Buku : Salafi Wahabi – “Mereka Memalsukan
Kitab-Kitab Karya Ulama Klasik: Episode Kebohongan Publik Sekte Salafi Wahabi”.
Menurut penelitianpenulis, ada 38 kitab
yang telah terbukti mengalami pemalsuan. Padahal ini belum lagi yang lain yang
jumlahnya banyak. Diantaranya:
1.Shahih bukhari
1.Shahih bukhari
2.Shahih muslim
3.Shahih at-turmudzi
4.Musnad imam ahmad
5.Tarikh al-ya’qubi
6.Nahj al-balaghah
7.Syarh aqaid an-nasafi
8.Al-kasykul wal mukhallah
9.Iqtidhas shirat al-mustaqim
10.Ahwalul qubur, ibn rajab
11.Al-bahr al-muhith
13.As-shawaiqul muhriqah
14.Diwan al-mutanabbi
15.Akhbarul himaqi wal mughaffilin
16.Hayatul muhammad
17.Thabaqatul mu’tazilah
18.Al-ibanah, asy’ari
19.Majma’ al-bayan
20.Mukhtashar tarikh ad-dual
21.Al-aghani, abul faraj
22.Muqatil at-thalibin
23.At-thabaqat, ibn sa’ad
24.Syarh an-nahj, al-mu’tazili
25.Tathir al-jinan
26.Al-ma’arif, ibn qutaibah
27.Tarikh at-thabari
28.Hasiyah as-shawi ala tafsir jalalain
29.Aqidatus salaf ashabul hadits
30.Syarh al-aqidah at-thahawiyah
31.Al-adzkar, an-nawawi
32.Tafsir al-kasyaf, az-zamahsyari
33.Diwanul imam syafi’i
34.Al-fawaid al-muntakhabat
35.Tafsir ruhul ma’ani
36.Hasiyah ibnul abidin
37.Majmu’ fatawa, ibn taimiyah
38.Nihayah al-qaul al-mufid
39. Alwasiat imam Hanafi
40. Nadzom jurumiyah
dll
[lihat Mereka memalsukan kitab-kitab
karya ulama klasik:82-83]
disini adalah bukti nyata pemalsuan kitab
kitab ulama sunni oleh wahabi :
1. Pemalsuan Kitab alwasiat (imam Hanafi)
2. Pemalsuan Kitab Ijtima’ al-Juyus
al-Islamiyah ‘ala Ghazwi al-Mu’aththilah wa al-Jahmiyah (Ibnul Qayyim
al-Jauziyah)
3. Pemalsuan Kitab ‘Aqidah
as-Salaf Ashab al-Hadits (Imam Abu Utsman As-Shobuni)
4. Pemalsuan Kitab “Ash-Shawi
‘ala Tafsir Al-Jalalain” (Imam ashawi asyafi’i)
5. Pemalsuan kitab “al adzkar” (Imam
Nawawi)
6. Pemalsuan Kitab “Diwan Imam Syafii ”
(Imam Syafii)
7. Pemalsuan Kitab “jami’ushaghir” (Imam
Suyuti) oleh Syaikh Albani alkadzab
8. Pemalsuan Kitab Nadhom
Jurumiyah
Bukti Buktinnya:
A. Kejahatan Wahabi Yang Merombak Kitab al-Washiyyah (Imam Abu Hanifah) : Dia Allah Istawâ atas arsy dari tanpa memerlukan kepada arsy itu sendiri dan tanpa bertempat di atasnya
Kejahatan Wahabi Yang Merombak
Kitab al-Washiyyah Karya Imam Abu Hanifah
Tradisi buruk kaum Musyabbihah dalam
merombak karya para ulama Ahlussunnah terus turun-temurun dan berlangsung
hingga sekarang. Kaum Wahhabiyyah di masa sekarang, yang notabene kaum
Musyabbihah juga telah melakukan perubahan yang sangat fatal dalam salah satu
karya al-ImâmAbu Hanifah berjudul al-Washiyyah. Dalam Kitab berjudul al Washiyyah yang
merupakan risalah akidah Ahlussunnah karya Imam agung, Abu Hanifah an Nu’man
ibn Tsabit al Kufiyy (w 150 H), beliau menuliskan :
استوى على
العرش من غير أن يكون احتياج إليه واستقرار عليه
(Artinya; Dia Allah Istawâ atas arsy dari tanpa membutuhkan kepada
arsy itu sendiri dan tanpa bertempat di atasnya).
Namun dalam cetakan kaum Wahabi tulisan
Imam Abu Hanifah tersebut dirubah menjadi:
استوى على
العرش من غير أن يكون احتياج إليه واستقر عليه
Maknanya berubah total menjadi: ”Dia
Allah Istawâ atas arsy dari tanpa
membutuhkan kepada arsy, dan Dia bertempat di atasnya”.
Padahal, sama sekali tidak bisa diterima
oleh akal sehat, mengatakan bahwa Allah tidak membutuhkan kepada arsy, namun
pada saat yang sama juga mengatakan bahwa Allah bertempat di atas arsy.
Yang paling mengherankan ialah bahwa
dalam buku cetakan mereka ini, manuskrip risalah al-Imâm Abu Hanifah tersebut mereka sertakan pula.
Dengan demikian, baik disadari oleh mereka atau tanpa disadari, mereka sendiri
yang telah membuka ”kedok” dan “kejahatan besar” yang ada pada diri mereka,
karena bagi yang membaca buku ini akan melihat dengan sangat jelas kejahatan
tersebut.
Anda tidak perlu bertanya di mana amanat
ilmiah mereka? Di mana akal sehat mereka? Dan kenapa mereka melakukan ini?
Karena sebenarnya itulah tradisi mereka. Bahkan sebagian kaum Musyabbihah
mengatakan bahwa berbohong itu dihalalkan jika untuk tujuan mengajarkan
akidah tasybîh mereka. A’ûdzu Billâh. Inilah tradisi dan ajaran yang
mereka warisi dari “Imam” mereka, “Syaikh al-Islâm” mereka;
yaitu Ahmad ibn Taimiyah, seorang yang seringkali ketika mengungkapkan
kesesatan-kesesatannya lalu ia akan mengatakan bahwa hal itu semua memiliki
dalil dan dasar dari atsar-atsar para ulama
Salaf saleh terdahulu, padahal sama sekali tidak ada. Misalkan ketika Ibn
Taimiyah menuliskan bahwa “Jenis alam ini Qadim; tidak memiliki permulaan”,
atau ketika menuliskan bahwa “Neraka akan punah”, atau menurutnya “Perjalanan(as-Safar) untuk ziarah ke makam Rasulullah di
Madinah adalah perjalanan maksiat”, atau menurutnya “Allah memiliki bentuk dan
ukuran”, serta berbagai kesesatan lainnya, ia mengatakan bahwa keyakinan itu semua
memiliki dasar dalam Islam, atau ia berkata bahwa perkara itu semua
memiliki atsar dari para ulama Salaf
saleh terdahulu, baik dari kalangan sahabat maupun dari kalangan tabi’in,
padahal itu semua adalah bohong besar. Kebiasaan Ibn Taimiyah ini sebagaimana
dinyatakan oleh muridnya sendiri; adz-Dzahabi dalam dua risalah yang ia
tulisnya sebagai nasehat atas Ibn Taimiyah, yang pertama an-Nashîhah adz-Dzhabiyyah dan yang kedua Bayân Zaghl al-‘Ilm Wa ath-Thalab.
Sesungguhnya memang seorang yang tidak
memiliki senjata argumen, ia akan berkata apapun untuk menguatkan keyakinan
yang ia milikinya, termasuk melakukan kebohongan-kebohongan kepada para ulama
terkemuka. Inilah tradisi ahli bid’ah, untuk menguatkan bid’ahnya, mereka akan
berkata: al-Imam Malik berkata demikian, atau al-Imam Abu Hanifah berkata
demikian, dan seterusnya. Padahal sama sekali perkataan mereka adalah kedustaan
belaka.
Dalam al-Fiqh al-Akbar, al-Imam Abu
Hanifah menuliskan sebagai berikut:
“Dan sesungguhnya Allah itu satu bukan
dari segi hitungan, tapi dari segi bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia tidak
melahirkan dan tidak dilahirkan, tidak ada suatu apapun yang meyerupai-Nya. Dia
bukan benda, dan tidak disifati dengan sifat-sifat benda. Dia tidak memiliki
batasan (tidak memiliki bentuk; artinya bukan benda), Dia tidak memiliki
keserupaan, Dia tidak ada yang dapat menentang-Nya, Dia tidak ada yang sama
dengan-Nya, Dia tidak menyerupai suatu apapun dari makhluk-Nya, dan tidak ada
suatu apapun dari makhluk-Nya yang menyerupainya” (Lihat al-Fiqh al-Akbar
dengan Syarh-nya karya Mulla ‘Ali al-Qari’, h. 30-31).
Masih dalam al-Fiqh al-Akbar, Al-Imam Abu
Hanifah juga menuliskan sebagai berikut:
وَاللهُ
تَعَالى يُرَى فِي الآخِرَة، وَيَرَاهُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَهُمْ فِي الْجَنّةِ
بِأعْيُنِ رُؤُوسِهِمْ بلاَ تَشْبِيْهٍ وَلاَ كَمِّيَّةٍ وَلاَ يَكُوْنُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَ خَلْقِهِ مَسَافَة.
“Dan kelak orang-orang mukmin di surga
nanti akan melihat Allah dengan mata kepala mereka sendiri. Mereka melihat-Nya
tanpa adanya keserupaan (tasybih), tanpa sifat-sifat benda (Kayfiyyah), tanpa
bentuk (kammiyyah), serta tanpa adanya jarak antara Allah dan orang-orang
mukmin tersebut (artinya bahwa Allah ada tanpa tempat, tidak di dalam atau di
luar surga, tidak di atas, bawah, belakang, depan, samping kanan atau-pun samping
kiri)”” ( Lihat al-Fiqh al-Akbar dengan syarah Syekh Mulla Ali al-Qari, h.
136-137).
Pernyataan al-Imam Abu Hanifah ini sangat
jelas dalam menetapkan kesucian tauhid. Artinya, kelak orang-orang mukmin
disurga akan langsung melihat Allah dengan mata kepala mereka masing-masing.
Orang-orang mukmin tersebut di dalam surga, namun Allah bukan berarti di dalam
surga. Allah tidak boleh dikatakan bagi-Nya “di dalam” atau “di luar”. Dia
bukan benda, Dia ada tanpa tempat dan tanpa arah. Inilah yang dimaksud oleh Al-Imam
Abu Hanifah bahwa orang-orang mukmin akan melihat Allah tanpa tasybih, tanpa
Kayfiyyah, dan tanpa kammiyyah.
Pada bagian lain dari Syarh al-Fiqh
al-Akbar, yang juga dikutip dalam al-Washiyyah, al-Imam Abu Hanifah berkata:
ولقاء الله
تعالى لأهل الجنة بلا كيف ولا تشبيه ولا جهة حق
“Bertemu
dengan Allah bagi penduduk surga adalah kebenaran. Hal itu tanpa dengan
Kayfiyyah, dan tanpa tasybih, dan juga tanpa arah” (al-Fiqh al-Akbar dengan
Syarah Mulla ‘Ali al-Qari’, h. 138).
Kemudian pada bagian lain dari al-Washiyyah,
beliau menuliskan:
وَنُقِرّ
بِأنّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى مِنْ غَيْرِ أنْ
يَكُوْنَ لَهُ حَاجَةٌ إليْهِ وَاسْتِقْرَارٌ عَلَيْهِ، وَهُوَ حَافِظُ العَرْشِ
وَغَيْرِ العَرْشِ مِنْ غَبْرِ احْتِيَاجٍ، فَلَوْ كَانَ مُحْتَاجًا لَمَا قَدَرَ
عَلَى إيْجَادِ العَالَمِ وَتَدْبِيْرِهِ كَالْمَخْلُوقِيْنَ، وَلَوْ كَانَ
مُحْتَاجًا إلَى الجُلُوْسِ وَالقَرَارِ فَقَبْلَ خَلْقِ العَرْشِ أيْنَ كَانَ
الله، تَعَالَى اللهُ عَنْ ذَلِكَ عُلُوّا كَبِيْرًا.
“Kita menetapkan sifat Istiwa bagi Allah
pada arsy, bukan dalam pengertian Dia membutuhkan kepada arsy tersebut, juga
bukan dalam pengertian bahwa Dia bertempat atau bersemayam di arsy. Allah yang
memelihara arsy dan memelihara selain arsy, maka Dia tidak membutuhkan kepada
makhluk-makhluk-Nya tersebut. Karena jika Allah membutuhkan kapada makhluk-Nya
maka berarti Dia tidak mampu untuk menciptakan alam ini dan mengaturnya. Dan
jika Dia tidak mampu atau lemah maka berarti sama dengan makhluk-Nya sendiri. Dengan
demikian jika Allah membutuhkan untuk duduk atau bertempat di atas arsy, lalu
sebelum menciptakan arsy dimanakah Ia? (Artinya, jika sebelum menciptakan arsy
Dia tanpa tempat, dan setelah menciptakan arsy Dia berada di atasnya, berarti
Dia berubah, sementara perubahan adalah tanda makhluk). Allah maha suci dari
pada itu semua dengan kesucian yang agung” (Lihat al-Washiyyah dalam kumpulan
risalah-risalah Imam Abu Hanifah tahqiq Muhammad Zahid al-Kautsari, h. 2. juga
dikutip oleh Mullah Ali al-Qari dalam Syarh al-Fiqhul Akbar, h. 70).
Dalam al-Fiqh al-Absath, al-Imam Abu
Hanifah menuliskan:
قُلْتُ:
أرَأيْتَ لَوْ قِيْلَ أيْنَ اللهُ؟ يُقَالُ لَهُ: كَانَ اللهُ تَعَالَى وَلاَ مَكَانَ قَبْلَ أنْ يَخْلُقَ
الْخَلْقَ، وَكَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكُنْ أيْن وَلاَ خَلْقٌ وَلاَ شَىءٌ،
وَهُوَ خَالِقُ كُلّ شَىءٍ.
“Aku katakan: Tahukah engkau jika ada
orang berkata: Di manakah Allah? Jawab: Dia Allah ada tanpa permulaan dan tanpa
tempat, Dia ada sebelum segala makhluk-Nya ada. Allah ada tanpa permulaan
sebelum ada tempat, sebelum ada makhluk dan sebelum segala suatu apapun. Dan
Dia adalah Pencipta segala sesuatu” (Lihat al-Fiqh al-Absath karya al-Imam Abu
Hanifah dalam kumpulan risalah-risalahnya dengan tahqiq Muhammad Zahid
al-Kautsari, h. 20).
Pada bagian lain dalam kitab al-Fiqh
al-Absath, al-Imam Abu Hanifah menuliskan:
“Allah ada tanpa permulaan (Azali, Qadim)
dan tanpa tempat. Dia ada sebelum menciptakan apapun dari makhluk-Nya. Dia ada
sebelum ada tempat, Dia ada sebelum ada makhluk, Dia ada sebelum ada segala sesuatu,
dan Dialah pencipta segala sesuatu. Maka barangsiapa berkata saya tidak tahu
Tuhanku (Allah) apakah Ia di langit atau di bumi?, maka orang ini telah menjadi
kafir. Demikian pula menjadi kafir seorang yang berkata: Allah bertempat di
arsy, tapi saya tidak tahu apakah arsy itu di bumi atau di langit” (al-Fiqh
al-Absath, h. 57).
Wa Allah A’lam Bi ash Shawab,
Wal Hamdu Lillah Rabb al Alamin,
(Page
AQIDAH AHLUSSUNNAH: ALLAH ADA TANPA TEMPAT)
Lampiran :
I. Bukti (Kitab al fiqh al absath) Aqidah Imam Abu Hanifah “ALLAH ADA
TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH”, (Mewaspadai Ajaran Sesat Wahabi)
Terjemah:
Lima: Apa yang beliau (Imam Abu Hanifah)
tunjukan –dalam catatannya–: “Dalam Kitab al-Fiqh al-Absath bahwa ia (Imam Abu
Hanifah) berkata: Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, Dia ada sebelum
menciptakan segala makhluk, Dia ada sebelum ada tempat, sebelum segala ciptaan,
sebelum segala sesuatu”. Dialah yang mengadakan/menciptakan segala sesuatu dari
tidak ada, oleh karenanya maka tempat dan arah itu bukan sesuatu yang qadim
(artinya keduanya adalah makhluk.
II. Hujjah Imam Hanafi dalam Kitab Alwasiat) Kalahkan Aqidah sesat salafy
/ wahhaby
NIH BACA YANG
DIGARIS MERAH :
Demikian dibawah ini teks terjemahan nas Imam Abu Hanifah dalam hal tersebut ( Rujuk kitab wasiat yang ditulis imam hanifah, sepertimana yang telah di scandiatas, baca yang di line merah) :
“ Berkata Imam Abu Hanifah: Dan kami ( ulama Islam ) mengakui bahawa Allah ta’al ber istawa atas Arasy tanpa Dia memerlukan kepada Arasy dan Dia tidak bertetap di atas Arasy, Dialah menjaga Arasy dan selain Arasy tanpa memerlukan Arasy, sekiranya dikatakan Allah memerlukan kepada yang lain sudah pasti Dia tidak mampu mencipta Allah ini dan tidak mampu mentadbirnya sepeti jua makhluk-makhluk, kalaulah Allah memerlukan sifat duduk dan bertempat maka sebelum diciptaArasy dimanakah Dia? Maha suci Allah dari yang demikian”. Tamat terjemahan daripada kenyatan Imam Abu Hanifah dari kitab Wasiat beliau.
B. Bukti Ibnu Qayyim melegalkan tawasul dan Kejahatan Wahabi memalsukan kitab Ibnul Qayyim
Kitab karya Ulama Rujukan Sejati mereka
pun tak lepas dari penganiayaan mereka.
Kitab “Ijtima’ al-Juyus al-Islamiyah ‘ala Ghazwi al-Mu’aththilah wa al-Jahmiyah” karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah.
Kitab “Ijtima’ al-Juyus al-Islamiyah ‘ala Ghazwi al-Mu’aththilah wa al-Jahmiyah” karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah.
Ibnul Qayyim dalam kitab ini menyebutkan
aqidah Imam Hujjatul Islam Abi Ahmad bin Husain Asy-Syafi’iy yang dikenal
dengan Ibn Hadaad. Dalam kitab cetakan Darul Kutub ilmiyah, Beirut – Libanon,
Cetakan pertama, Tahun 1974, Halaman 105 dituliskan :
ونتوسل إلى
الله تعالى باتباعهم
Artinya : Dan kita ber”wasilah”
(bertawassul) kepada Allah Yang Maha Tinggi dengan (cara) mengikuti mereka
(para shahabat Rasulullah)
NAMUN jika kita lihat pada teks dalam
manuskrip ASLinya, yang tertulis adalah :
ونتوسل إلى
ربنا تعالى بهم
Artinya : Dan kita ber”wasilah”
(bertawassul) kepada Tuhan kita Yang Maha Tinggi dengan mereka (para shahabat
Rasulullah).
Secuil pen-tahrif-an isi kitab ini
otomatis akan menghasilkan pengertian yang berbeda.
“Berwasilah dengan (cara) mengikuti para sahabat”
berbeda pengertiannya dengan “berwasilah dengan mereka”.
KETERANGAN GAMBAR :
1. Tulisan dalam lingkar hitam adalah
scan isi kitab Ijtima’ al-Juyus al-Islamiyah ‘ala Ghazwi al-Mu’aththilah wa
al-Jahmiyah, cetakan Darul Kutub ilmiyah, Beirut – Libanon, Cetakan pertama,
Tahun 1974, Halaman 105. kalimat dalam lingkar birunya adalah kalimat yang
sudah ditahrif, yang tertulis :
ونتوسل إلى
الله تعالى باتباعهم
2. Tulisan dalam lingkar hijau adalah
Zoom scan mahfuzhah/manuskrip dari kitab Ijtima’ al-Juyus al-Islamiyah ‘ala
Ghazwi al-Mu’aththilah wa al-Jahmiyah. Kalimat dalam dua lingkar merah tertulis
:
ونتوسل إلى
ربنا تعالى بهم
C. Bukti Kejahatan Wahabi Mengubah Kitab Ash Shobuni dengan kedok Tharij/ Tahrif = Ziarah Kubur Nabi Menjadi Ziarah masjid Nabi
Tahrif Kitab Ash Shobuni
Nama Kitab : ‘Aqidah as-Salaf Ashab
al-Hadits
Penulis : Abu Utsman As-Shobuni
Pemalsu : (diduga) Kelompok Wahhabi
Tujuan : Pembenaran faham Wahhabi sebagai
faham Salafy
Pada bukti kali ini anda akan saya bawa
kepada fakta bahwa mereka memang suka mentahrif kitab
kitab ‘Ulama, jika kaum Yahudi terkenal sebagai kaum yang suka
merubah rubah isi kitab sucinya para Rasul, maka mereka sangat hoby mentahrif
kitab ‘ulama, dan kali ini yang menjadi korban tahrif itu adalah Kitab
Ash Shobuni.
Tahrif Kitab Ash Shobuni ini disertai
bukti yang kuat melalui scen kitab asli dan
palsunya, betapa tahrif kitab ash shobuni ini dalam rangka
mendukung fatwa farwa mufti yang ada di kerajaannya.
Berikut adalah Cover Edisi “pemalsuan”
pertama cetakan tahun 1397 H.:
Edisi pertama ini adalah cetakan ad-Dar
as-Salafiyah Kuwait. berikut adalah isu kajian yang dipalsukan:
perhatikan, pada halaman ini komentator
menjelaskan (sekaligus memperlihatkan) perubahan kata “ziyarat qabri“ pada kata
“ziyarat masjidi”. Menurutnya, kata “ziyarat qabri“ adalah salah (walaupun
naskah aslinya seperti itu).
ini adalah edisi cetakan pada
percetakan yang sama. dengan komentator Badar al-Badar (yang mungkin lebih
amanah dari edisi sebelumnya), coba perhatikan pada isu yang sama:
pada halaman ini, terlihat bahwa kata
“ziyarat qabri” tertulis sebagaimana aslinya. walaupun si komentator memberikan
komentar sesuai dengan keyakinannya, bahwa kata “ziyarat qabri” itu salah.
yang diterbitkan oleh percetakan
Dar at-Tauhid li an-Nasr wa at-Tawzi’, dengan komentator Abu Khalid Majdi Ibn
Saad. pada isu yang sama, si komentator sama sekali merubah dan bahkan membuang
semua komentar pada edisi sebelumnya, sehingga pembaca akan kehilangan jejak
sama sekali.
Anda ingin bergabung dengan orang-orang
jahat? Wahabi akan menerima anda dengan tangan terbuka!!!
D. Tafsir Shawi Bongkar Kejahatan Wahhabi
Di dalam
kitab tafsir “Ash-Shawi ‘ala Tafsir Al-Jalalain” yang masih asli dan belum
ditahrif oleh Wahabi Salafi cetakan “Darul Fikr” jilid 5 halaman 119-120 (lihat
dan simak tulisan yang ada di foto kedua & ketiga di bagian baris 1, 2, dan
3 dari bawah, dan foto keempat di bagian baris 5 dan 6 dari atas) diterangkan
sebagai berikut:ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ
لَهُمۡ عَذَابٌ۬ شَدِيدٌ۬ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ
لَهُم مَّغۡفِرَةٌ۬ وَأَجۡرٌ۬ كَبِيرٌ (٧ Artinya:Orang-orang yang kafir bagi
mereka azab yang keras. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
bagi mereka ampunan dan pahala
\yang besar. (Al-Qur’an Surat Fathir: 7)
\yang besar. (Al-Qur’an Surat Fathir: 7)
Tulisan yang ada di foto kedua dan
ketiga, sebagai
berikut:
و قيل : هذه الأية
نزلت في الخوارج الذين يحرفون تأويل الكتاب و السنة , و يستحلون بذلك دماء
المسلمين و أموالهم , لما هو مشاهد الأن فى نظائرهم و هم فرقة بأرض الحجاز يقال
لهم الوهابية يحسبون أنهم على شيئ
Artinya:“Dikatakan bahwa ayat tersebut di
atas diturunkan pada kaum Khawarij, yaitu golongan orang-orang yang suka
mentahrif (merubah) Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Dengan demikian, mereka
menghalalkan darah dan harta kaum muslimin. Hal itu bisa dibuktikan, karena
adanya suatu kesaksian pada bangsa mereka saat ini. Mereka adalah golongan orang-orang
yang berasal dari tanah Hijaz (sekarang Mekkah). Golongan tersebut dinamakan
“Wahabiyyah”. Mereka mengira bahwa mereka berkuasa atas suatu.”…
Tulisan yang ada di foto keempat, sebagai berikut:
ألا أنهم هم الكاذبون
, استحوذ عليهم الشيطان , فأنساهم ذكر الله ,
اولئك حزب الشيطان , ألا ان حزب الشيطان هم الخاسرون , نسأل الله الكريم أن يقطع
دابرهم
Artinya:
“Ingatlah ! Mereka adalah golongan para
pembohong, yang telah dikuasai oleh hawa nafsu setan. Dan setan itu berusaha
melupakan agar mereka tidak ingat atau dzikir kepada Allah swt. Mereka adalah
termasuk golongan setan. Sedangkan, golongan setan itu adalah golongan
orang-orang yang merugi. Kami memohon kepada Allah Yang Maha Mulia, semoga
Allah membinasakan mereka !.”
BANDINGKAN:
Kitab tafsir Ash-Shawi yang aTafsir
“Ash-Shawi ‘ala Tafsir
Al-Jalalain” yang masih asli dan belum ditahrif oleh Wahabi Salafi cetakan
pertama “Darul Fikr” th 1988 jilid 5 halaman 119, tertulis:
و قيل :
هذه الأية نزلت في الخوارج الذين يحرفون تأويل الكتاب و السنة , و يستحلون بذلك دماء المسلمين و أموالهم , لما هو مشاهد
الأن فى نظائرهم و هم فرقة بأرض الحجاز يقال لهم الوهابية يحسبون أنهم على شيئ
“Dikatakan bahwa ayat tersebut di atas
diturunkan pada kaum Khawarij, yaitu golongan orang-orang yang suka mentahrif
(merubah) Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Dengan demikian, mereka menghalalkan darah
dan harta kaum muslimin. Hal itu bisa dibuktikan, karena adanya suatu kesaksian
pada bangsa mereka saat ini. Mereka adalah golongan orang-orang yang berasal
dari tanah Hijaz (sekarang Mekkah). Golongan tersebut dinamakan “Wahabiyyah”.
Mereka mengira bahwa mereka berkuasa atas sesuatu.”
- Kitab tafsir Ash-Shawi yang dipalsu Salafi Wahhabi
tafsir “Ash-Shawi ‘ala Tafsir
Al-Jalalain” yang masih sudah dipalsukan dan dihapus oleh Wahabi Salafi cetakan
“Darul Fikr” tahun 1993 jilid 3 halaman 397, Tertulis
و قيل :
هذه الأية نزلت في الخوارج الذين يحرفون تأويل الكتاب و السنة , و يستحلون بذلك دماء المسلمين و أموالهم , لما هو مشاهد
الأن فى نظائرهم………….. يحسبون أنهم على شيئ
“Dikatakan bahwa ayat tersebut di atas
diturunkan pada kaum Khawarij, yaitu golongan orang-orang yang suka mentahrif
(merubah) Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Dengan demikian, mereka menghalalkan darah
dan harta kaum muslimin. Hal itu bisa dibuktikan, karena adanya suatu kesaksian
pada bangsa mereka saat ini………………………………………….. Mereka mengira bahwa mereka
berkuasa atas sesuatu.”
Sekte wahabi salafi menghapus kalimat:
و هم فرقة
بأرض الحجاز يقال لهم الوهابية
Mereka adalah golongan orang-orang yang
berasal dari tanah Hijaz (sekarang Saudi). Golongan tersebut dinamakan
“Wahabiyyah”.
CATATAN PENTING:
Kitab tafsir “Ash-Shawi ‘ala Tafsir
Al-Jalalain” yang saat ini beredar di seluruh dunia, asbabun nuzul (sebab-sebab
diturunkannya ayat-ayat suci Al-Qur’an) ayat tersebut di atas yang menerangkan
tentang “Wahabiyah” dihapus dan dihilangkan oleh kelompok Wahabi. Karena, kalau
tidak dihilangkan akan merugikan dan membahayakan bagi mereka, bahkan bisa
menjadi ancaman bagi Saudi Arabia dalam rangka tetap menjaga dan memelihara
eksistensi kerajaannya di dunia internasional.
(Oleh: KH. thobary
Syadzily, Ketua Tim Sarkub)
Tafsir hasyiah as Sowi yang lain :
DI ATAS ADALAH COVER BAGI KITAB “HASYIYAH AL-ALLAMAH AS-SOWI ALA TAFSIR JALALAIN” KARANGAN SYEIKH AHMAD BIN MUHAMMAD AS-SOWI ALMALIKY MENINGGAL 1241H.
YANG TELAH DIPALSUKAN OLEH WAHHABI.CETAKAN DAR KUTUB ILMIAH PADA TAHUN 1420H IAITU SELEPAS CETAKAN YANG ASAL TELAH PUN DIKELUARKAN PADA TAHUN 1419H.
INI ISU KANDUNGAN DALAM KITAB YANG TELAH DIPALSUKAN:
ISI KITAB DI ATAS YANG TELAH DIPALSUKAN & TIDAK BERSANDARKAN PADA NASKHAH YANG ASAL DAN DIUBAH PELBAGAI ISI KANDUNGAN ANTARANYA PENGARANG KITAB TELAH MENYATAKAN WAHHABI ADALAH KHAWARIJ KERANA MENGHALALKAN DARAH UMAT ISLAM TANPA HAK. TETAPI DIPALSUKAN OLEH WAHHABI LANTAS DIBUANG KENYATAAN TERSEBUT. INI MERUPAKAN KETIDAK ADANYA AMANAH DALAM ILMU AGAMA DISISI KESEMUA PUAK WAHHABI.
NAH…!
INILAH KITAB TAFSIR TERSEBUT YANG ORIGINAL LAGI ASAL:
DI ATAS INI ADALAH COVER KITAB SYARHAN TAFSIR ALQURAN BERJUDUL “HASYIYAH AL-ALLAMAH AS-SOWI ALA TAFSIR JALALAIN”.KARANGAN SYEIKH AHMAD BIN MUHAMMAD AS-SOWI ALMALIKY MENINGGAL 1241H.CETAKAN INI ADALAH CETAKAN YANG BERSANDARKAN PADA NASKHAH KITAB TERSEBUT YANG ASAL.DICETAK OLEH DAR IHYA TURATH AL-’ARABY.
PERHATIKAN PADA BAHAGIAN BAWAH SEBELUM NAMA TEMPAT CETAKAN TERTERA IANYA ADALAH CETAKAN YANG BERPANDUKAN PADA ASAL KITAB.CETAKAN PERTAMA PADA TAHUN 1419H IAITU SETAHUN SEBELUM KITAB TERSEBUT DIPALSUKAN OLEH WAHHABI.
INI ISI KANDUNGAN DALAM KITAB TERSEBUT PADA JUZUK 5 MUKASURAT 78:
INILAH KITAB TAFSIR TERSEBUT YANG ORIGINAL LAGI ASAL:
DI ATAS INI ADALAH COVER KITAB SYARHAN TAFSIR ALQURAN BERJUDUL “HASYIYAH AL-ALLAMAH AS-SOWI ALA TAFSIR JALALAIN”.KARANGAN SYEIKH AHMAD BIN MUHAMMAD AS-SOWI ALMALIKY MENINGGAL 1241H.CETAKAN INI ADALAH CETAKAN YANG BERSANDARKAN PADA NASKHAH KITAB TERSEBUT YANG ASAL.DICETAK OLEH DAR IHYA TURATH AL-’ARABY.
PERHATIKAN PADA BAHAGIAN BAWAH SEBELUM NAMA TEMPAT CETAKAN TERTERA IANYA ADALAH CETAKAN YANG BERPANDUKAN PADA ASAL KITAB.CETAKAN PERTAMA PADA TAHUN 1419H IAITU SETAHUN SEBELUM KITAB TERSEBUT DIPALSUKAN OLEH WAHHABI.
INI ISI KANDUNGAN DALAM KITAB TERSEBUT PADA JUZUK 5 MUKASURAT 78:
DI ATAS INI ADALAH KENYATAAN SYEIKH AS-SOWI DARI KITAB ASAL MENGENAI WAHHABI DAN BELIAU MENYIFATKAN WAHHABI SEBAGAI KHAWARIJ YANG TERBIT DI TANAH HIJAZ.
BELIAU MENOLAK WAHHABI BAHKAN MENYATAKAN WAHHABI SEBAGAI SYAITAN KERANA MENGHALALKAN DARAH UMAT ISLAM, MEMBUNUH UMAT ISLAM DAN MERAMPAS SERTA MENGHALALKAN RAMPASAN HARTA TERHADAP UMAT ISLAM.LIHAT PADA LINE YANG TELAH DIMERAHKAN.
Inilah Wahhabi. Bila ulama membuka pekung
kejahatan mereka Wahhabi akan bertindak ganas terhadap kitab-kitab ulama Islam.
Awas..sudah terlalu banyak kitab ulama Islam dipalsukan oleh Wahhabi kerana tidak sependapat dengan mereka.
Awas..sudah terlalu banyak kitab ulama Islam dipalsukan oleh Wahhabi kerana tidak sependapat dengan mereka.
Semoga Allah memberi hidayah kepada
Wahhabi dan menetapkan iman orang Islam.
E. Kaum Wahabi Telah Mengoyak Kitab al Adzkar Karya Imam An Nawawi (Mengungkap Kejahatan Wahhabi)
Kitab al-Adzkar al-Nawawiyyah karya al-Imam al-Nawawi pernah mengalami
nasib yang sama. Kitab al-Adzkar dalam edisi terbitan Darul Huda, 1409 H,
Riyadh Saudi Arabia, yang di-tahqiq oleh
Abdul Qadir al-Arna’uth dan di bawah bimbingan Direktorat Kajian Ilmiah dan
Fatwa Saudi Arabia(LAJNAH AL BUHUTS AL ILMIYYAH WA AD DA’WAH WA AL IRSYAD”.),
telah di-tahrifsebagian judul babnya dan sebagian isinya
dibuang. Yaitu Bab Ziyarat
Qabr Rasulillah SAW diganti
dengan Bab Ziyarat
Masjid Rasulillah SAW dan
isinya yang berkaitan dengan kisah al-’Utbi ketika ber-tawasul dan ber-istighatsah dengan Rasulullah saw, juga dibuang.
Anda tahu apa yang dilakukan oleh lajnah
al buhuts at takfiriyyah ini???? Mereka “mengoyak” tulisan Imam an Nawawi;
lihat.. sebuah bab semula berjudul:
فصل في
زيارة قبر رسول الله صلي الله عليه وسلم
[Pasal: Dalam menjelaskan tentang ziarah
ke makam Rasulullah ]
(Anda tahu; kandungan makna dari penamaan
bab ini?? adalah berisi ungkapan betapa besar Imam an Nawawi mencintai dan
mengagungkan Rasulullah….!!!)
Tapiiii…. ternyata; kaum Wahabiyyah
Talafiyyah telah merubah judul bab tersebut menjadi:
فصل في
زيارة مسجد رسول الله صلي الله عليه وسلم
[Pasal: Dalam menjelaskan ziarah ke
masjid Rasulullah ]
(Anda tahu dengan pemalsuan tangan-tangan
jahat Wahabi ini betapa besar “luka” yang ditorekan mereka kepada “hati”
seorang Imam terkemuka sekelas Imam an Nawawi??? Apakah anda tidak merasakan
bahwa tangan-tangan jahat tersebut tidak hanya melukai seorang Imam an Nawawi…
tapi; PERHATIKAN… bukankah itu melukai Rasulullah???? Lalu apakah anda sebagai
umat Rasulullah tidak merasa dilukai ketika Rasulullah dilukai oleh
tangan-tangan jahat itu???
Apakah anda tahu bahwa Rasulullah
besabda:
من زار
قبري وجبت له شفاعتي / رواه البزار وغيره
“Barangsiapa yang datang berziarah ke
makamku maka wajiblah ia mendapatkan syafa’atku” (HR. al Bazzar dan lainnya)
Orang-orang Wahabi yang tidak tahu diri
itu harus menjawab “pertanyaan panjang” ini, dan harus mempertanggungjawabkan
itu semua di hadapan Rasulullah kelak; [ ]
Sedangkan pada cetakan wahabi yang lain,
kisah utbiy tidak dihilangkan tapi “Pasal ziarah ke kubur Nabi” tidak ditulis
dalam daftar isi kitab padahal setiap pasal yang lain ditulis. Sedangkan “Bab
Apa apa yang bermanfaat bagi si mayyit dari bacaan selainnya/ bab maa yafna’u
lmayyit min qauli ghirihi” SUDAH DIHILANGKAN. Dibawah ini adalah scan
kitab annawawi yang masih asli:
Maka tersebutlah di dalam kitab
“al-Adzkar” yang masyhur karya ulama waliyUllah terbilang, Imamuna an-Nawawi
‘alaihi rahmatul Bari, pada halaman 258, antara lain:-
“…. Dan para ulama telah berbeza pendapat
mengenai sampainya pahala bacaan al-Quran (kepada si mati). Maka pendapat yang
masyhur daripada mazhab asy-Syafi`i dan sekumpulan ulama bahawasanya pahala
bacaan al-Quran tersebut tidak sampai kepada si mati. Imam Ahmad bin Hanbal serta sekumpulan ulama yang lain dan
sekumpulan ashab asy-Syafi`i (yakni para ulama mazhab asy-Syafi`i) berpendapat
bahawa pahala tersebut SAMPAI. Maka (pendapat) yang terpilih adalah si pembaca
al-Quran tersebut hendaklah berdoa setelah bacaannya : “Ya Allah sampaikanlah
pahala apa-apa yang telah aku bacakan kepada si Fulan.”
F. Bait Diwan Imam Syafe’i yang
dihilangkan oleh Wahhabi ****
BAIT YANG HILANG DARI DIWAN IMAM SYAFI’I
!
فقيها و
صوفيا فكن ليس واحدا * فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح
فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح
فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح
Berusahalah engkau menjadi seorang yang
mempelajari ilmu fiqih dan
juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.
juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.
Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih
tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan
kelazatan takwa.
Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]
COBA DOWNLOAD DARI (Diwan syafii yang
dipalsukan) :
MAKA KALIMAT DI ATAS SUDAH HILANG !
BANDINGKAN DENGAN TERBITAN BEIRUT DAN
DAMASKUS:
Dar al-Kutub al-`Ilmiyya (Beirut 1986) p.48
Bahkan terbitan Dar el-mareefah juga dihilangkan (Scan kitab pdf diwan syafii yang asli):
http://www.4shared.com/file/37064910/c3ad321/Diwan_es-Safii.html?s=1
G. Syaikh Albani Wahhabi mengubah Kitab Jami’ush Shaghir Imam Suyuti
Kitab Al-Jamius Shaghir ditulis oleh Imam
Jalaluddin As-Suyuthi. Nama lengkap beliau adalah Jalaluddin abdurrahman ibn
Kamaluddin Abi Bakr ibn Muhammad al-Suyuthi. Beliau lahir tahun 849 H atau
tahun 1445 M di Asyuth Mesir dari keturunan orang-orang terkemuka di negeri itu
dan wafat tahun 911 H atau 1505 M. Ayah beliau wafat pada waktu beliau berumur
6 tahun, sehingga beliau tumbuh sebagai anak yatim.
Untuk memuaskan dahaganya akan ilmu, maka
selain di negerinya sendiri, beliau pun mencari ilmu dan merantau ke negeri-negeri
seperti Syam, Hijaz, Yaman, India, Maghribi, dan negeri-negeri lain; serta
berguru pada para ulama terkenal yang menguasai berbagai disiplin ilmu saat
itu, yang jumlahnya kurang lebih 150 orang. Di antara ulama itu ialah Syaikh
Syihabuddin al-Syarmasahi, Syaikhul Islam Alamuddin al-Bulqini, putera
al-Bulqini, Syaikhul Islam Syarafuddin al-Manawi, Taqiyuddin al-Syibli,
Muhyiddin al-Khafiji, Syaikh al-Hanafi, dan lain-lain. Bidang keilmuan yang
beliau kuasai sangat luas, antara lain Tafsir, Hadits, Fiqh, Nahwu, Ma’ani,
Bayan, dan Badi’ menurut cara orang Arab yang baligh, bukan menurut cara orang
Ajam (non-Arab) dan ahli-ahli filsafat (keterangan ini dapat diperoleh dalam
kitab beliau Husnul Muhaadlarah).
Sesungguhnya kitab hadits Al-Jami’
Ash-Shaghir karangan Al-Hafidz As-Suyuthi merupakan salah satu kitab hadits
yang paling lengkap pokok pembahasannya, paling banyak manfaatnya, paling
sederhana penyusunannya. dan yang menjadi kekhasan kitab ini adalah
hadits-hadits yang tercantum diurutkan berdasarkan urutan huruf hijaiyah.Kitab
jamius Shaghir beliau selesaikan pada tahun 907 H, 4 tahun sebelum beliau wafat
(911 H). Dan ini sungguh suatu jihad yang dilakukan oleh seorang ulama untuk
mengumpulkan dan menyusun sebuah kitab sehingga manfa’atnya dapat dirasakan
oleh ummat setelahnya. Beliau juga menyusun secara terpisah appendix (lampiran)
bagi kitabnya ini dengan judul Ziyaadah Al Jami’. Dalam salah satu tulisannya
beliau berkata,”Ini adalah appendix bagi kitab karangan saya yang bernama Al
Jamius Shaghir Min hadits Al basyir An Nadzir, dan saya memberinya nama Az
Ziyadah Al Jami’. Kode yang terdapat dalam appendix ini sam dengan kode dalam
kitab Al Jami’, dan susunannya pun sama dengan yang terdapat dalam kitab Al
jami’”
Akan tetapi masih banyak koreksi hadits
dari para ulama yang lain diantaranya Al-Imam Al-Mannawi -rahimahullah- dalam
kitabnya Al-Faidhul Qodir Syarh Al-Jamius Shaghir, juga Appendix kitab
Al-jami’, yakni Az-Ziyadah Al-Jami’ juga beliau komentari dalam kitabnya Miftah
As-Sa’dah bi Syarhi Az-Ziyadah. Dalam kitabnya ini, Beliau berupaya mengkritisi
derajat hadits yang terkandung dalam kitab Al-Jamius Shaghir, namun sayangnya
tidak semua hadits beliau teliti.
Entah dengan alasan tersebut atau maksud
lain, maka seorang yang katanya ulama hadits tapi belum punya julukan AL-HAFIZH
tetapi berani membuat KITAB TANDINGAN JAMI’US SHAGHIR. Orang ini namanya
tersohor dikalangan WAHABI SALAFI tapi keulama’annya terdengar ANEH ditelinga
Ahlussunnah wal Jama’ah pada umumnya. Siapa dia kalau bukan Nashiruddin
Al-Albani yang mengklaim dirinya telah menyempurnakan kitab Jami’us Shaghir
dengan LABEL SHAHIH AL-JAMI’ ASH-SHAGHIR WA ZIYADATUH. Juga begitu beraninya
Al-Bani ini mendho’ifkan banyak hadits shahih Imam Bukhari.
Untuk membedakan mana Kitab Jami’us Shaghir
milik Ahlussunnah Imam Suyuthi dan Kitab Jami’us Shaghir milik WAHHABI SALAFI
karangan Al-Bani perhatikan gambar dibawah ini.
Jami’us Shaghir As-Suyuthi syahadatnya
memakai kata “SAYYIDINA.” Dan tidak melabelkan kata SHAHIH. Hal ini
menggambarkan katawadhuan beliau akan kekurangan-dan kelemahan sebagai manusia
yg tidak bisa terlepas dari kesalahan.
Bandingkan dengan Jami’us Shaghir
karangan Al-Bani yang dengan bangganya melabelkan kata “SHAHIH” yang dimana
secara nalar sehat menggambarkan kegeniusan dan hapalannya akan ilmu dan
hadits-hadits Nabi, meskipun dia belum memiliki julukan AL-HAFIZH (banyak
menghapal hadits-hadits Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam), dan juga tidak mau
menyebutkan kata “SAYYIDINA” dalam membaca syahadat Rasul.
Ikhwan wa Akhwat fillah…………..hati-hati
dan waspada dengan propaganda ulama-ulama WAHABI SALAFI yg bisanya hanya
menyalahkan, mendho’ifkan kitab-kitab ulama salaf dan hadits-hadits Nabi,
sementara mereka tidak lain hanyalah ulama pemecahbelah umat islam, terutama
NASHIRUDIN AL-ALBANI tukang servis jam beralih menservis HADITS SHAHIH menjadi
HADITS DHO’IF. Wallohul musta’an wa bish-shawab.
H. Wahabi Tahrif/Ubah Kitab
Nadhom Jurumiyah
Astagfirullah… lagi-lagi tangan jahat
komplotan tanduk setan nejd gentayangan.. kenapa mereka usil suka merubah-ubah
kitab karya ulama shaleh terdahulu. Sekarang giliran kitab nadzhom jurumiyah
(kitab nahwu/tata bahasa arab) yang kena tahrif komplotan wahabi. Suatu
kejahatan pelanggaran Hak Cipta Kekayaan Intelektual (HAKI) dilakukan oleh komplotan
yang mengaku paling murni aqidah & paling nyunnah.
Komplotan wahabi yang mentahrif kitab ini
adalah
1.
محمد رفيق الونشريسي
الجزائري
2.
أحمد بن عمر الحازمي
3.
محمد بن أحمد جَدّو
Ternyata Bait ke 4 terakhir dari kitab
nadzom Ajjurumiyah mereka tahrif (lihat gambar dibawah)
Mereka (komplotan WC) mengganti
kata ” بجاه ” dengan kata
” بحب ”
Sebagi bukti Silahkan download kitabnya
disini:
http://www.almtoon.com/show-book.php?id=10
Inilah Bait Nadzhom dimanipulasi:
جعلها الله لكل مبتدي **** دائمة النفع بحب أحمد
”Semoga Allah Menjadikan Kitab selalu
dalam kemanfaatan bagi para mubtadi (orang yang baru belajar) dengan kecintaan
kepada Ahmad (Nabi Muhammad)”
Dan Inilah Bait Nadzhom Aslinya:
جعلها الله لكل مبتدي **** دائمة النفع بجاه أحمد
”Semoga Allah menjadikan selalu manfaat
bagi orang yang baru belajar dengan kemuliaan (martabat) Nabi Muhammad”
قال ذلك
الوهابي في الشرح : ثم سأل (المؤلف) الله عز و جل أن يجعل نظمه هذا دائم النفع
للمبتدئين في علم النحو و قد توسل إلى الله سبحانه و تعالى في الأصل : بجاه محمد
صلى الله عليه و سلم فقــــــــــــــــــــــــال
Telah berkata Wahabi dalam Syarah Kitab
Itu : Kemudian meminta (pengarang kitab) kepada Allah, supaya nadhomanya di
jadikan selalu bermanfaat bagi orang2 yang baru belajar dalam ilmu nahwu, dan
ia (si pengarang kitab) bertawasul (mengambil perantara) kepada Allah. Padahal
dalam text aslinya adalah: Dengang Kemuliaan Nabi muhammad SAW.
ثم قال
(الأستاذ الونشريسي) : و معلوم ما في هذا التوسل من مخالفة لما كان عليه سلفنا
الصالح رضوان الله عليهم جميعا فحذفته و أبدلته بتوسل مشروع و هو حب النبي صلى
الله عليه و سلم و راجع في ذلك كتاب العلامة المحدث الفقيه محمد ناصر الدين
الألباني رحمه الله التوسل أنواعه و أحكامه ) فإنه فريد في بابه. انتهى.
Kemudian berkata Si Wahabi (الأستاذ
الونشريسي)
dan telah di ketahui apa yang ada dalam tawasul ini adalah dari menyalahi apa
yang ada pada ulama salaf, maka Aku menghilangkanya dan menggantinya denga
tawasul yang di syariatkan yaitu dg mencintai nabi Muhammad saw, dan sebagai
pengembalian hukum dalam masalah itu adalah kitab karya Al-alamah Ahli hadits
Ahli fiqih yaitu Muhammad nasiruddin Albani (kitab tawasul dan hukum2nya),
dalam bab tersendiri.
————
Berikut hasil download di: http://www.almtoon.com/show-book.php?id=10
(Oleh: Ibnu
Rasyid Rahmatulloh)
(*) Tahrif (تحريف ): distortion,
corruption, alteration: “penyelewengan, kecurangan, pengubahan”)
MOHON DICEK KEBENARAN LIST DIBAWAH INI
Bentuk penyelewengan sekte Salafi Wahabi
dalam hal amanah ilmu :
1. Pemusnahan dan pembakaran puluhan ribu buku yang tidak sejalan dengan paham mereka.
2. Sengaja men-tahkik, men-takhrij dan meringkas kitab-kitab hadis yang jumlah halamannya besar untuk menyembunyikan hadis-hadis yang tidak mereka sukai.
3. Memotong-motong dan mencuplik pendapat ulama terkenal sehingga menjadi tidak sempurna, untuk kemudian diselewengkan maksud dan tujuannya.
4. Mengarang-ngarang hadis dan perkataan Ulama.
5. Mencuri buku-buku induk dan manuskrip untuk dihilangkan sebagian isinya atau dimusnahkan semuanya.
6. Membuang hadis-hadis yang tidak mereka sukai dalam buku-buku yang mereka terbitkan, sehingga tidak sesuai dengan buku asli yang diterbitkan penerbit lain.
7. Membajak buku, membeli manuskrip dan menyogok penerbit.
8. Memerintahkan ulama mereka untuk mengarang suatu buku, lalu mengatasnamakan buku itu dengan nama orang lain.
9. Melakukan tindakan kekerasan, intimidasi dan provokasi terhadap penulis yang isi karangannya berseberangan dengan faham mereka.
10. Mencetak suau kitab induk dengan menghilangkan syarah ulama atas kitab tersebut, padahal buku induk tersebut sangat terkait erat dengan syarahnya.
11. Memalsukan buku-buku ulama yang mereka pandang strategis bagi umat dengan cara mencetak ulang buku tersebut, namun hal itu dilakukan setelah tangan-tangan terampil mereka meng-edit, mengubah dan memalsukannya sesuai keinginan, pesanan, faham dan cara berpikir mereka.
1. Pemusnahan dan pembakaran puluhan ribu buku yang tidak sejalan dengan paham mereka.
2. Sengaja men-tahkik, men-takhrij dan meringkas kitab-kitab hadis yang jumlah halamannya besar untuk menyembunyikan hadis-hadis yang tidak mereka sukai.
3. Memotong-motong dan mencuplik pendapat ulama terkenal sehingga menjadi tidak sempurna, untuk kemudian diselewengkan maksud dan tujuannya.
4. Mengarang-ngarang hadis dan perkataan Ulama.
5. Mencuri buku-buku induk dan manuskrip untuk dihilangkan sebagian isinya atau dimusnahkan semuanya.
6. Membuang hadis-hadis yang tidak mereka sukai dalam buku-buku yang mereka terbitkan, sehingga tidak sesuai dengan buku asli yang diterbitkan penerbit lain.
7. Membajak buku, membeli manuskrip dan menyogok penerbit.
8. Memerintahkan ulama mereka untuk mengarang suatu buku, lalu mengatasnamakan buku itu dengan nama orang lain.
9. Melakukan tindakan kekerasan, intimidasi dan provokasi terhadap penulis yang isi karangannya berseberangan dengan faham mereka.
10. Mencetak suau kitab induk dengan menghilangkan syarah ulama atas kitab tersebut, padahal buku induk tersebut sangat terkait erat dengan syarahnya.
11. Memalsukan buku-buku ulama yang mereka pandang strategis bagi umat dengan cara mencetak ulang buku tersebut, namun hal itu dilakukan setelah tangan-tangan terampil mereka meng-edit, mengubah dan memalsukannya sesuai keinginan, pesanan, faham dan cara berpikir mereka.
- Perintah untuk membakar buku-buku dan
memalsukannya (hal 49)
- Pemalsuan kitab Al Adzkar karya Imam
Nawawi (hal 51)
- Memalsukan perkataan Imam As-Subki
dalam Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyah (hal 58)
- Pemalsuan kitab Aqidah As Salaf Ashhabu
Al-Hadits (hal 60)
- Pemalsuan kitab Hasyiah Ash-Showi (hal
67)
- Pemalsuan kitab Tafsir Al-Kasysyaf
karya Imam Az-Zamakhsyari (hal 71)
- Pemalsuan kitab Al-Ibanah karya Imam
Asy’ari (hal 73)
- Pemalsuan kitab Seputar Ahlul Bait,
Kekhalifahan Sayyidina Ali k.w. Tasawuf dan Alam Kubur (hal 81)
- Pemalsuan kitab Al Fawaid Al
Muntakhabat karya Ibnu Jami Az Zubairi (hal 83)
- Pemalsuan kitab Diwan Imam Syafii (hal
86)
- Pemalsuan kitab Sahih Bukhari (hal 87)
- Pemalsuan kitab Sahih Muslim (hal 91)
- Penghapusan hadis-hadis dari kitab
Musnad Ahmad (hal 93)
- Pemalsuan kitab tafsir Ruh Al-Maani
karya Mahmud Al Alusi (hal 94)
- Pemalsuan kitab Ash-Shawaiq Al-Muhriqah (hal 95)
- Pemalsuan kitab Ash-Shawaiq Al-Muhriqah (hal 95)
- Pemalsuan kitab Hasyiah Ibnu Abidin
(hal 97)
- Memalsukan perkataan Al Hafizh Syaikh
As Sakhawi melalui tahqiq kitab (hal 100)
- Pemalsuan kitab Majmu Fatwa karya Ibnu
Taimiyah (hal 100)
- Pemalsuan kitab Nihayah Al Qaul Al
Mufid (hal 101)
- Penghapusan bab Istighotsah dari kitab
Al-Mughni karya Ibnu Qudamah (hal 105)
- Pemalsuan kitab Tarikh Al-Ya’qubi (hal
106)
- Pemalsuan kitab Iqtidha Ash Shirat Al
Mustaqim (hal 107)
- Pemalsuan kitab Ahwal Al Qubur karya
Ibnu Rajab (hal 108)
- Pemalsuan kitab tafsir Bahr Al Muhith
karya Abu Hayyan (hal 108)
- ‘Bermain-main’ dengan hadis demi faham
mereka (hal 109)
- Akibat fatal pemalsuan kitab-kitab
ulama klasik (hal 115)
1. bab istighosah di hapus oleh WAHABI di
kitab Riyadhussolihien kitabnya Imam Nawawi.
2. perihal ziarah ke makam Nabi SAW
diganti dgn hal ziarah ke masjid Nabi SAW.( al adzkar kitabnya imam nawawi).
3. Pemalsuan juga mereka lakukan terhadap
kitab Hasyiah Shawi atas Tafsir Jalalain dengan membuang bagian-bagian yang
tidak cocok dengan pandangannya. Hal itu mereka lakukan pula terhadap kitab
Hasyiah Ibn Abidin dalam madzhab Hanafi dengan menghilangkan pasal khusus yang
menceritakan para wali, abdal dan orang-orang sholeh.
4.Menghilangkan jatidiri Wahhabi sebagai
“hizbu as-syaithan”. dalam kitab Hasyiyah al-Allamah Al-Showi ‘ala Tafsir
Al-Jalalain…………. Pemalsuan kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi (hal 51)
5. Memalsukan perkataan Imam As-Subki
dalam Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyah (hal 58)
6. Pemalsuan kitab Aqidah As Salaf
Ashhabu Al-Hadits (hal 60)
7. Pemalsuan kitab Hasyiah Ash-Showi (hal
67)
8. Pemalsuan kitab Tafsir Al-Kasysyaf
karya Imam Az-Zamakhsyari (hal 71)
9. Pemalsuan kitab Al-Ibanah karya Imam
Asy’ari (hal 73)
10. Pemalsuan kitab Seputar Ahlul Bait,
Kekhalifahan Sayyidina Ali k.w.Tasawuf dan Alam Kubur (hal 81)
11. Pemalsuan kitab Al Fawaid Al
Muntakhabat karya Ibnu Jami Az Zubairi (hal 83)
12. Pemalsuan kitab Diwan Imam Syafii
(hal 86)
13. Pemalsuan kitab Sahih Bukhari (hal
87)
14.Pemalsuan kitab Sahih Muslim (hal 91)
15. Penghapusan hadis-hadis dari kitab
Musnad Ahmad (hal 93)
16. Pemalsuan kitab tafsir Ruh Al-Maani
karya Mahmud Al Alusi (hal 94)
17. Pemalsuan kitab Ash-Shawaiq
Al-Muhriqah (hal 95)
18. Pemalsuan kitab Hasyiah Ibnu Abidin
(hal 97)
19. Memalsukan perkataan Al Hafizh Syaikh
As Sakhawi melalui tahqiq kitab(hal100)
20. Pemalsuan kitab Majmu Fatwa karya
Ibnu Taimiyah (hal 100)
21. Pemalsuan kitab Nihayah Al Qaul Al
Mufid (hal 101)
22. Penghapusan bab Istighotsah dari
kitab Al-Mughni karya Ibnu Qudamah(hal 105)
23. Pemalsuan kitab Tarikh Al-Ya’qubi
(hal 106)
24. Pemalsuan kitab Iqtidha Ash Shirat Al
Mustaqim (hal 107)
25. Pemalsuan kitab Ahwal Al Qubur karya
Ibnu Rajab (hal 108)
26. Pemalsuan kitab tafsir Bahr Al Muhith
karya Abu Hayyan (hal 108)
DIMANA KITAB KITAB INI TRAGISNYA RUJUKAN
PARA WAHABI YG MEREKA CURANGI ISI ISINYA. DAN MASIH BANAYK LAGI.
Pemalsuan kitab
Judul buku: Mereka Memalsukan Kitab-Kitab
Karya Ulama Klasik
Pengarang : Syaikh Idarham
Penerbit : Pustaka Pesantren, Bantul
Yogyakarta th 2011
Tebal buku : 306 halaman
Ukuran buku : 13,5 x 20,5 cm
Bukti Autentik Pemalsuan Kitab dan
Penyelewengan Teks (hal 37)
Bermula dari Rapuhnya Ajaran (hal 37)
1. Pemusnahan dan pembakaran puluhan ribu
buku yang tidak sejalan dengan paham mereka.
2. Sengaja men-tahkik, men-takhrij dan
meringkas kitab-kitab hadis yang jumlah halamannya besar untuk menyembunyikan
hadis-hadis yang tidak mereka sukai.
3. Memotong-motong dan mencuplik pendapat
ulama terkenal sehingga menjadi tidak sempurna, untuk kemudian diselewengkan
maksud dan tujuannya.
4. Mengarang-ngarang hadis dan perkataan
Ulama.
5. Mencuri buku-buku induk dan manuskrip
untuk dihilangkan sebagian isinya atau dimusnahkan semuanya.
6. Membuang hadis-hadis yang tidak mereka
sukai dalam buku-buku yang mereka terbitkan, sehingga tidak sesuai dengan buku
asli yang diterbitkan penerbit lain.
7. Membajak buku, membeli manuskrip dan
menyogok penerbit.
8. Memerintahkan ulama mereka untuk
mengarang suatu buku, lalu mengatasnamakan buku itu dengan nama orang lain.
9. Melakukan tindakan kekerasan,
intimidasi dan provokasi terhadap penulis yang isi karangannya berseberangan
dengan faham mereka.
10. Mencetak suau kitab induk dengan
menghilangkan syarah ulama atas kitab tersebut, padahal buku induk tersebut
sangat terkait erat dengan syarahnya.
11. Memalsukan buku-buku ulama yang
mereka pandang strategis bagi umat dengan cara mencetak ulang buku tersebut,
namun hal itu dilakukan setelah tangan-tangan terampil mereka meng-edit,
mengubah dan memalsukannya sesuai keinginan, pesanan, faham dan cara berpikir
mereka.
- Perintah untuk membakar buku-buku dan
memalsukannya (hal 49)
- Pemalsuan kitab Al Adzkar karya Imam
Nawawi (hal 51)
- Memalsukan perkataan Imam As-Subki
dalam Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyah (hal 58)
- Pemalsuan kitab Aqidah As Salaf Ashhabu
Al-Hadits (hal 60)
- Pemalsuan kitab Hasyiah Ash-Showi (hal
67)
- Pemalsuan kitab Tafsir Al-Kasysyaf
karya Imam Az-Zamakhsyari (hal 71)
- Pemalsuan kitab Al-Ibanah karya Imam
Asy’ari (hal 73)
- Pemalsuan kitab Seputar Ahlul Bait,
Kekhalifahan Sayyidina Ali k.w. Tasawuf dan Alam Kubur (hal 81)
- Pemalsuan kitab Al Fawaid Al
Muntakhabat karya Ibnu Jami Az Zubairi (hal 83)
- Pemalsuan kitab Diwan Imam Syafii (hal
86)
- Pemalsuan kitab Sahih Bukhari (hal 87)
- Pemalsuan kitab Sahih Muslim (hal 91)
- Penghapusan hadis-hadis dari kitab
Musnad Ahmad (hal 93)
- Pemalsuan kitab tafsir Ruh Al-Maani
karya Mahmud Al Alusi (hal 94)
- Pemalsuan kitab Ash-Shawaiq Al-Muhriqah (hal 95)
- Pemalsuan kitab Ash-Shawaiq Al-Muhriqah (hal 95)
- Pemalsuan kitab Hasyiah Ibnu Abidin
(hal 97)
- Memalsukan perkataan Al Hafizh Syaikh
As Sakhawi melalui tahqiq kitab (hal 100)
- Pemalsuan kitab Majmu Fatwa karya Ibnu
Taimiyah (hal 100)
- Pemalsuan kitab Nihayah Al Qaul Al
Mufid (hal 101)
- Penghapusan bab Istighotsah dari kitab
Al-Mughni karya Ibnu Qudamah (hal 105)
- Pemalsuan kitab Tarikh Al-Ya’qubi (hal
106)
- Pemalsuan kitab Iqtidha Ash Shirat Al
Mustaqim (hal 107)
- Pemalsuan kitab Ahwal Al Qubur karya
Ibnu Rajab (hal 108)
- Pemalsuan kitab tafsir Bahr Al Muhith
karya Abu Hayyan (hal 108)
- ‘Bermain-main’ dengan hadis demi faham
mereka (hal 109)
- Akibat fatal pemalsuan kitab-kitab
ulama klasik (hal 115)
Teks-Teks Menyimpang Dalam Buku-Buku
Salafi Wahabi (hal 119)
- Memusyrikkan seluruh umat Islam dan
ulamanya (hal 119)
- Ikrar Syahadat tidak menjadikan
seseorang Muslim (hal 126)
- Keliru dalam menerapkan kata musyrik
(hal 128)
- Muslim yang beristighatsah dan
bertawasul kafir serta kekal di neraka (hal 131)
- Jawaban atas pengkafiran Bin Baz
terhadap pelaku istighatsah dan tawasul (hal 134)
- Beberapa dalil lain tentang istighatsah
dan tawasul (hal 139)
- Kesimpulan tentang polemik istighatsah
dan tawasul (hal 147)
- Ibnu Baz mengkafirkan Sahabat yang
istighatsah kepada Nabi SAW (hal 150)
- Secara tidak langsung Salafi Wahabi
mengkafirkan Rasulullah SAW (hal 160)
- Mengkafirkan Imam Nawawi dan Al Hafizh
Ibnu Hajar Atsqolani (hal 163)
- Menganggap kebenaran hanya ada di
Salafi Wahabi (hal 166)
- Mazhab yang empat sesat dan syirik (hal
170)
- Menuduh penduduk Mesir, Yaman, Syiria,
Irak, Oman, Hijaz dan seluruh umat Islam sebagai penyembah kuburan (hal 174)
- Salafi Wahabi mengakui bahaya takfir
pendirinya (hal 181)
- Asy’ariyah dan Maturidiyah bukan Ahlus
Sunnah Wal Jamaah (hal 185)
- Berakidah Tasybih dan Tajsim kepada Allah SWT (hal 196)
- Berakidah Tasybih dan Tajsim kepada Allah SWT (hal 196)
- Menolak ilmu pengetahuan, sain dan akal
(hal 229)
- Akidah Salafi Wahabi sangat mirip
akidah Yahudi dan Nasrani (hal 240)
- Tidak mencintai Rasulullah SAW dan keluarganya (Ahlul Bait) (hal 250)
- Mengharamkan ziarah ke makam Rasulullah SAW (hal 255)
- Tidak mencintai Rasulullah SAW dan keluarganya (Ahlul Bait) (hal 250)
- Mengharamkan ziarah ke makam Rasulullah SAW (hal 255)
- Tidak obyektif dan penuh keberpihakan
(hal 256)
- Memerintahkan untuk membunuh para pengikut
Tasawuf (hal 264)
- Lebih mengutamakan hadis ketimbang
AlQuran (hal 267)
- Tidak mengakui ijma kecuali kepada
masalah yang mereka klaim sebagai ijma (hal 268)
- Memerangi akal dan menghindari dialog
(hal 270)
- Sangat fanatik, taklid buta dan terlalu
melebih-lebihkan ulamanya (hal 276)
- Klaim sebagai satu-satunya kelompok
selamat (hal 277)
- Non Muslim mereka rangkul, orang Islam
mereka perangi dan caci maki (hal 280)
- Memupuk dan mengajarkan benih-benih
terorisme (hal 286)
- Klaim bahwa kelompok mereka paling
benar, yang lainnya salah semua (hal 287)
Daftar Pustaka (hal 297)