata-mata
“dinar biasa” tetapi “dinar hizbiyyah”,
Pahamkah kalian ya
hizbi?
Begitu kalian terima
“dinar hizbiyyah” itu, maka disaat itu pula kalian telah memisahkan diri dari
barisan dakwah salafiyyin! Kalian secara otomatis telah mengibarkan
tinggi-tinggi panji-panji “dinar hizbiyyah” ikhwaniyyin-turatsiyyin dan
berperang melawan panji dakwah salafiyyin! Inipun adalah bukti adanya “syarat
nyata” dari muassasah hizbiyyah tersebut, artinya (seolah-olah ada kalimat yang
dibuang ) kata mereka (muassasah hizbiyyah):”TST , tahu sama tahulah, masak
kagak paham sih dengan kemauan kite-kite ini?”, begitu kata orang dengan logat
Betawinya.
Dan diamnya kalian dari
kesesatan gembong-gembong hizbiyyin dan jaringan hizbiyyah lainnya adalah bukti
lain adanya “syarat nyata” dari mereka, sehingga seolah-olah ada kalimat
tersembunyi (dari muassasah hizbiyyah) yang terekam di pikiran kalian : ”Lu
jangan coba-coba ngebongkar kesesatan kite-kite, kalo elu-elu kagak pengen nih
‘doku dinar hizbiyyah’ pindah ke laen tempat!” Demikian ujar orang berlogat
Betawi kental.
Apakah kalian akan
berkilah lagi:”Kami tetap tegas kok kepada hizbiyyin”
Duhai, apakah kami –
anak ingusan ini – yang telah tuli sehingga tidak pernah mendengar suara yang
merdu itu? Ataukah kalian sendiri yang telah menutup mata dari kenyataan ini?
Betapa kami belum pernah mendengar kalian menjelaskan kepada ummat peringatan
sekian banyak para masyayikh terhadap bahaya dan kesesatan muassasah hizbiyyah,
dedengkot-dedengkotnya serta balatentara bayarannya. Kenapa? Karena secara
otomatis kalian juga mentahdzir diri kalian sendiri! Alangkah seru dan
hebohnya, peperangan internal kelompok engkau itu.
Atau di majelis-majelis
dan internet kalian yang banyak itu, misal dengan menyatakan: “Betapa Al Sofwa
memiliki keterkaitan dengan dedengkot sururiyyin, betapa Ihya’ut Turats adalah
yayasan yang sangat berbahaya karena telah memecah belah ummat di berbagai
belahan dunia, betapa Al-Haramain adalah yayasan berbahaya yang –walhamdulillah-
telah dikaitkan (oleh pemerintah Saudi) dengan jaringannya Usamah bin Laden
Al-Khariji”. Namun ironisnya, disaat yang sama kalian terlihat menengadahkan
kedua tangan menerima segepok “dinar hizbiyyah”, membuka lebar akal kalian
menerima manhaj sururiyyun, dari pihak-pihak yang telah kalian bongkar bahaya
kesesatannya terhadap ummat itu! Kalau ini terjadi, bukankah cukup pantas jika
kalian didaftarkan ke MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai pemecah rekor
manusia yang paling tidak punya rasa malu dan manusia yang paling merendahkan
kehormatan dirinya? Dan dapat digelari sebagai ‘double identity man of the
era’, sebab betapa “langkanya” kepribadian gengkau yang kalian miliki ini.
Dimana engkau simpan
kecerdasan itu, ya hizbiyyin-ikhwaniyyin!
Bukankah diterimanya
“dinar hizbiyyah” ini oleh kedua tangan dan kaki kalian telah lebih dari cukup
sebagai bukti atas tidak tegasnya kalian terhadap organisasi hizbiyyah dan
gembong-gembongnya?! Mau lebih jelas? Bukankah ditelannya “dinar hizbiyyah” ini
oleh kalian ditambah lagi bonus kilah, “Tapi perlu engkau ketahui dst…”, adalah
bukti yang “melimpah ruah”, betapa kalian ini tidak lebih dari komplotan
“lelaki pengecut” yang mengingkari “kepengecutannya”? Bahkan “saking hizbynya”
komplotan ini, walhamdulillah, dengan ijin Allah dapat kita bongkar dengan
mudah topeng hizbinya hanya dengan 1 pertanyaan dan 1 jawaban!
Tanya: Kalian mampu
bersikap tegas dan keras terhadap salafiyyin, mengapa sikap itu berganti akrab
dan mesra jika berhadapan dengan hizbiyyin-ikhwaniyyin?
Jawab: Akibat pergaulan
bebas, terjadilah perselingkuhan hizbiyyah-ikhwaniyyah sesama
hizbiyyin-ikhwaniyyin!
Benar, ceramahmu di
Markaz Al-Albani ini adalah puncak makar, klimaks dari berbagai kedustaan dan
pengkhianatan dalam upaya penghancuran salafiyyin Indonesia dengan meminjam
tangan para masyayikh salafiyyinnya ! Benar-benar suatu kejahatan dan kekejian
yang tiada tara ! Lalu dimana sikap jantan dan gagah perkasa dari barisan
orang-orang yang tinggi kekar ini, sampaipun menghadapi anak ingusan lagi bodoh
saja harus mengeluarkan jurus tipu muslihai “si kancil mencuri mentimun”? Wahai
Yazid Jawwas, dimana kegagahanmu? Dulu, engkau adalah orang yang sangat
disayangi oleh anak ingusan ini karena ketegasan dan kekokohan hujjahmu, kenapa
jadi “mandul” begini hanya lantaran “dinar hizbiyyah”? Sungguh, kami percaya
bahwa hati nuranimu sama sekali tidak bisa dibohongi dari semua kepura-puraan
ini, kedustaan demi kedustaan dari barisan para pendusta!!
Dulu kalian berbaris
bersama Syarif Hazza’, si pendusta dan mubtadi’ agen Jum’iyyah Ihya’ut Turats
itu ! Bahkan dia membela Abdurrahman Abdul Khaliq dan dia hinakan pula Syaikh
Al-Albani bersama murid-muridnya. Setelah dibongkar kedok
hizbiyah-Quthbiyyahnya oleh masyayikh Madinah dengan corengan hitam pada
mukanya, diapun pulang dengan membawa sekeranjang kehinaan ! Dan rupanya ilmu
dustanya telah kalian warisi bahkan dengan metamorfosis yang lebih sempurna !
Secepat itu pula kalian dengan manhaj tamyi’ engkau, ya bungloniyyun ganti
berlindung di belakang murid-murid Syaikh Al-Albani yang sebelumnya telah
dilecehkan oleh guru kalian!!
Ya Dzulwajhain, wahai
orang yang berdua muka ! Tidak berhenti disini, kalian sudah di belakang Syaikh
Ali Hasan al Halabi, namun masih juga kalian bermain mata-berkomplot-bersama
hizbiyyin-ikhwaniyyin lainnya! Tahun ini mengundang gembong sururi, tahun berikutnya
menghadirkan Syaikh Ali ! Tahun depan ikut daurah hizbi dan tahun berikutnya
mendatangkan murid-murid Syaikh Al-Albani !
Perhatikanlah firman
Allah Ta’ala berikut ini :
“Allah akan (membalas)
olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan
mereka.” (QS Al Baqarah 15)
“Barangsiapa yang Allah
sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah
membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.” (QS Al A’raf 186)
Maka tahulah anak
ingusan ini. , siapa yang kalian maksud “kebanyakan mereka beraqidah salafiyyah
hanya saja bermanhaj Ikhwani yang menyimpang“. Ternyata kalian sendiri!! Betapa
baru kali ini terjadi seseorang mentahdzir dirinya sendiri dan komplotannya
sendiri ! Aneh bukan ? Tetapi berapa banyak kelakuan-kelakuan aneh dari
orang-orang aneh yang pernah kita jumpai? Hanya saja pernyataanmu itu oleh anak
ingusan ini dibetulkan “sedikit” yaitu:“kebanyakan mereka MENGAKU berakidah
Salafiyyah padahal KENYATAANNYA bermanhaj ikhwani yang menyimpang !“ Sehingga
ceramahmu yang berbunyi : “Banyak manusia telah mendapatkan manfaat dari
mereka. Dauroh telah berlangsung 3 tahun!” Maka nyata-nyata ini adalah ucapan
yang tidak ada kenyataannya ! Tidak ada hasil apapun dari peringatan Syaikh Ali
tentang bahayanya hizbiyyah! Ini semata ucapan dusta dari Abdurrahman At Tamimi
Al-Kadzab ! Betapa teman-teman kalian yang hadir bersama pada daurah hizbiyyah
dari kalangan “anggota resmi” organisasi hizbiyyah tertawa membaca skenario
ceramahmu itu wahai Abdurrahman ! Tanyakan kepada temanmu Mudzakir Arif
(gembong Ikhwani dari Jakarta) dan teman-temannya ! Jangan pura-pura lagi
kalian tidak mengenalnya!! Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.
Akhirnya…ditenggelamkan oleh perahu!
Betapa buruknya akhlak
kalian terhadap masyayikh salafiyyin ya Bungloniyyun ! Dulu kalian selalu
menyatakan : “Itu khan fatwa Syaikh Rabi’ bin Hadi yang menyatakan tidak
bolehnya bermuammalah dengan hizbiyyah, adapun Syaikh Ali mengatakan ambillah
asal tanpa syarat ”. Dan terakhir setelah Syaikh Ali mendapatkan informasi
tentang kerusakan-kerusakan besar akibat muammalah hizbiyyah tersebut pada
diri-diri kalian, maka Beliau memberikan syarat-syarat (yang tidak bisa kalian
penuhi, kapanpun !) jika bermuammalah dengan hizbiyyah. Apa jawaban saudaramu
Aunur Rofiq ? “ Itu khan Syaikh Ali yang berfatwa, kita tidak taqlid kepada
Syaikh Ali !” Licik bukan ?
Bukankah ini malapetaka
akibat dari muammalah hizbiyyah kalian ya hizbiyyin ? Dampak buruk dari
pergaulan bebas kalian !! Kalau saja bukan karena manisnya “dinar hizbiyyah”,
tentu sejak dulu kalian sudah berlepas diri. Demi dinar Kuwait kalian rela
berhadapan dengan fatwa puluhan masyayikh tentang hizbi dan sesatnya
Abdurrahman Abdul Khaliq-Ihya’ut Turats dengan jaringannya. Betapa sulitnya
tidur tanpa beralaskan Abdurrahman Abdul Khaliq, beratapkan Abdurrahman Abdul
Khaliq dan berpakaian Abdurrahman Abdul Khaliq. Naudzubillah minal Abdurrahman
Abdul Khaliq At-Turatsi Al-Ikhwani.
Perhatikanlah firman
Allah Ta’ala berikut ini :
“Dan barangsiapa yang
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan
jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali.” (QS An Nisaa 115)
Kita lanjutkan lagi :…
(Ditulis oleh Al Akh
Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji, Malang, dikirim via email dengan
koreksi dan tambahan dari redaksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar