Bismillah ar-Rahmaan
ar-Rahiim.
Berikut ini riwayat
taubatnya seorang ulama kontroversial, Ibnu Taimiyyah dari aqidah tajsimnya dan
mengikuti kepada aqidah asy-’ariyyah. Banyak kontroversi atas cerita tentang
taubatnya beliau. Ada sebagian golongan yang menganggap taubatnya hanya sebagai
taqiyyah saja, dan ada juga sebagian golongan yang menganggap taubatnya adalah
murni taubat dari aqidah sesat tajsim. Mari kita simak sebuah penelaahan dari
kitab:
“د ررالالفاظ العاوالي فى الرد على الموجان والحوالي”
Karya:
غيث بن عبدالله الغالبي
MUKADDIMAH KE TIGA
Taubatnya Imam Taqiyuddin Ibnu Taimiyah
Banyak tercantum di
kitab-kitab yang cenderung melaporkan masalah aqidah atas perkataan-perkataan
dan karangan-karangan yang dinisbatkan kepada Imam Taqiyuddin Ahmad Ibnu
Taimiyah Rahimahullah. Sebagian dari mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya Imam
besar ini telah bertaubat dari aqidahnya dan telah kembali kepada kebenaran.
Saya disini akan menukilkan tanggal-sejarah itu berikut dengan teks nya yang
saya salin dari kitab “Durarul Kaminah Fi A’yanil mi-ah Atsaaminah”
karya amirul mukminin dalam hadis, yaitu Imam al hafidz Abu Fadl Ibnu Hajar Al
Atsqolani terbitan 1414H cetakan Darul Jail-Juz 1 hal.148. Namun sebelum itu
ada pemaparan Imam Nuwairi. Beliau adalah ulama yang hidup sejaman dengan Imam Ibnu
Taimiyah dan pemaparan orang orang yang menyaksikan peristiwa pertaubatan
tersebut. Imam Nuwairi mengatakan bahwa peristiwa pertaubatan Ibnu Taimiyah ini
juga disaksikan oleh golongan yang menyimpang (pendukung Ibnu Taimiyah) atau
golongan yang berseberangan dengan Ibnu Taimiyah. Ibnu Hajar berkata: ”Yang
menyaksikan peristiwa pertaubatan ini terdiri dari aliansi ulama dan
lain-lainnya”.
Imam Nuwairi berkata:
”Permasalahan Imam Taqiyuddin ini berkelanjutan hingga beliau dimasukkan ke
dalam penjara bawah tanah yang berada di benteng gunung hingga datanglah amir
Hisamuddin ke pintu pemerintahan untuk melayani beliau pada bulan Rabi’ul awwal
tahun 707 H. Hingga kemudian Hisamuddin menanyakan duduk permasalahan Ibnu Taimiyah
ini kepada pemerintah yang berwajib dan akan menolongnya sehingga pemerintah
memberi grasi kepada Ibnu Taimiyah dan akhirnya beliau bebas pada hari jum’at
tanggal 23 bulan itu pula. Yaitu Rabi’ul awwal. Dan kemudian Ibnu Taimiyah di
hadirkan ke gedung penuntutan (pengadilan) yang berada disitu (benteng gunung).
Dan terjadilah pembahasan bersama para pakar ilmu kemudian berkumpullah
golongan dari ulama yang terkemuka, namun acara tersebut tidak dihadiri oleh
hakim ketua yaitu Zainuddin Al Maliky dikarenakan beliau sakit dan tak hadir
pula dari para hakim yang lain. Namun hasil dari pembahasan tersebut Ibnu Taimiyah
menulis kemudian ditulis oleh dewan majlis dengan tulisan yang terjamin dan di
tanda tangani oleh para saksi.
BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM.
Kesaksian orang yang
telah ikut membubuhkan tulisannya ketika telah ada stempel dari dewan majlis
untuk Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyah Al-Harani Al Hanbali ini dihadapkan kepada
markas besar yang mulia amir adil Assaifi raja sultan Salar Al Maliky An
Nashiri wakil dari sultan agung. Dan hadir pula didalamnya golongan dari para
ulama dan pembesar pembesar ahli fatwa terdepan Mesir disebabkan apa yang
pernah di nukil dari pemikiran Ibnu Taimiyah dan tulisan beliau yang sudah di
ketahui sebelum itu yaitu masalah masalah yang berhubungan dengan akidah beliau
seperti “Sesungguhnya Allah itu berbicara dengan suara”, dan “bahwa makna
istiwa’ itu atas makna hakikat/dhohirnya dll yang bertentangan dengan ahli
kebenaran”.
Akhirnya majlis itu
selesai setelah pembahasan itu berjalan lama. Ibnu Taimiyah mengembalikan
akidahnya itu kembali sehingga beliau berucap dihadapan para saksi “SAYA
ASY’ARIYY” sambil mengangkat kitab faham asy’ariyah di atas kepalanya. Dan saya
bersaksi atasnya dengan apa yang tertulis berikut ini:
“Segala puji milik
Allah yang aku beri’tikad pada-Nya bahwa Al Qur’an berdiri diatas makna Dzat
Allah. Dan itu sifat dari beberapa sifatNya yang qodim dan azali. Dan Ia bukan
makhluk. Bukan dengan huruf dan bukan pula dengan suara”.
Ini di tulis oleh Ahmad
Ibnu Taimiyah.
————————————————————–
Demi Dzat yang aku beri’tikad kepadaNya dari firmanNya yang berbunyi:
Demi Dzat yang aku beri’tikad kepadaNya dari firmanNya yang berbunyi:
الرحمن على العرش استوى
Itu di pahami seperti
apa yang telah dipahami banyak orang, yaitu bukan seperti hakikat dan dhohirnya
lafadz. Saya tidak tahu makna ganti dan maksudnya, bahkan tidak diketahui itu
kecuali hanya Allah Ta’aala.
—————————————————————-
Ini ditulis oleh Ahmad Ibn Taimiyah.
Ini ditulis oleh Ahmad Ibn Taimiyah.
Pendapatnya dalam
masalah “turunnya” (Allah) itu juga sama seperti masalah “istiwa”. Aku katakan
seperti apa yang aku katakan, yaitu “Saya tidak mengetahui makna ganti dan
maksudnya, bahkan tidak akan diketahui kecuali Allah Ta’aala. Bukan atas
hakikat dan dhohir lafadnya.”
———————————————————————————–
———————————————————————————–
Ahmad Ibnu Taimiyah telah menulis ini.
Tulisan pengakuannya
ini ia tulis pada hari minggu tanggal 25 Rabi’ul ‘Awwal tahun 707 H.
Dan inilah
naskah/salinan apa yang telah ia tulis dengan tulisannya sendiri. Dan saya (Imam
nuwairi) menjadi saksinya pula bahwa beliau bertaubat kepada Allah dari apa
yang ia yakini selama ini (4 masalah). Dan dia (Ibnu Taimiyah) melafadzkan dua
kalimah syahadat yang agung. Saya bersaksi atasnya dengan sukarela dan seleksi
dalam masalah itu semua di benteng gunung yang terjaga dari gedung gedung
mesir. Semoga Allah menjaganya. Amien.
Dengan sejarah hari
minggu tanggal 25 robi’ul awwal tahun 707 yang di saksikan oleh golongan orang
orang yang terkemuka yang patuh dan tunduk dan golongan yang menyimpang.
Aku keluarkan ini dan aku tetapkan di Kairo. (Selesai ucapan Imam an-Nuwairi).
Aku keluarkan ini dan aku tetapkan di Kairo. (Selesai ucapan Imam an-Nuwairi).
———————————————————————-
Ini dari kitab
“Nihayatul irbi fi fununil adab” milik Hakim Syihabuddin an-Nuwairy. Beliau
wafat pada tahun 733 H. cetakan darul kutub mesir 1998M juz 32 hal.115-116.
———————————————————————-
Imam al-hafidz Ibnu
Hajar al-Asqolani berkata: Ibnu Taimiyah masih tetap di penjara bawah tanah
hingga ditolong/diberi grasi oleh amir Ali Fadl sehingga beliau akhirnya bebas
di bulan Rabi’ul ‘Awwal tanggal 23 dan kemudian dihadapkan di sebuah benteng
dan dilaksanakan pembahasan (dialog terbuka) bersama sebagian pakar fikih
hingga akhirnya tercatat sebuah catatan pengakuan Ibnu Taimiyah bahwa dia
berkata: ”Saya berpaham asy’ariyyah”. Dan dijumpai pula tulisan beliau
dengan teks sebagai berikut:
“Segala puji milik
Allah yang aku beri’tikad pada-Nya bahwa Al Qur’an berdiri diatas makna Dzat
Allah. Dan itu sifat dari beberapa sifatNya yang qodim dan ajali. Dan Ia bukan
makhluk. Bukan dengan huruf dan bukan pula dengan suara”.
Sedangkan firman Allah
yang berbunyi:
)الرحمن على العرش استوى(
ini bukan seperti
dhohirnya lafadznya. Saya tidak tahu makna ganti dan maksudnya, bahkan tidak
diketahui itu kecuali hanya Allah Ta’aala. Dan pendapatnya dalam masalah
“turunnya” (Allah) itu juga sama seperti masalah “Istiwa’”. (bukan seperti
dhohirnya dan tidak diketahui muradnya).
————————–————————–——
Ibnu Taimiyah telah menuliskan ini.
Kemudian para hadirin
menyaksikannya bahwa dia bertaubat sebagai pilihannya dari apa yang ia yakini
dulu dan itu terjadi pada tanggal 25 Rabi’ul Awwal tahun 707 H. Dan peristiwa
itu di saksikan pula oleh sebagian besar dari ulama dan kalangan lainnya.
Setelah kasus ini reda, akhirnya dirilislah (pengakuan taubat Ibnu Taimiyah
ini) ke permukaan. Dan beliau tinggal di Kairo.
Adapun selain Imam Ibnu
Hajar dan Imam an-Nuwairi yang menuturkan tentang pertaubatan Ibnu Taimiyah ini
terdiri dari ulama dan para pakar sejarah, yaitu:
1. ابن المعلم ( w.725) فى نجم المعتدى
Salinan Paris nomor 638
2. الدواداى (w.736) فى كنزالدرر- الجامع 239
3. ابن تغري بردي الحنفى
(w.874) فى المنهل الصافى- الجامع 576
Yang ke semua ini
isinya sama seperti penuturannya Ibnu Hajar. Dan juga telah dinukil pula di
kitab :
النجوم الزاهرة – الجامع 580
SITUASI ORANG ORANG
KARENA PERTAUBATAN IBNU TAIMIYAH:
Seluruh ulama sepakat
atas kebenaran peristiwa pertaubatan Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah ini. Namun
setelah itu terjadi perselisihan tentang sikap Ibnu Taimiyah tersebut, sebagian
dari mereka menganggap ia jujur dengan taubatnya dan sebagiannya menganggap
murni permainan kata-kata/kamuflase atau taqiyah (kepura-puraan agar segera
dibebaskan).
Sikap orang-orang ada
dua kelompok:
Pertama: Kubu yang
membenarkan hal itu dan menaruh simpati kepada Ibnu Taimiyah, karena telah
membawa kaum muslimin keluar menuju yang terbaik dan mendorong kepada kaum
muslimin yang lain, oleh karena itu banyak ulama yang membelanya (taubat) dan
menentang siapa saja yang menuduh dia bid’ah. (karena taubat).
Kedua: Kubu yang
berasumsi bahwa pertaubatannya itu tidak benar/tidak terbukti. Kubu ini ada dua
versi, yaitu:
PIHAK PERTAMA
MENGATAKAN: ”Orang orang telah memaksa Ibnu Taimiyah telah berbuat bid’ah dan
memaksa keluar dari aqidahnya ahli kebenaran seperti yang telah ditegaskan
dalam kitab-kitab beliau. Dan atau seperti yang sudah banyak dinukil oleh para
pengikut fanatiknya bahwa beliau ditetapkan dibanyak kitab bahwa beliau
meninggal dunia di penjara.”
Adapun ucapan mereka
yang menyatakan bahwa Ibnu Taimiyah menghembuskan nafas terakhirnya di penjara,
JAWABANNYA ADALAH: ”Memang benar, namun itu dalam tahanan yang terakhir, yaitu
beliau dimasukkan ke penjara lagi karena tersandung masalah fiqhiyah dan
furu’iyah, seperti masalah fatwa haramnya bagi orang yang bepergian untuk
berziarah kemakam Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam dan lain-lain. Jadi
bukan masalah akidah yang telah ia taubati itu.
Mengenai tidak
ditemukannya dalil penguat/pembenaran atas taubatnya beliau di kitab kitab
beliau atau referensi valid dari beliau JAWABANNYA ADALAH:
1. Ibnu Taimiyah tidak
mencetak semua kitab kitabnya. Sehingga dengan indikasi ini kami menguatkan.
2. Alasan lain bahwa
kitab kitabnya yang telah tercetak terdapat banyak kekeliruan puluhan halaman
seperti yang terjadi dalam kitab fatawanya terutama dari lembaran lembaran dan
kalimatnya. Sebuah kesalahan jika kami menetapkan tidak adanya pencabutan Ibnu Taimiyah
atas akidahnya atau tidak memungkinkannya kembalinya beliau kepada kebenaran.
3. Kitab kitab yang
beredar kini dan fatwa fatwa yang di nisbatkan kepada beliau, itu semua di
kumpulkan 5 abad/lebih setelah beliau wafat. Dan itu semata mata hanya
salinan-salinan yang tidak jelas yang tak bisa membenarkan dan yang tak bisa
menyanggah hal itu.
PIHAK KEDUA MENGATAKAN:
”Ini mengenai martabat sebuah akidah yang beliau taubati. Pihak ini mengatakan
bahwa taubatnya Ibnu Taimiyah ini hanyalah permainan kata kata dan taqiyyah
(menampakkan sesuatu yang tidak sesuai dengan hati untuk menyelamatkan
diri-pent) bukan yang lain. Dan inilah yang banyak di anut oleh pengikutnya
hingga sekarang. Dan menurut mereka pula, ini tidak benar jika taubat dari keyakinannya
di nisbatkan kepada sosok seorang Ibnu Taimiyah rahimahullah karena ia
beri’tikad bahwa akidahnya-lah yang diatas kebenaran. Bagaimana pula dia
menyerah/tidak berpegang teguh dalam pendiriannya sedangkan beliau adalah
seorang pemimpin dan panutan dalam masalah kebenaran ini. Pihak ini berdalih
seperti teguh dan sabarnya Imam Ahmad bin Hanbal [yang memilih tetap
dipenjara-pent]. (tatkala disuruh mengakui bahwa Al Qur’an itu adalah
makhluk-pent) dan ulama ulama yang lain.”
[Penulis kitab berkata]
Adapun yang benar
adalah yang menguatkan bahwa Ibnu Taimiyah telah bertaubat dari akidahnya,
Segala puji milik Allah.
Tujuan saya dari semua
ini adalah setiap bantahan dan sanggahannya mengenai pesan ini. Saya tidak
bermaksud membahas secara personal seorang Ibnu Taimiyah, saya hanya bermaksud
dengan apa yang telah disebutkan dalam kitab kitabnya, entah itu pendapat
beliau disaat belum taubat (Allah bersemayam) atau itu hanya ucapannya
orang yang berbuat buat atas nama Ibnu Taimiyah rahimahullah.
Sehingga kesimpulannya
adalah: “Bantahan/sanggahan ini ditujukan pada pendapat/opini
yang berkembang saat ini, bukan pada sang penutur/pengucap (Ibnu Taimiyah)
seperti yang ada sekarang ini.”
Semoga bermanfaat,
sehingga menjadi khazanah ilmu pengetahuan anda semua…
Saya juga mohon maaf
jika ada terjemahan yang kurang berkenan dalam hati anda.
Scan-scan tersebut
diambil dari kitab:
د ررالالفاظ العاوالي فى الرد على الموجان
والحوالي
Karya:
غيث بن عبدالله الغالبي
Adapun riwayat
pertaubatan Ibnu Taimiyah ini ada tercantum dalam kitab:
الدررالكامنة فى اعيان المائة الثامنة
Karya ulama pakar
hadits dan fikih abad ke-8, yaitu Ibnu Hajar Al-Asqolany.
Seperti yang tertera dalam scan pertama di atas.
Seperti yang tertera dalam scan pertama di atas.
Sanad riwayat ini
kepada al-Imam ibn Hajar al-Asqalany adalah sebagai berikut:
ارويها عن الشيخ محمد أمين الهرري عن الشيخ محمد
ياسين بن محمد عيسى الفادني عن السيد جعفر بن محمد الحداد, والسيد منصور بن عبدالحميد الفلمباني المكي,
كلاهما عن والد الثاني
السيد عبد الحميد بن محمود الفلمباني عن ابيه المعمر السيد محمود بن كنان
الفلمباني عن المعمر الشيخ عبد الصمد بن عبد الرحمن الأشي الشهير بالفلمباني عن
السيد عمادالدين يحي بن عمر مقبول الأهدل الزبيدى عن محمد بن عمر بن مبارك بحرق
الحضرمي عن السيد أحمد بن حسين العدروس التريمي عن السيد محمد بن على خرد التريمي
عن محمد بن عبد الرحمن الخاوي عن مؤلفها الحافظ أبي الفضل أحمد بن علي بن حجر
العسقلاني
Demikian catatan dari
sahabat Jundu Muhammad Kaheel, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar